Humanitarian Country Team (HCT) memperkirakan bahwa pada 2023 terdapat sekitar 2,1 juta warga Palestina membutuhkan bantuan kemanusiaan. Di wilayah Gaza sendiri, terdapat lebih dari 60% penduduk yang membutuhkan bantuan kemanusiaan. Dari persentase tersebut, 29% rumah tangga berada dalam kategori ‘sangat buruk’, persentase kategori ini naik jika dibandingkan 2022 yaitu 10%.[1] Blokade Gaza yang menyebabkan pembatasan pergerakan (orang dan barang) menjadi alasan utama tingginya persentase tersebut yang telah dilakukan sejak pertengahan 2007. Pemblokadean ini meliputi seluruh lini, dari darat, laut hingga udara.
Di darat, blokade yang dilakukan Israel menghalangi keluar-masuknya komoditas maupun penduduk Gaza yang hendak bepergian untuk bekerja ataupun urusan lainnya. Pada awal pemberlakuan blokade, semua akses penyeberangan keluar Gaza ditutup, kecuali tiga titik, yaitu penyeberangan Rafah dan Beit Hanoun, yang diperuntukkan bagi pergerakan orang, dan penyeberangan Karem Abu Salem, yang diperuntukkan bagi pengangkutan barang. Israel mengendalikan Beit Hanoun (Erez) dan Karem Abu Salem (Kerem Shalom), sementara Mesir mengendalikan Rafah.

Israel membatasi semua perjalanan antara Gaza dan Tepi Barat, bahkan ketika perjalanan tersebut diizinkan maka harus melalui rute memutar, yaitu melalui Mesir dan Yordania. Warga Palestina dilarang meninggalkan Gaza melalui Israel, termasuk untuk perjalanan ke Tepi Barat, kecuali dengan membawa izin keluar yang disetujui Israel. Alasan “keamanan” menjadi dalih Israel untuk membatasi pergerakan penduduk Gaza. Hanya mereka yang termasuk kategori tertentu, terutama pedagang (termasuk buruh harian), pasien dan pendampingnya, serta pekerja bantuan, yang dapat mengajukan izin tersebut.
Namun demikian, pembatasan kerap tetap berlaku terkait akses ekonomi dan akses kesehatan penduduk Gaza. Zionis seringkali melarang atau menunda perizinan keluar bagi mereka yang membutuhkan perawatan medis, meskipun sudah dalam keadaan darurat. Dalam kebanyakan kasus, Israel tidak memberikan alasan khusus untuk penolakan aplikasi. Jika permohonan disetujui, pemegang izin dapat melintasi penyeberangan Beit Hanoun (Erez) yang dikontrol Israel. Penyeberangan Beit Hanoun beroperasi pada siang hari, dari Minggu hingga Kamis, sementara pada Jumat hanya dibuka untuk kasus mendesak dan warga negara asing.
Pada Januari 2023, otoritas Israel mengizinkan 53.118 orang keluar dari Gaza (kebanyakan merupakan para pelancong yang keluar berkali-kali). Ini adalah rekor angka tertinggi sejak awal 2000-an (catatan OCHA tahun 2004). Angka ini 50% lebih tinggi dari rata-rata bulanan pada tahun 2022, tetapi hanya 11% lebih tinggi dari rata-rata bulanan pada tahun 2000, sebelum diberlakukan pembatasan akses berdasarkan kategori oleh otoritas Israel. Lebih banyak orang juga menyeberang ke Mesir, dan lebih banyak barang yang dapat masuk dan keluar melalui perbatasan Israel dan Mesir. Namun, pergerakan orang dan barang dari dan ke Gaza sangat dibatasi. Tetap saja, sebagian besar dari 2, 3 juta penduduknya, terpenjara di dalam sebuah penjara besar bernama Gaza.
Sekitar 88% dari perjalanan keluar orang Palestina yang diizinkan keluar merupakan kategori izin ‘pedagang’ dan ‘kebutuhan ekonomi’, yang sebagian besar dipekerjakan sebagai buruh harian di “Israel”. Jumlah perizinan keluar yang dikeluarkan Israel meningkat menjadi 18.900 dibandingkan dengan 17.234 pada Desember. Sementara itu, 6% dari perjalanan keluar adalah pasien yang dirujuk untuk perawatan medis di Tepi Barat atau Israel. Sebanyak 1.750 aplikasi izin keluar diajukan ke otoritas Israel untuk janji temu medis yang dijadwalkan pada Januari. Dari jumlah tersebut, 16% tidak disetujui tepat waktu, turun dari 21% pada Desember.[2]

Pada saat yang sama, otoritas Mesir mengizinkan lebih banyak jalan keluar sejak 2014. Pada 2022, otoritas Mesir mengizinkan lebih banyak orang keluar melalui perbatasan mereka. Sebanyak 144.899 orang keluar yang tercatat sepanjang tahun adalah 44% lebih banyak dibandingkan tahun 2021, mewakili angka tertinggi sejak 2014. Sementara itu, terdapat 4.905 orang yang mendapat penolakan penyeberangan ke Mesir. Jumlah tersebut 23% lebih rendah dari angka tahun 2021. Penyeberangan sering ditolak karena persyaratan terkait usia, terutama bagi mereka yang usianya di bawah 18 atau di atas 40-an tahun. Namun, alasan penolakan seringkali tidak diberikan.
Warga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza melalui Mesir harus mendaftar ke otoritas lokal Palestina selama dua hingga empat pekan sebelumnya atau mengajukan permohonan ke otoritas Mesir melalui perusahaan swasta. Prosedur dan keputusan oleh kedua otoritas melibatkan biaya, ditambah perjalanan melalui Sinai tergolong panjang, melelahkan, dan mengharuskan banyak perhentian untuk pemeriksaan oleh pasukan Mesir. Penyeberangan Rafah umumnya beroperasi pada siang hari, dari hari Minggu hingga Kamis saja.

Israel juga memberlakukan pembatasan masuknya barang-barang ke Gaza. Hal tersebut karena mereka menganggap barang-barang impor itu memiliki penggunaan ganda untuk keperluan sipil dan militer, seperti bahan bangunan, peralatan medis tertentu, dan beberapa barang pertanian. Beberapa dari barang-barang ini mungkin diizinkan masuk, setelah melalui proses permohonan dan peninjauan yang panjang.
Baru-baru ini, sejumlah kecil dari barang-barang ini telah diizinkan masuk ke Gaza, misalnya semen dan batangan baja. Masuknya semua barang dari atau melalui Israel hanya dimungkinkan melalui penyeberangan Kerem Shalom, setelah koordinasi sebelumnya dengan otoritas Israel. Sejak 2018, barang juga masuk ke Gaza secara teratur dari Mesir, melalui penyeberangan Rafah, yang dikendalikan oleh otoritas Mesir, dan kemudian melalui Gerbang Salah ad-Din yang letaknya berdekatan.
Laporan volume barang masuk pada bulan Januari 2023 tercatat tertinggi sejak Januari 2019, dengan total 10.799 truk muatan. Namun, angka tersebut 4% lebih rendah dari rata-rata bulanan menjelang blokade tahun 2007, meskipun populasi Gaza telah tumbuh lebih dari 55% sejak saat itu. Sebanyak 44% dari barang yang masuk adalah bahan bangunan dan 24% adalah pasokan makanan. Sekitar 3% merupakan bantuan kemanusiaan yang difasilitasi oleh organisasi internasional, termasuk makanan dan obat-obatan. Sementara itu, barang yang keluar dari Gaza pada Januari juga tercatat tertinggi sejak 2007, dengan total 960 truk. Ini 32% lebih tinggi dari pada bulan Desember dan 54% lebih tinggi dari rata-rata bulanan pada tahun 2022.[3]


Meskipun peningkatan pergerakan merupakan tren positif, hal itu tidak dianggap sebagai perbaikan yang berarti dalam indikator kemanusiaan. Pencabutan penuh blokade merupakan satu-satunya solusi untuk memulihkan kondisi Gaza.
Israel juga melakukan pembatasan melalui laut, karena wilayah Jalur Gaza adalah satu-satunya bagian dari wilayah Palestina yang memiliki akses langsung ke Laut Mediterania. Namun Israel melakukan pembatasan wilayah pelayaran sejak tahun 2007 yang berubah-ubah jaraknya dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2023, Israel hanya mengizinkan nelayan melaut di jarak 6-15 mil dari lepas pantai. Akibatnya, industri perikanan menjadi rugi secara signifikan akibat pembatasan ini. Ditambah dengan adanya serangan Israel, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sepanjang 2022, kapal-kapal nelayan Palestina mengalami rata-rata 30 serangan per bulan oleh Zionis Israel. Sementara itu, serangan tidak langsung seperti larangan ekspor ikan dari Gaza ke Tepi Barat, telah mengakibatkan kerugian finansial yang sangat besar bagi para nelayan.
Pembatasan yang Israel lakukan terus melemahkan ketahanan pangan dan memperparah kemiskinan dan kerentanan yang sudah terjadi akibat kombinasi faktor yang kompleks, termasuk hilangnya mata pencaharian (terkait dengan COVID-19), gaji yang tidak dibayar, kenaikan harga komoditas, serta hilangnya rumah dan aset produktif. Berbagai faktor tersebut telah menjerumuskan ratusan ribu rumah tangga ke dalam keadaan yang sangat buruk.
Blokade juga menyebabkan rentannya kondisi ekonomi Gaza dan angka kebutuhan komoditas yang mengalami fluktuasi yang tidak menentu. Seperti saat beberapa bulan menjelang Ramadan 2022 lalu, untuk pertama kalinya dalam lebih dari 15 tahun, harga satu kilogram daging ayam mencapai US$5, sementara harga sayur-sayuran meningkat secara signifikan menjadi setidaknya US$1 per kilogram.[4] Akibatnya, usai bulan Ramadan tingkat kerawanan pangan dan tingkat kemiskinan meningkat yaitu pada Juli 2022, tingkat kerawanan pangan di Gaza menjadi 65%, naik dari 62,2% dibandingkan Juni 2021, dan tingkat kemiskinan mencapai 65%, naik dari 59% pada 2021.
