• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Selasa, November 28, 2023
  • Login
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Artikel

Pertempuran Surabaya: Perempuan Pejuang di Antara Desing Peluru dan Lontaran Mortir

by Adara Relief International
November 11, 2022
in Artikel, Sorotan, Tema Populer
Reading Time: 5 mins read
0 0
0
Pertempuran Surabaya: Perempuan Pejuang di Antara Desing Peluru dan Lontaran Mortir

Bangkai mobil Brigadir AWS Mallaby yang hangus terbakar akibat ledakan granat

124
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Mengenang Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November adalah mengenang pertempuran rakyat Indonesia melawan tentara Sekutu di Surabaya. Pertempuran Surabaya merupakan perang pertama bangsa Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Salah satu pemicu pertempuran ini adalah tewasnya Jenderal Aubertin Walter Sothern (AWS) Mallaby, hingga ultimatum Inggris agar Indonesia menyerah. Namun, rakyat Indonesia memilih untuk bertempur habis-habisan mempertahankan kemerdekaan RI yang ketika itu belum genap 100 hari.

Baca Juga

Adara Ajak Perempuan Indonesia untuk Bangun Kembali Gaza

Palestina dalam Sepekan

Melalui siaran radio, Bung Tomo dengan semangat berapi-api mengajak rakyat Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. “Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!” Pada 10 November 1945, pecahlah pertempuran antara rakyat Indonesia di Surabaya dan tentara Inggris. Sebanyak 24.000 tentara Inggris dikerahkan untuk menggempur Surabaya di bawah komando Mayjen Robert Eric Carden Mansergh.

Di antara para pejuang yang berlaga di medan tempur kala itu adalah Pemuda Putri Republik Indonesia (PPRI). PPRI merupakan organisasi rakyat yang bersifat ketentaraan atau militer. Kegiatan PPRI diarahkan untuk membantu tentara Indonesia yang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Di garis depan mereka mengirimkan makanan dan memberi pertolongan medis kepada prajurit yang terluka. Di garis belakang, mereka menyelenggarakan dapur umum sebagai usaha pengadaan bahan makanan bagi prajurit dan membantu pengungsian masyarakat ketika meletusnya pertempuran.

Lukitaningsih, ketua PPRI, sejak jauh-jauh hari telah mengajak para perempuan untuk bergabung dalam usaha pembelaan kemerdekaan melalui surat kabar Soera Rakjat pada 24 Oktober 1945. “Kepada segenap pemudi pecinta tanah air yang berhasrat dalam pembelaan, harap mendaftarkan diri di Jalan Sawo No.14, Surabaya, untuk masuk asrama yang disediakan oleh masing-masing kewedanan (wilayah-red),” tulis surat kabar itu.

Sementara itu, para pemudi Arab menyambut ajakan Lukitaningsih dan turut bergabung ke dalam PPRI. Seorang pemudi Arab dalam pidatonya menyerukan, “Saudari-saudariku golongan Arab, bantulah perjuangan saudara Indonesia. Jika pemuda Arab sudah membantu perjuangan pemuda Indonesia, maka putri Arab sudah semestinya membantu putri Indonesia dengan menggabungkan diri di PPRI, Pemuda Putri Republik Indonesia. Oleh karena kita lahir di Indonesia, hidup di Indonesia, menghirup hawa Indonesia, mungkin juga kita mati dikubur di bumi Indonesia, maka putri Arab sudah seharusnya dengan sungguh-sungguh membantu bangsa Indonesia, baik berupa harta, maupun benda, dan lain-lainnya.” Pemudi Arab di PPRI ini dipimpin oleh Nyonya Kalsum dan Nyonya Aminah.

Pada 10 November 1945, bom-bom Sekutu berjatuhan dari darat, laut, dan udara, menandakan bahwa pertempuran besar telah meletus di Surabaya. Pertempuran tersebut merupakan pengalaman pertama bagi para anggota organisasi PPRI untuk terjun ke medan pertempuran, meskipun mereka belum sempat menyelesaikan pelatihan kelaskaran.

