Hari ini, tanggal 8 maret, masyarakat dunia memperingati hari Perempuan Internasional. Terlepas dari konteks kebebasan yang diusung, hari ini kita diingatkan ada hak-hak asasi perempuan yang sangat timpang diperjuangkan dan harus diperjuangkan. Yaitu hilangnya hak asasi perempuan Palestina.
Saat umat sedunia menggelorakan kewajiban pemenuhan hak asasi bagi perempuan-perempuan di dunia.Kita tidak boleh alfa. Ada Palestina satu-satunya wilayah penjajahan yang tersisa saat ini. Kaum perempuan di sana justru kehilangan hak-haknya. Bahkan hak paling asasi sekalipun.
Penjajahan Israel di tanah Palestina telah melanggar banyak hak-hak asasi perempuan tersebut.
Perempuan Palestina dipisahkan paksa dari keluarga. Israel menahan dan memenjarakan suami dan anak-anak mereka. Bahkan terkadang merekalah yang ditahan dengan meninggalkan anak-anak usia balita bahkan yang masih menyusu. Rekayasa administrasi juga dibuat untuk memisahkan istri dari suaminya. Hak bekerja mereka seringakali diputus sepihak hingga tindak pelecehan seksual kerap mereka hadapi.
Di sektor pendidikan, perempuan-perempuan Palestina tidak mendapatkan hak memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka. Pun mereka berhasil menyekolahkan anak-anak mereka, sebuah konskekuensi pahit harus mereka terima. Anak-anak mereka harus bersekolah dengan kurikulum Yahudi, karena Israel mewajibkan diberlakukannya kurikulum tersebut di setiap sekolah-sekolah di Palestina.
Tidak hanya kehilangan hak-hak asasi, perempuan Palestina bahkan menghadapi kekerasan terkejam di dunia. Data di tahun 2017 menyebutkan peningkatan pembunuhan terhadap perempuan Palestina. Penangkapan dan penahanan tanpa alasan atau tuduhan mengada-ada tercatat terus dilakukan Israel. Di dalam penjara mereka disiksa, diisolisai dan tidak diberikan sedikitpun hak privasi dengan memasang kamera cctv di seluruh bagian penjara tanpa kecuali.
Untuk terus memperbanyak jumlah Yahudi di Palestina, Israel dengan berbagai cara mengusir keluarga-keluarga Palestina dari rumah mereka. Diantaranya melalui rekayasa pajak, sehingga Israel bisa mendapatkan alasan pengusiran hingga penghancuran rumah-rumah tersebut. Lagi-lagi perempuan Palestina menjadi korban kejahatan penjajahan Israel. Kejahatan ini terus dibiarkan bahkan didukung oleh negara yang paling keras bersuara tentang hak asasi perempuan dan kebebasannya.
Lalu untuk siapakah sebenarnya pembelaan hak asasi perempuan ini disuarakan. Apakah seperti pisau bermata dua, tajam di satu sisi namun tumpul di sisi yang lain. Atas dasar apa perlakuan tidak adil ini dilakukan. Apakah dunia hanya akan diam. Ataukah ada suara yang terus menggaung menyadarkan dunia. Bahwa perempuan Palestina telah kehilangan seluruh hak-haknya.
Di sini, Adara Relief International, Lembaga kemanusiaan untuk anak dan perempuan Palestina bersama gerakan internasional “weareallmaryam”
“كلنا_مريم”
memilih terus menyuarakan ketidakadilan yang terjadi. Kami mendukung keteguhan perempuan-perempuan Palestina.
Hari ini adalah akhir Gerakan international We Are All Maryam (Kita Semua Maryam) yang diinisiai UKEAD (Lembaga Kebudayaan Internasional Al Quds) dan didukung lebih dari 30 negara. Namun selagi penjajahan dan ketidakadilan terus dibiarkan, pembelaan terhadap perempuan Palestina akan terus berlanjut. “weareallmaryam”
“كلنا_مريم”
(#kitasemuamaryam)