Pasca The Deal Of Century dirilis Februari 2020 lalu, Israel tak menunggu lama untuk memperluas jajahannya dengan penggabungan wilayah-wilayah Palestina ke negara Israel. The Big Deal adalah untuk mencaplok Lembah Yordania, membangun semua pemukiman Yahudi di Tepi Barat, mengontrol penuh Yerusalem Timur, dan menjadikannya sebagai wilyah Israel. Lembah Yordan adalah wilayah strategis yang merupakan 30% dari luas Tepi Barat dan Al Quds yang menjadi jantungnya Palestina.
Keputusan Israel untuk mencaplok serta memaksakan kedaulatannya atas bagian Tepi Barat menoreh kecaman dan penolakan dari dunia internasional, tak terkecuali Indonesia. Keberadaan pemukiman di wilayah Palestina yang terus bertambah dan menggusur pemukiman penduduk asli Palestina adalah pelanggaran hak asasi manusia dan bertentangan dengan hukum International. Menyikapi langkah Israel ini, Nurjanah Hulwani Ketua Adara Relief Internasional sekaligus Ketua Asia Pasific Women Coalition for Al Quds and Palestine, pada kesempatan pemaparan tentang Mendukung Tepi Barat, Mendukung Palestina, Ahad, 21 Juni 2020 menegaskan, “Pencaplokan Tepi Barat akan menambah daftar panjang pelanggaran hak asasi manusia di Palestina terhadap masyarakat sipil terutama perempuan dan anak-anak”.
Saat ini, di berbagai wilayah di dunia telah bermunculan kampanye-kampanye penolakan yang dilakukan melalui media sosial.
Adara Relief International sebagai lembaga kemanusiaan yang berfokus pada perempuan dan anak Palestina, pihak paling rentan terkena dampak dari tindakan pelanggaran-pelanggaran Isreal di wilayah Palestina, mengambil sikap tegas dengan menyatakan menolak dengan keras pencaplokan atas bagian wilayah Tepi Barat yang diduduki, karena, pencaplokan bagian wilayah Tepi Barat ini semakin mengukuhkan penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Ini bertentangan dengan pembukaan UUD RI 1945 yang menyatakan “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Perampasan Tepi Barat juga menambah potensi konflik yang menyebabkan meningkatnya pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia dan diabaikannya hak-hak kehidupan merdeka bangsa Palestina.
Hingga saat ini sudah banyak bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh Israel di wilayah Tepi Barat antara lain ; pertama, membangun Tembok Pemisah sepanjang 770 km dengan ketinggian 9 meter . Tembok Pemisah ini melanggar hak dan kehidupan 210 ribu warga Palestina yang tinggal di 67 desa dan kota. Juga telah mengubah kehidupan hampir tiga juta warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Al Quds. Memisahkan warga Palestina dari tanah mereka, keluarga mereka dan mempersulit akses kesehatan bagi sebagian besar warga Palestina. Kedua, mengisolasi ratusan ribu warga di Tepi Barat dari desa-desa dan kota-kota di sekitarnya. Kondisi ini membuat kehidupan warga Palestina bertambah sulit. Rakyat kehilangan mata pencaharian dan para petani kehilangan tanah mereka. Sekitar 72.000 warga Palestina tertutup aksesnya ke lahan pertanian mereka. Ketiga, menutup akses lalu lintas di Tepi Barat. Israel telah membatasi kebebasan bergerak untuk warga Palestina melalui kombinasi kompleks sekitar 100 pos pemeriksaan tetap, jalan khusus pemukim, dan berbagai penghalang fisik lainnya. Pos pemeriksaan ini telah mempersulit para pekerja, pengajar dan pelajar Palestina. Keempat, menguasai 90% sumber daya air di Tepi Barat. Israel telah menguasai 90% dari sumber air, dengan mengekang dan membatasi akses warga Palestina ke sumber air.
Atas segala kondisi tersebut, Adara Relief International melalui pernyataan yang disampaikan langsung oleh Ketua, Nurjanah Hulwani, S.Ag, ME. dalam Seminar online “Tolak Perampasan Tepi Barat” pada Ahad, Juni 21, 2020 menyatakan, mengajak masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia untuk peduli dan ikut mendukung gerakan penolakan pencaplokan Tepi Barat dengan hastag #الضفة ضفتناdan #TepiBaratMilikKita. Dan juga mengajak semua elemen peduli dan mendukung Palestina dengan mensosialisasikan isu Palestina dan mendukung gerakan penolakan ini.
Masya Allah… Edukasi yg cerdas melalui medsos. Jzkumulloh khoiron katsiiron. Semoga istiqomah dan masyarakat semakin paham kepalestinaan. Aamiin