Agresi dan pengeboman yang dilakukan Israel ikut memperparah perekonomian Gaza. Menurut Bank Dunia (Juni 2021), sektor pertanian mengalami kerugian langsung sekitar US$ 45 juta, sedangkan Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan angka ini berada di kisaran US$ 55 juta. Lebih dari 27.000 dunum kebun buah, tanaman sayuran, dan rumah kaca, dan lebih dari 450 peternakan dan peternakan unggas hancur seluruhnya atau sebagian. Menurut Kementerian Tenaga Kerja Palestina, lebih dari 19.000 pekerja terkena dampak kerusakan langsung pada fasilitas aktif, 37% dari mereka bekerja di sektor pertanian.
Blokade dan Kesehatan Mental
Situasi kompleks akibat agresi dan blokade tersebut menjadikan penduduk Palestina di Gaza kerap diselimuti rasa depresi. Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik Palestina (PCBS) pada 21 Februari 2023 mengatakan bahwa hasil Survei Kondisi Psikologis di Palestina pada tahun 2022 menunjukkan lebih dari separuh masyarakat Palestina menderita depresi, yaitu 71% warga di Jalur Gaza dan 50% warga di Tepi Barat. Sebanyak 58% yang menderita depresi berusia di atas 18 tahun, dan tingkat depresi dilaporkan seimbang antara perempuan dan laki-laki.[5]
Survei yang disiapkan setelah agresi Israel di Jalur Gaza pada Mei 2021 itu mencakup tiga indikator: depresi, gangguan stres pascatrauma, dan gangguan kesehatan mental yang umum. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 7% orang dewasa menderita gangguan stres pascatrauma, dan gejalanya lebih tinggi di Gaza daripada di Tepi Barat. Laki-laki memiliki gejala lebih parah daripada perempuan karena mereka lebih terpapar peristiwa yang mengakibatkan trauma.
Mengenai gangguan kesehatan jiwa umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan langsung antara kemiskinan ekstrem dan gangguan kesehatan jiwa. Sebab, persentase orang yang berada pada tingkat kemiskinan ekstrem mencapai 50%, dan orang yang berada di bawah garis kemiskinan mencapai 70%. Orang yang bekerja dalam durasi lebih lama juga rentan terganggu kesehatan jiwanya. Stres kesehatan mental menjadi lebih buruk ketika terpapar peristiwa traumatis seperti agresi Israel 2021 di Jalur Gaza. Hasil survei di Gaza menemukan bahwa 10% orang telah kehilangan anggota keluarga atau teman, 10% lainnya terluka, dan 25% rumahnya hancur atau rusak.
Blokade yang telah berlangsung selama 16 tahun ini belum juga mendapat titik terang dan terus memberikan efek domino jangka panjang. Dengan dalih keamanan, otoritas Israel terus melarang masuknya sejumlah besar bahan dan peralatan penting untuk sektor kesehatan, komersial, dan produksi di Gaza. Meskipun terdapat perubahan baik, ini tidak akan mengurangi parahnya krisis ekonomi di Jalur Gaza, sebab konsekuensi dari blokade Israel sangat merugikan semua sektor ekonomi dan kemanusiaan, serta menyebabkan kerusakan jangka panjang sehingga memerlukan pencabutan semua pembatasan yang diberlakukan terhadap sektor-sektor tersebut.
Vannisa Najchati Silma, S. Hum
Penulis merupakan Relawan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.
Sumber:
https://www.newarab.com/news/ramadan-2022-gazas-families-struggle-food-prices-soar
OCHA. Movement in and out of Gaza in 2022 https://ochaopt.org/content/movement-and-out-gaza-2022
OCHA. Movement in and out of Gaza: update covering January 2023 https://ochaopt.org/content/movement-and-out-gaza-update-covering-january-2023
OCHA. Humanitarian Needs Overview OPT. 2022 https://www.un.org/unispal/wp-content/uploads/2021/12/OCHAHUMNEEDSOVERVIEW2022_161221.pdf
OCHA. Humanitarian Needs Overview 2023 OPT Summary https://www.ochaopt.org/sites/default/files/hno_hrp_dasbhoard_2023.pdf
- OCHA. Humanitarian Needs Overview 2023 OPT Summary https://www.ochaopt.org/sites/default/files/hno_hrp_dasbhoard_2023.pdf hlm. 2 ↑
- https://ochaopt.org/content/movement-and-out-gaza-update-covering-january-2023 ↑
- ibid ↑
- https://www.newarab.com/news/ramadan-2022-gazas-families-struggle-food-prices-soar ↑
- https://www.middleeastmonitor.com/20230222-palestine-depression-on-the-rise-in-occupied-west-bank-and-gaza-strip/ ↑
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini