Kahera Als’adi adalah seorang perempuan tawanan di Pusat Interogasi Maskobeyya. Ketika ditangkap, ia terpaksa meninggalkan empat orang anaknya yang bernama Sandy, Mohammad, Ra’fat, dan Donia. Kahera merasakan pahit yang luar biasa ketika diinterogasi oleh penyidik selama tiga bulan dengan posisi duduk di atas kursi. Kakinya dirantai sampai mati rasa di dalam sebuah ruangan gelap dan sempit. Kahera tidak hanya merasakan sesak napas, dadanya juga sesak merindukan keempat anaknya.
Para sipir di dalam penjara melarang Kahera untuk tidur berjam-jam. Mereka akan mengempaskan tubuhnya ke lantai, menyiksanya dengan ancaman dan rasisme. Setiap kali disiksa, Kahera mencoba untuk selalu mengingat empat anaknya dengan harapan rasa sakitnya hilang. Ia merasa sangat sengsara, terluka, dan hampir gila memikirkan anak-anaknya. Ia bertanya-tanya di mana anak-anaknya dan dengan siapa mereka tinggal? Kahera sungguh tidak bisa menebak-nebak karena pada saat ia ditangkap dan dipenjara, suami dan saudara laki-lakinya juga ditangkap.
Setahun berlalu, Kahera diberitahu bahwa dua anaknya yang bernama Mohammad dan Ra’fat akan mengunjunginya. Kebahagiannya membuncah ketika bertemu dengan kedua anaknya, meski di dalam hatinya ia merasa sangat sedih karena wajah kedua anaknya terlihat polos dan menunjukkan raut wajah bertanya-tanya: mengapa ibunya berada di balik jeruji yang kotor?
Saat pertemuan itu, Mohammad dan Ra’fat menangis. Kahera tidak mampu menghapus air mata kedua anaknya, maka ia pun menyeka kaca yang memisahkan mereka. Kahera kemudian berkata bahwa di penjara ia baik-baik saja, tetapi anak-anaknya malah menangis semakin kencang. Dari kunjungan singkat tersebut, diketahui bahwa selama Kahera di penjara, anak-anaknya tinggal di panti asuhan. Namun, mereka tidak mengetahui keberadaan adik-adiknya yang bernama Sandy dan Donia karena dibawa ke panti asuhan lain.
Setelah kunjungan kedua anaknya berakhir, Kahera merasakan kondisi yang lebih menyakitkan dari sebelumnya karena ia baru saja mengetahui bahwa anak-anaknya tinggal terpisah. Ketika tawanan lainnya mulai menanyakan tentang kondisi anak-anaknya, Kahera pusing hingga terjauh dan tidak sadarkan diri. Kahera terus-menerus mengadukan kondisinya kepada Allah sambil menyebut nama-nama anaknya.
Penerjemah: Fatmah Ayudhia Amani, S. Ag.
Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan Diploma in Islamic Early Childhood Education, International Islamic College Malaysia dan S1 Tafsir dan Ulumul Qur’an, STIU Dirosat Islamiyah Al Hikmah, Jakarta.
- Hashim, Norma. (2013). The Prisoners Diaries. Malaysia: Wise Words Publishing Sdn Bhd. Hal. 89-92.
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini
#Palestine_is_my_compass
#Palestina_arah_perjuanganku
#Together_in_solidarity
#فلسطين_بوصلتي
#معا_ننصرها