Pada waktu itu, secara spontan PPRI membentuk tenaga Palang Merah Khusus dan selanjutnya menjadi Palang Merah tentara yang mengurus korban dalam pertempuran dari garis depan, untuk diangkut ke pos-pos Palang Merah atau ke rumah sakit terdekat. Tidak main-main, anggota PPRI harus mengikuti latihan keterampilan P3K di Centrale Burgere Ziekenhuis (RSUP Simpang), di bawah pimpinan dokter Sutopo dan istri. PPRI sebagai tenaga kesehatan ini bertugas dalam merawat pejuang yang terluka hingga menguburkan pejuang yang tewas.

Di belakang garis tempur, para perempuan pejuang memastikan dapur umum tetap mengepul, mengurus makanan bagi para pejuang agar perjuangan mereka bernafas panjang. Dapur umum ini tersebar di seluruh kota, dengan pusatnya berada di Jalan Pregolan, dekat dengan markas Badan Keamanan Rakyat (BKR) Kaliasin.

Rakyat Indonesia sangat bersimpati dengan para pejuang di Surabaya. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya makanan dan nasi bungkus yang dikirimkan melalui kereta api yang bergerak menuju Surabaya. Semakin dekat dengan Surabaya, kiriman nasi bungkus atau makanan lainnya pun akan semakin banyak. Hal ini membuat khawatir relawan dapur umum jika makanan tersebut sampai di tangan para pejuang dalam kondisi basi.

Bung Tomo yang sangat perhatian dengan urusan logistik, meminta agar sumbangan makanan dikirimkan dalam bentuk bahan mentah untuk kemudian dialirkan ke dapur-dapur umum dan diolah. Setelah makanan siap, kurir akan mengirim makanan ke markas para pejuang dengan menggunakan ambulans.

Relawan dapur umum kebanyakan diisi oleh ibu-ibu. Salah satunya adalah Ibu Dariyah yang kerap disebut Bu Dar “mortir”. Sematan kata mortir di belakang namanya bermula dari proses pengambilan ransum makanan yang kadang tidak tertib. Ketika itulah Bu Dar akan melempar kunyahan daun sirih dan susur (tembakau) kepada prajurit yang bandel. Kunyahan sirih dan susur yang dilempar itu bentuknya bulat, seperti mortir. Bu Dar juga pernah menukar perhiasannya seberat 100 gram dengan bahan makanan agar bisa menyediakan makanan bagi para pejuang yang mundur ke Jombang.

Dikutip dari The Jakarta Post, sejarawan Australia Frank Palmos, dalam bukunya yang berjudul Surabaya 1945: Sakral Tanahku, menuliskan bahwa komandan Inggris dan Belanda tidak dapat memahami bagaimana kaum revolusioner mendapatkan makanan dan air untuk terus berjuang. “Pahlawan di balik layar adalah seorang wanita Jawa Timur berusia 42 tahun yang dikenal di seluruh Surabaya sebagai Dar Mortir (nama asli Darijah Soerodikoesoemo),” tulisnya.

Kisah heroik lain dialami oleh dua sejoli Riet dan Boenakim. Riet adalah anggota palang merah, sementara suaminya, Boenakim, merupakan komandan pos di dekat Pasar Kupang. Ketika itu, pasukan Inggris menyerang Banyuurip, Surabaya, secara membabi buta dengan tembakan ke segala arah. Sebuah peluru menembus dada Boenakim hingga melubangi punggungnya. Darah mengalir dari dada, punggung, mulut, dan telinga Boenakim, sementara dalam kepanikannya, Riet berusaha memberi pertolongan kepada suaminya. Nyawa Boenakim tidak tertolong. Ia wafat di pangkuan istrinya pada pagi hari, 11 November 1945. Riet kemudian membawa jenazah suaminya untuk dikuburkan di dekat rumahnya.

