Dalam rangka terus meningkatkan kapasitas pengurus dan relawannya, Adara International Relief bekerja sama dengan Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Fatahillah, Jakarta, mengadakan Program Khusus Kursus Singkat yang diadakan di GrahaQu building, Jakarta. Kuliah pertamanya digelar pada Kamis (29/09) lalu.
Selain untuk meningkatkan kapasitas, perkuliahan ini juga bertujuan memberikan kerangka berpikir yang benar sebagai seorang muslim, yaitu yang berlandaskan sumber-sumbernya yang murni.
Akmal Sjafril, pemateri pada sesi kuliah perdana, memaparkan bahwa tantangan terberat kita saat ini bukan lagi umat yang mengikut agama Yahudi atau Nasrani, tetapi tercerabutnya akar keislaman dari diri setiap muslim. “Karena itu, kita seringkali terjebak dalam perang menghadapi saudara kita sendiri,” ungkapnya.
Untuk itu, dalam program kursus singkat ini peserta tidak hanya diberi kesempatan untuk mendapatkan tambahan ilmu dan wawasan tetapi juga diberi kesempatan menuangkan gagasan-gagasannya lewat tugas-tugas reportase dan karya ilmiah.
Bagi sebagian peserta, model perkuliahan ini menjadi lebih menarik, “Bagus banget! Serasa jadi muda lagi,” tutur Nieke, salah seorang peserta Relawan Adara. Walaupun untuk peserta Bunda Zainab, peserta lainnya yang sudah berusia lanjut, kuliah ini terasa cukup berat lantaran membutuhkan keakraban dengan teknologi, namun semua itu tidak menyurutkan semangat peserta.
Secara keseluruhan acara ini mendapatkan respon positif, terlihat dari antusiasme peserta dalam bertanya dan menerima tugas.
“Semangat ini perlu terus dijaga mengingat masih tersisa sembilan pertemuan lagi, selain itu juga karena para pengurus dan relawan Adara membutuhkan nafas panjang menghadapi Yahudi dan Nasrani yang memerangi Islam dan kaum muslimin, dan juga mereka yang bukan Yahudi atau Nasrani tetapi menjadi para pendukungnya,” pungkas Ketua Adara Relief Internasional, Nurjanah Helwani, di akhir kuliah perdana SPI ini. [bannasari/islamedia/abe]