Anak-anak Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel mengatakan bahwa mereka mengalami penyiksaan selama di penjara, bahkan menyaksikan beberapa rekan tawanan mereka dipukuli hingga wafat.
Salah satu dari remaja yang dibebaskan tersebut merupakan bagian dari 39 tawanan Palestina yang dibebaskan pada hari Minggu (26/11), dalam pertukaran tawanan gelombang ketiga. Ia adalah Khalil Mohamed Badr al-Zamaira, 18 tahun, yang ditangkap oleh pasukan Israel ketika berusia 16 tahun.
Khalil mengatakan bahwa tawanan Palestina diperlakukan dengan buruk dan dipukuli di dalam penjara, serta tidak ada perlakuan berbeda untuk anak-anak. “Mereka tidak membedakan antara yang tua dan muda. Dua remaja dipindahkan dari penjara Ofer karena rusuk mereka patah dan tidak bisa bergerak”, katanya kepada Middle East Eye.
Hal yang sama juga dituturkan oleh Omar al-Atshan, seorang remaja Palestina yang dibebaskan. Ia mengatakan bahwa ia diperlakukan dengan buruk dan disiksa di Penjara Naqab tempat dia ditawan sebelum dibebaskan. “Perlakuan buruk itu tidak bisa dijelaskan,” katanya kepada Al Jazeera. Dia mengatakan bahwa mereka rutin dipukuli dan dihina di penjara, sementara air serta makanan sangat langka. Selama proses pembebasan, tentara Israel memerintahkan untuk menundukkan kepala, serta memukuli mereka.
“Kebahagiaan kami tidak lengkap karena masih ada tawanan lain yang masih berada di penjara,” katanya. Ia menambahkan bahwa seorang tawanan, yang ia identifikasi sebagai Thaer Abu Assab, dipukuli hingga wafat.
“Ia sering dipukuli. Kami berteriak meminta bantuan, tetapi dokter baru datang setelah satu setengah jam. Pada saat itu, ia sudah syahid karena penyiksaan. Dia disiksa karena satu pertanyaan; dia bertanya kepada penjaga apakah ada gencatan senjata. Kemudian dia dipukuli hingga syahid.”
Osama Marmash, anak Palestina yang juga dibebaskan, memberikan kesaksian serupa kepada Al Jazeera. Remaja berusia 16 tahun itu ditawan di penjara Megiddo sebelum pembebasannya. Dia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa terdapat empat tawanan Palestina yang disiksa hingga syahid di Megiddo.
Marmash menambahkan bahwa dia mengalami luka di kakinya dan punggungnya akibat pukulan. “Pakaian penjaraku berwarna putih tetapi kemudian berubah menjadi merah akibat noda darah. Makanan sangat sedikit dan seringkali tidak dapat dimakan”, katanya. Dia menambahkan bahwa mereka diperlakukan dengan buruk selama perjalanan pulang ke Tepi Barat. “Jalan pulang yang kami lalui sulit, sementara mereka mematikan AC di bus sehingga kami kesulitan bernapas,” katanya.
sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini
#Palestine_is_my_compass
#Palestina_arah_perjuanganku
#Together_in_solidarity
#فلسطين_بوصلتي
#معا_ننصرها