Sejumlah tokoh kreatif Yahudi terkemuka, termasuk aktor Joaquin Phoenix, dramawan Tony Kushner, dan komedian Ilana Glazer, bergabung dengan 350 rabi pada Kamis (13/2) untuk menyerukan pembatalan rencana Presiden AS Donald Trump yang hendak mengusir warga Palestina dari Gaza. Aksi kelompok tersebut diiklankan pada satu halaman penuh di The New York Times dengan judul, “Jews Say No to Ethnic Cleansing!”
“Para pemimpin Yahudi dari seluruh spektrum politik marah dengan rencana tersebut dan merasa terdorong untuk berbicara dengan tegas menentangnya, bahkan ketika beberapa pemimpin komunal Yahudi Amerika dan Israel mendukung rencana Trump,” kata Cody Edgerly, direktur kampanye bertajuk “In Our Name”. “Aksi ini tidak berpihak dan tidak terafiliasi,” kata Edgerly.
Para rabi yang berpartisipasi dalam aksi tersebut berasal dari gerakan Konservatif, Ortodoks, Reformasi, Rekonstruksionis, Pembaruan, dan Kohenet yang bekerja di kongregasi, kampus, rumah sakit, seminar rabi, dan organisasi masyarakat di seluruh dunia, kata Edgerly. Setidaknya seribu pemimpin tambahan dan anggota komunitas Yahudi dari seluruh dunia telah merespon sejak iklan itu diterbitkan pada hari Kamis, Edgerly mengatakan.
“Donald Trump – seperti Firaun dalam Alkitab – tampaknya percaya bahwa dia adalah Tuhan dengan otoritas untuk memerintah, memiliki, dan mendominasi negara dan dunia kita. Ajaran Yahudi jelas: Trump bukan Tuhan dan tidak dapat mengambil martabat yang melekat pada orang-orang Palestina atau mencuri tanah mereka untuk kesepakatan real estate,” kata Rabi Yosef Berman dari Proyek Sinagog Baru di Washington DC. “Keinginan Trump untuk melakukan pembersihan etnis Palestina dari Gaza, secara moral dapat disebut menjijikkan.”
Komedian dan aktor Glazer mengatakan sangat penting untuk berdiri bersama orang-orang Palestina. “Kami, orang-orang Yahudi, dan kita semua yang peduli dengan hak asasi manusia dasar, harus berbicara dan berdiri untuk memastikan orang-orang Palestina tetap berada di tanah mereka sehingga mereka dapat membangun kembali rumah mereka dan tinggal di Gaza setelah genosida yang mereka alami,” katanya. “Seluruh keselamatan kita saling terkait.”
Peter Beinart, penulis buku “Being Jewish After the Destruction of Gaza: A Reckoning”, menunjukkan bahwa masih terlalu banyak orang yang tetap diam. “Sangat mengerikan melihat sejauh mana orang-orang yang menikmati legitimasi dan rasa hormat yang besar dalam komunitas. Ini akan dianggap sebagai salah satu kejahatan terbesar abad ke-21,” katanya, merujuk pada genosida Israel di Gaza, yang dimulai pada Oktober 2023.
Sumber: https://www.middleeasteye.net
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini