Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza mengumumkan bahwa tujuh bayi telah meninggal akibat cuaca dingin ekstrem yang melanda wilayah tersebut, sehingga menambah jumlah korban anak akibat kondisi ini menjadi 15 sejak awal musim dingin. Seila Abdul Qader, bayi berusia kurang dari dua bulan, menjadi korban terbaru yang meninggal karena kedinginan, menurut pernyataan Dr. Munir Al-Bursh, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Gaza.
Dr. Al-Bursh menjelaskan bahwa rumah sakit di Gaza, terutama rumah sakit anak-anak, sudah tidak mampu lagi menangani kasus komplikasi akibat cuaca dingin. Hal ini disebabkan oleh kehancuran fasilitas medis akibat serangan Israel, termasuk penghancuran peralatan vital bagi bayi baru lahir, seperti inkubator dan unit perawatan intensif.
Kondisi ini diperparah dengan minimnya bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza. Dr. Saeed Salah, Direktur Medis Rumah Sakit Patient’s Friends Benevolent Society (PFBS) di Gaza utara, memperingatkan adanya “bencana” jika bantuan tidak segera masuk. Dalam dua pekan terakhir, delapan bayi dengan hipotermia dirawat di rumah sakit tersebut dan tiga di antaranya meninggal dalam hitungan jam setelah tiba.
Di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, dua bayi lainnya juga meninggal akibat gejala hipotermia. Sementara itu, seorang bayi berusia 69 hari, diketahui telah meninggal pada Selasa malam, menambah jumlah korban menjadi tujuh dalam kurun waktu tiga hari.
Organisasi Human Rights Watch menyatakan bahwa Israel menyebabkan “bahaya serius dan mengancam nyawa” bagi ibu hamil serta perempuan pascapersalinan di Gaza. Laporan mereka menyoroti dampak perang terhadap sistem kesehatan yang telah hancur, serta krisis kelaparan, pengungsian, dan penyakit yang semakin memburuk. Saat ini, hanya 20 dari 35 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi secara parsial, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
Di tengah kondisi darurat ini, banyak warga Palestina terpaksa bertahan hidup di kamp-kamp pengungsian yang penuh sesak, tanpa akses yang memadai terhadap listrik, pemanas, atau tempat tinggal yang layak. Bayi yang baru lahir dan anak-anak di bawah usia tiga bulan menjadi kelompok paling rentan terhadap infeksi pernapasan, gangguan suplai darah, dan penyakit akibat cuaca dingin.
Fikr Shalltoot, Direktur Gaza untuk NGO Medical Aid for Palestinians, menegaskan bahwa kematian bayi-bayi ini bukanlah bencana alam, melainkan krisis buatan manusia. “Bayi yang baru lahir seharusnya tidak meninggal karena hipotermia di Gaza. Jika bantuan kemanusiaan yang memadai, termasuk pasokan tempat tinggal dan pemanas, diizinkan masuk, kematian ini sepenuhnya bisa dicegah,” ujarnya.
Pihak medis dan kemanusiaan mendesak intervensi segera dari lembaga internasional untuk mencegah lebih banyak nyawa melayang. Mereka menuntut agar Israel membuka akses bagi bantuan kemanusiaan demi menyelamatkan bayi-bayi Gaza dari kematian yang seharusnya dapat dihindari.
Sumber:
https://www.middleeastmonitor.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini