Begitu gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada 19 Januari, Israel menyatakan mereka menambahkan permintaan untuk “peningkatakan aktivitas ofensif” di Tepi Barat ke dalam daftar resmi “tujuan agresi”. Organisasi hak asasi manusia Israel B’Tselem di situs webnya mengatakan ini hanyalah penegasan resmi atas tindakan Israel terhadap Tepi Barat sejak 7 Oktober 2023 sebagai front lain dalam “genosida habis-habisan yang dideklarasikan terhadap Palestina”.
“Sesuai dengan pendekatan ini, rezim Israel telah meningkatkan penindasannya terhadap Palestina di Tepi Barat dan mengadopsi langkah-langkah yang lebih ekstrem,” kata B’Tselem. “Langkah-langkah ini termasuk kekerasan sewenang-wenang terhadap warga sipil, melonggarnya izin untuk melepaskan tembakan terbuka, pembatasan gerakan yang parah dan gangguan kehidupan sehari-hari; pembatalan izin untuk memasuki Israel; dan pembatasan ekstrem dalam mengakses lahan pertanian sehingga merusak mata pencaharian, serta penangkapan massal dan transformasi fasilitas penahanan menjadi kamp-kamp penyiksaan. ”
Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan bahwa, dengan penindasan yang semakin intensif di Tepi Barat utara, Israel mulai mereplikasi taktik dan doktrin tempur yang diberlakukan di Gaza. Hal ini juga termasuk peningkatan serangan udara di tempat penduduk sipil, penghancuran rumah dan infrastruktur sipil yang meluas dan disengaja, serta pemindahan warga sipil dari daerah yang ditunjuk oleh militer sebagai zona tempur.
“Sejak Maret 2025, implementasi “gazafikasi” berpusat di Tepi Barat utara, dan terutama kamp-kamp pengungsi di Distrik Jenin, Tulkarem, dan Tubas. Militer melakukan serangkaian invasi ke kamp-kamp ini pada awal genosida, diikuti oleh Operasi Summer Camps yang diluncurkan pada Agustus 2024, dan eskalasi lebih lanjut setelah 19 Januari 2025,” jelas organisasi itu. “Pasukan Israel menyerbu beberapa kota dan kamp pengungsi di utara dalam jumlah besar dengan buldoser, dengan sengaja dan tanpa pandang bulu menghancurkan infrastruktur sipil, termasuk jalan dan jaringan listrik, air dan limbah.”
Ratusan rumah dibom dan sebagian atau seluruhnya hancur tanpa ancaman konkret yang terkait dengan mereka, kata B’Tselem. “Bantuan medis untuk penduduk terganggu.”
Elemen lain dari Gazafication, kelompok hak asasi manusia tersebut menunjukkan, adalah meningkatnya serangan udara yang menargetkan beberapa daerah yang paling ramai di Tepi Barat dan sangat membahayakan warga sipil. Sejak 7 Oktober 2023 hingga 8 Maret 2025, B’Tselem mendokumentasikan 69 serangan udara yang menargetkan 261 orang, termasuk setidaknya 41 anak-anak. Perlu diketahui, serangan udara di Tepi Barat menghabisi 14 orang dalam 18 tahun sebelumnya, dari 2005 hingga 7 Oktober 2023.
“Aktivitas mematikan juga tercermin dalam tindakan tembakan terbuka yang diizinkan dan diterapkan oleh militer, yang telah merenggut nyawa banyak anak-anak Palestina. Pada 2024, B’Tselem memantau pembunuhan setidaknya 488 warga Palestina di Tepi Barat, 90 di antaranya anak-anak. Pada 2023, 498 warga Palestina dihabisi, 120 di antaranya anak-anak dan empat di antaranya perempuan.
Dengan pernyataan publik yang terus disuarakan selama dua tahun terakhir tentang rencana untuk memperluas kegiatan militer ini ke seluruh Tepi Barat, sangat mungkin menjadi pendahuluan terjadinya pertumpahan darah yang lebih besar pada waktu mendatang.
Manifestasi yang sangat terang-terangan dari Gazafikasi ini, kata B’Tselem, adalah perpindahan massal penduduk dari kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat utara. Menurut UNRWA, “Operation Iron Wall” yang dimulai pada 21 Januari 2025 di Kamp Pengungsi Jenin, meluas ke kamp-kamp Tulkarm, Nur Shams, dan Al-Far’ah, menyebabkan sekira 40.000 penduduk telah mengungsi. Beberapa telah menemukan solusi rumah sementara, tetapi banyak yang tetap berada di kamp-kamp pengungsi internal, mengandalkan masyarakat setempat untuk membantu menyediakan kebutuhan dasar mereka.
Seperti yang dinyatakan oleh tokoh masyarakat Israel, genosida Israel terhadap Palestina tidak hanya terbatas pada Gaza, tetapi juga menargetkan semua warga Palestina yang tinggal di berbagai daerah di bawah kendali Israel. Sejak genosida dimulai, rezim apartheid Israel telah secara radikal meningkatkan penindasannya terhadap warga Palestina di Tepi Barat.
Sumber: https://www.middleeastmonitor.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini