Sebelas warga sipil Palestina dari Jalur Gaza dibebaskan oleh tentara Israel pada Kamis melalui perlintasan Kissufim yang dikuasai Israel di Deir al-Balah, Gaza tengah. Mereka segera dilarikan ke Rumah Sakit Al-Aqsa Martyrs untuk pemeriksaan medis, karena ditemukan tanda-tanda penyiksaan di tubuh mereka. Meski demikian, tidak ada pernyataan resmi dari militer Israel terkait pembebasan ini.
Pembebasan warga Palestina dari Gaza secara sepihak tanpa koordinasi ini bukan kali pertama terjadi. Otoritas Penjara Israel mengklaim menahan 1.747 warga Gaza, namun warga Palestina memperkirakan jumlahnya jauh lebih tinggi, terutama di penjara-penjara yang dijalankan oleh militer. Laporan organisasi HAM Israel, B’Tselem, menyebutkan bahwa pembebasan secara bertahap ini merupakan bagian dari taktik sistematis Israel dalam menyiksa, mengabaikan perawatan medis, dan mempermalukan para tawanan Palestina.
Kisah tragis Moatasem Raddad, mantan tawanan Palestina berusia 42 tahun dari Seida, Tulkarem, menjadi bukti nyata dampak kebijakan tersebut. Ditangkap pada 2006 dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara, Raddad menderita luka serpihan bom saat penangkapannya. Selama masa tawanan, kesehatannya terus memburuk akibat pengabaian medis, menyebabkan berbagai penyakit kronis seperti radang usus parah, pendarahan, tekanan darah tinggi, gangguan pernapasan, detak jantung tidak teratur, serta nyeri hebat di punggung dan persendian.
Meskipun dalam kondisi kritis, ia tidak mendapatkan perawatan yang memadai dan sering dipindahkan dengan kondisi transportasi yang memperparah keadaannya. Setelah akhirnya dibebaskan dalam sebuah kesepakatan pertukaran tawanan, Raddad dibawa ke rumah sakit di Mesir, namun nyawanya tak tertolong akibat penyakit yang telah terlalu parah.
Sumber:
https://www.middleeastmonitor.com/20250508-israeli-army-releases-11-more-palestinian-detainees-from-gaza/
https://english.palinfo.com/news/2025/05/08/338921/