Mantan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, menolak meminta maaf kepada para sandera Israel yang telah dibebaskan. Para sandera menuduh pernyataannya yang mendukung penyiksaan tawanan Palestina memperburuk perlakuan terhadap mereka selama dalam tahanan Hamas.
Menanggapi tuduhan tersebut, Ben-Gvir justru menegaskan bahwa dirinya tidak menyesal. “Bukan hanya saya tidak meminta maaf, saya bangga dengan apa yang saya lakukan,” ujarnya dalam wawancara dengan Channel 13 Israel. Ia juga menuduh media sebagai penyebar “propaganda Hamas.”
Ben-Gvir, yang mundur dari jabatannya setelah gencatan senjata di Gaza disepakati pada Januari, bahkan mempertanyakan apakah Israel seharusnya menghindari serangan ke Gaza atau setidaknya tidak membahasnya secara terbuka. Hal ini merespons kesaksian seorang mantan sandera yang mengaku dipukuli oleh Hamas setelah Israel melakukan serangan udara.
Mantan sandera lainnya menambahkan bahwa dalam satu insiden, seorang penjaga memukulnya setelah mengetahui bahwa rumah keluarganya telah hancur akibat serangan udara Israel.
Eli Sharabi, yang dibebaskan pada 8 Februari, mengatakan dalam program Uvda di Channel 12 bahwa para penculiknya secara rutin mengikuti perkembangan berita dan memantau kondisi tawanan Palestina.
“Setiap pernyataan yang tidak bertanggung jawab, kamilah yang pertama merasakan akibatnya,” kata Sharabi.
“Mereka datang kepada kami dan berkata, ‘Tawanan kami tidak diberi makan, kalian juga tidak akan makan. Tawanan kami dipukuli, kalian juga akan dipukuli. Mereka tidak diizinkan mandi, kalian juga tidak akan bisa mandi.’”
Pernyataan Sharabi senada dengan kesaksian Eliya Cohen, mantan sandera lainnya yang mengonfirmasi bahwa pernyataan Ben-Gvir tentang kondisi tawanan Palestina memperburuk perlakuan terhadap mereka.
Selama menjabat sebagai menteri keamanan, Ben-Gvir berkampanye melawan “fasilitas mewah” di penjara, melarang penyajian roti pita segar, dan membatasi waktu mandi bagi tawanan Palestina.
Setelah serangan 7 Oktober, ia menerapkan pembatasan baru, termasuk menghilangkan tempat tidur dan tindakan lain yang menyebabkan kondisi penjara semakin padat. Ia bahkan menyerukan eksekusi terhadap para tawanan serta membanggakan kondisi buruk yang mereka alami.
Sejak kesepakatan gencatan senjata dimulai pada 19 Januari, sebanyak 25 sandera hidup dan delapan jenazah telah dikembalikan ke Israel, sementara lebih dari 2.000 tawanan Palestina dibebaskan.
Para tawanan Palestina yang dibebaskan menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, kelaparan, dan pengabaian medis serius. Kelompok hak asasi manusia menyebut kondisi ini sebagai bukti berlanjutnya penyiksaan terhadap tawanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Euro-Mediterranean Human Rights Monitor mendokumentasikan kondisi fisik dan psikologis yang mengerikan dari tawanan Palestina yang baru dibebaskan. Mereka tiba di Gaza dalam kondisi kesehatan yang “sangat buruk.” Saat ini, Israel masih menahan lebih dari 10.000 warga Palestina, dengan lebih dari 3.000 di antaranya ditahan secara administratif tanpa dakwaan atau proses peradilan.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini