Jamila, bibi dari Ahmed Abu Athab, terisak-isak saat dia memohon kepada dunia agar keponakannya dapat keluar dari Gaza untuk mendapatkan perawatan medis setelah dia terluka akibat tembakan Israel pada pekan ini, lapor Reuters.
Anak laki-laki itu pergi ke pantai pada Selasa (28/5) untuk mandi bersama sekelompok anak-anak. Sebuah amunisi meluncur saat mereka keluar dan menghantamnya dengan pecahan peluru. Dia sekarang terbaring dengan balutan perban, di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis
Serangan terhadap Rafah telah memutus perbatasan utama untuk melintasi Mesir, membatasi bantuan kemanusiaan, dan menghentikan aliran orang yang berangkat mencari bantuan medis.
“Kemana aku harus membawanya? Beri tahu saya. Kemana aku harus pergi?” kata Jamila Abu Athab.
“Saya meminta semua pemimpin dunia, siapa pun yang mempunyai hati nurani, untuk membuka perbatasan dan mengizinkan anak-anak ini pergi. Apa yang telah mereka lakukan sehingga pantas menerima ini?” tambahnya.
Seperti sebagian besar warga Palestina di Gaza, Ahmed Abu Athab telah kehilangan rumahnya akibat serangan Israel di daerah kantong tersebut. Dia juga kehilangan ibunya bukan karena perang tetapi karena dia meninggalkan Gaza untuk menjalani pengobatan kanker.
Juru Bicara Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Kota Deir Al-Balah di Gaza tengah, Dokter Khalil Al-Dakran, mengatakan kampanye militer Israel telah menimbulkan bencana medis.
“Semua rumah sakit kesulitan karena kekurangan obat-obatan dan kebutuhan medis serta bahan bakar,” katanya dalam video yang diperoleh Reuters. Ia menambahkan bahwa ribuan pasien memerlukan perawatan di luar negeri dan tidak dapat melakukan perjalanan setelah penutupan perbatasan Rafah.
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini