Adara Relief – Padang. Pemuda adalah tonggak masa depan bangsa. Kuat lemahnya suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh pemudanya. Berbekal semangat untuk memperkuat jati diri para pemuda Indonesia inilah yang menjadi semangat bagi Adara Relief untuk mengunjungi kota Padang.
Melalui acara bedah buku tentang patriotisme para pemuda Palestina yang ditujukan untuk anak muda kota Padang, Adara berharap pemahaman mereka tentang apa yang terjadi di Palestina lebih mendalam.
Acara yang diselenggarakan oleh komunitas binaan Adara yakni Sahabat Al Quds Sumbar ini mendatangkan langsung seorang saksi hidup perjuangan masyarakat Palestina yaitu Syeh Anas Abu Mush’ab. Pemuda Palestina ini telah kehilangan kaki kanannya akibat gempuran rudal Israel. Meski demikian hal tersebut tidak menyurutkan langkahnya untuk melakukan safari dakwah ke seluruh penjuru bumi, khususnya Indonesia kali ini, untuk menyebarkan pengetahuan tentang Palestina.
Acara ini diawali dengan bedah buku karya Nurjanah Hulwani yang berjudul “Parade Heroik Pembebas Palestina”. Nurjanah mengawali pembicaraannya dengan memaparkan mengenai
bagaimana kita harus mengenal Palestina.
Beliau juga menguraikan isi bukunya yang menggambarkan bagaimana situasi terkini di Gaza. Juga mengenai gempuran yang terus menerus dilakukan oleh zionis Israel terhadap warga Gaza, tetapi mereka tidak pernah menyerah. Mereka yang berjumlah sedikit tersebut sesungguhnya tengah memikul beban 1,5 milyar umat muslim di dunia.
Satu orang warga gaza membawa beban 300 ribuan ummat Islam, sehingga semakin banyak umat islam peduli maka semakin berkurang pula beban mereka.
Di dalam bukunya Nurjanah juga menceritakan tentang warga Gaza yang melakukan “Aksi Pawai Kepulangan Akbar” (Great Return March) ditengah kekurangan ekonomi, kekurangan fisik, kekurangan fasilitas serta hancurnya infrastruktur, namun tidak mengurangi tekad mereka untuk melakukan aksi kepulangan akbar. Aksi yang dilakukan sejak Maret 2019 tersebut dilakukan warga Gaza dengan berjalan kaki sejauh empat kilometer menuju perbatasan Palestina Israel.
Sebagai penutup pembicaraannya, Nurjanah menerangkan apa yang bisa dilakukan untuk membela Palestina yakni dengan mempalestinakan diri kita. Sebab pada hakikatnya kita memiliki dua tanah air yakni Indonesia dan Palestina.
Namun saat ini Palestina sedang dijajah, sehingga kita harus turut berjuang untuk memerdekakan tanah air kita Palestina.
Acara yang diselenggarakan pada 7 Maret 2019 tersebut itu diawali dengan sambutan dari perwakilan walikota Padang, Jamilus, S.Ag., M.M. sebagai Kabag Kestra Kota Padang yang memaparkan bahwa pemerintahan kota Padang sudah lama menggalang dana untuk Palestina.
“Sudah dijadikan agenda rutin, setiap hari raya Idul Fitri dan Idul Adha selalu mengumpulkan dana untuk Palestina dimana direncanakan untuk membuat program tahfidz untuk masjid yang berada di Palestina, bangsa Indonesia sudah merasakan bagaimana dijajah oleh bangsa asing, mungkin kita tidak merasakan secara langsung tapi orang tua kita sudah merasakan bagaimana rasanya di jajah, dan saat ini lah yang sedang dirasakan oleh rakyat Palestina,” ungkapnya.
Acara terakhir adalah uraian kisah dari syeikh Anas yang membuat sekitar 350 orang mahasiswa terhenyak mendengar bagaimana perjuangan warga Gaza dan keseharian mereka. Ia juga menceritakan mengenai warga Palestina yang tidak pernah tinggal diam dalam usaha membebaskan Palestina. Pemuda dan anak-anak selalu menjadi barisan terdepan yang berjuang untuk membebaskan Palestina.
Syeikh Anas memaparkan pula bagaimana mereka berjuang dalam keadaan diblokade dan membuat sendiri senjata dengan peralatan yang seadanya. Hampir setiap pekan sudah ratusan orang syahid dan ribuan warga terluka hingga cacat. Keadaan ini diperburuk dengan minimnya pengobatan medis untuk mereka karena layanan medis disana tidak mampu menampung banyaknya pasien. Beliau juga menceritakan bagaimana serangan rudal Israel yang meledakkan kediamannya sehingga ia menjadi cacat.
Pemaparan kehidupan Anas diharapkan menjadikan mahasiswa lebih bisa berjuang untuk membangun kehidupan lebih baik, sebab dibandingkan dengan kondisi Palestina yang sangat menderita dan serba kekurangan, mereka jauh lebih baik. (nr)*