Seolah tidak ada waktu untuk berduka, malam harinya, Riet kembali bergabung dengan pejuang lain di Banyuurip. Ia merangkap tenaga kesehatan yang juga sibuk bekerja di dapur umum, serta dilibatkan dalam rapat-rapat strategis. Beberapa hari setelahnya, Inggris kembali menyerang Pos Banyuurip, memaksa pejuang dan pengungsi untuk berpindah tempat, hingga akhirnya harus mundur dari Surabaya.

Para pejuang bangsa telah berupaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan sehormat-hormatnya, sekalipun harus mengorbankan segala hal yang dimiliki. Awalnya, Inggris sesumbar bahwa Surabaya dapat ditaklukkan dalam waktu tiga hari. Nyatanya, perlawanan sengit yang dilancarkan seluruh komponen rakyat Indonesia yang ketika itu berada di Surabaya, menjadikan pertempuran Surabaya molor menjadi tiga pekan, hingga 3 Desember 1945.

Pasukan Inggris menyebut pertempuran Surabaya sebagai inferno atau neraka di timur Jawa, saking sengitnya perlawanan rakyat yang mereka hadapi. Dikutip dari Historia, Mayor R.B. Houston dari Batalyon Gurkha Rifles ke-10 dalam What Happened in Java: History of 23rd Division, mengungkapkan “Pasukan Indonesia hanya bisa diusir dari Surabaya setelah pengeboman artileri dan penembakan meriam dari kapal perang secara besar-besaran.”

M.C. Ricklefs dalam A History of Modern Indonesia (1993), sebagaimana dikutip Tirto, mencatat bahwa dampak dari peristiwa bersejarah ini menewaskan setidaknya 6.000—16.000 orang dari pihak Indonesia. Sedangkan korban tewas dari pasukan Sekutu diperkirakan sejumlah 600—2.000 orang. Selain itu, menurut Stanley Woodburn Kirby dalam The War Against Japan (1965), pertempuran Surabaya menyebabkan tidak kurang dari 200.000 rakyat sipil terpaksa mengungsi dari Surabaya ke daerah-daerah yang lebih aman.

Kisah Lukitaningsih dan PPRI, Bu Dar “mortir”, juga Riet, hanyalah sekelumit kisah perjuangan yang mencatat peran penting perempuan dalam pertempuran besar di Surabaya. Mereka merayap dalam terang dan gelap untuk menolong para pejuang yang terluka serta menguburkan mereka yang gugur. Di antara desing peluru, mereka maju mengantarkan makanan kepada pejuang di garis depan. Mereka memastikan asap di dapur-dapur umum tetap mengepul agar prajurit tetap terpenuhi kebutuhan logistiknya. Di pertempuran Surabaya, para perempuan pejuang pun turut meninggalkan jiwa dan raga mereka di medan laga. (LMS)

 

Sumber:

Alvi Dwi Ningrum. 2014. Laskar Pemuda Putri Republik Indonesia dalam Revolusi di Surabaya Tahun 1945—1946. Diakses di https://repository.unair.ac.id/14680/16/16.%20Bab%203.pdf

https://historia.id/politik/articles/riwayat-radio-pemberontakan-bung-tomo-DAl8X/page/3

https://historia.id/militer/articles/pertempuran-surabaya-dari-mata-perempuan-v5EwA/page/2

https://historia.id/militer/articles/akhir-pertempuran-surabaya-P1Bb4/page/2

https://historia.id/politik/articles/dapur-umum-dapur-ngebul-senapan-ngepul-6kKa6/page/1

https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/27/120000779/biografi-bung-tomo-pembakar-semangat-arek-arek-suroboyo?page=2

https://roodebrugsoerabaia.com/2015/05/mengenal-bu-dar-mortir/?v=b718adec73e0

https://www.thejakartapost.com/life/2017/05/02/celebrating-the-combat-cooks.html

https://tirto.id/hari-pahlawan-peran-besar-kaum-perempuan-di-pertempuran-surabaya-elbN

https://tirto.id/kronologi-pertempuran-surabaya-sejarah-latar-belakang-dampak-gaMi

 

***

Kunjungi situs resmi Adara Relief International

Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.

Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini

Baca juga artikel terbaru, klik di sini

Post Views: 180
Tags: ArtikelIndonesiaPerempuan
ShareTweetSendShare
Previous Post

Penghancuran Karir Jurnalis Palestina: Upaya Israel Membungkam Kebenaran

Next Post

Sambut HKN ke-58, Menkes Budi Gunadi dan Tim Kemenkes Ziarah ke TMP Kalibata Kenang Jasa Pahlawan Kesehatan

Adara Relief International

Related Posts

Adara Ajak Perempuan Indonesia untuk Bangun Kembali Gaza
Activities

Adara Ajak Perempuan Indonesia untuk Bangun Kembali Gaza

by Adara Relief International
November 26, 2023
0

Peringati Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina, Adara Ajak Perempuan Indonesia untuk Bangun Kembali Gaza Dalam rangka memperingati Hari Solidaritas Internasional...

Read more
Puluhan anggota keluarga yang sama tewas di Gaza karena Israel terus melakukan serangan udara.

Palestina dalam Sepekan

November 26, 2023
Realitas Mengerikan dibalik Nama-nama Operasi Militer Israel di Gaza

Realitas Mengerikan dibalik Nama-nama Operasi Militer Israel di Gaza

November 23, 2023
Dua Hari Serangan Israel, Berikut Foto-Foto Kondisi Gaza

Perkembangan Agresi-Genosida Gaza, Hari ke-40:

November 17, 2023
Hanya dalam Sepekan, Israel Tahan Lebih dari 200 Warga Palestina

Cukup Jadi Manusia untuk Membela Palestina? Berikut Faktanya!

November 17, 2023
Gaza Krisis Ambulans!

Gaza Krisis Ambulans!

November 17, 2023
Next Post
Sambut HKN ke-58, Menkes Budi Gunadi dan Tim Kemenkes Ziarah ke TMP Kalibata Kenang Jasa Pahlawan Kesehatan

Sambut HKN ke-58, Menkes Budi Gunadi dan Tim Kemenkes Ziarah ke TMP Kalibata Kenang Jasa Pahlawan Kesehatan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • Perempuan Palestina yang Ditawan Zionis Israel Mengalami Penyiksaan dan Pelecehan Seksual

    Perempuan Palestina yang Ditawan Zionis Israel Mengalami Penyiksaan dan Pelecehan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Israa Jaabis, Kisah Pilu Seorang Ibu yang Ditawan Zionis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 2022 Sudah Berakhir, Namun Ahmad Manasra Tak Kunjung Dibebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 22 ALASAN UMAT ISLAM WAJIB MEMBANTU PALESTINA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kejamnya Perilaku Israel terhadap Israa Al Jabis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing

Company Profile - Adara Relief International

Company Profile - Adara Relief International

00:03:01

“Wonderful Children for Wonderful Family”

00:00:46

Bantuan Halaqah Tatsbit Al-Quran untuk Pengungsian Palestina

00:02:04

Bantuan Halaqah Tahfidz Al-Quran di Pengungsian Palestina

00:01:10

STRONG 'WHY' TO LIGHT UP AL-AQSA

02:04:05
Telegram Instagram Facebook Twitter Youtube Whatsapp

Klik untuk dapatkan update info terbaru

  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Sosial Media
  • Donasi

Yayasan Adara Relief Internasional


GrahaQu Lt.2,
Jl. Warung Buncit Raya Loka Indah No.1,
Desa/Kelurahan Kalibata, Kec. Pancoran
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12740
Indonesia

© 2022 Adara Relief International

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
Donasi Sekarang

© 2022 Adara Relief International

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist