Anak-anak penderita gagal ginjal di Rumah Sakit Anak Al-Rantisi berjuang untuk bertahan hidup dengan menjalani sesi dialisis di tengah kondisi yang keras dan kurangnya kemampuan medis. Kondisi ini terjadi sebagai akibat dari penghancuran rumah sakit yang dilakukan oleh tentara Israel selama genosida dan blokade yang dilakukan di Jalur Gaza.
Di dalam ruang dialisis, anak-anak terbaring kelelahan di tempat tidur mereka, terhubung dengan mesin dialisis untuk mengeluarkan racun dari tubuh kecil mereka dan mengimbangi hilangnya fungsi ginjal. Mereka menunggu selama tiga-empat jam, diselingi dengan rasa sakit, hingga proses tersebut selesai.
Di dekat tempat tidur anaknya, seorang ibu duduk sambil memegang tangan kecilnya, membisikkan doa untuk berusaha menenangkan hatinya. Sementara itu, para perawat menekan tombol pada perangkat mesin untuk memulai proses selama empat jam.
Di sudut kedua, seorang anak yang lain tengah melihat ke langit-langit dengan mata terbelalak, menahan rasa sakit dan penderitaan. Rumah sakit telah menjadi tempat permanen yang menjadi lokasi pertempuran anak-anak ini untuk bertahan hidup.
Dokter Jamil Suleiman, Direktur RS Al-Rantisi, mengatakan departemen ini merupakan salah satu departemen vital yang memberikan layanan khusus anak setingkat RS umum. RS ini merupakan satu-satunya yang memberikan pelayanan medis bagi pasien ginjal anak di bawah usia 14 tahun di Jalur Gaza bagian utara.
Departemen tersebut baru mulai beroperasi kembali setelah berhenti selama lebih dari setahun dan mulai mengakomodasi anak-anak yang membutuhkan perawatan penting ini. Departemen ini memiliki kapasitas 6 dari 14 mesin yang bisa melayani rumah sakit sebelum genosida.
Suleiman menunjukkan, dalam data yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan, bahwa 45 anak-anak penderita gagal ginjal biasanya pergi ke rumah sakit untuk menerima layanan tiga kali seminggu, “tetapi karena kerusakan sebagian yang disebabkan oleh genosida pada departemen tersebut, layanan dihentikan sementara. Ini mengakibatkan kematian banyak anak karena kurangnya sesi perawatan medis dan kemampuan yang diperlukan. Selain itu, mereka juga kesulitan dalam mengangkut pasien ke tempat lain karena serangan Israel dan pengeboman yang terus menerus.”
Direktur rumah sakit menjelaskan bahwa departemen tersebut saat ini hanya menerima 12 anak dalam dua shift, sambil menunjukkan bahwa mereka berusaha untuk merenovasi ruangan lain di departemen tersebut untuk meningkatkan jumlah penerima layanan menjadi 24 pasien. Sementara itu, beberapa anak yang menerima perawatan sebelum genosida dilaporkan telah dibawa ke luar negeri untuk mengurangi risiko kurangnya perawatan yang mereka butuhkan di Gaza.
Kepala bagian kesehatan ginjal RS Al-Rantisi, Dokter Nabil Ayad, mengatakan departemennya menghadapi kekurangan pasokan medis dasar, terutama kateter darah untuk anak-anak, yang diperlukan untuk melakukan sesi dialisis. Menurut dokter spesialis tersebut, rumah sakit juga mengalami kekurangan obat-obatan dan bahan medis yang diperlukan, sehingga menambah penderitaan anak-anak dan keluarga mereka.
Sumber: https://palinfo.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini