Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, pada Sabtu (1/2) menyerahkan tiga tahanan Israel kepada Komite Internasional Palang Merah (ICRC) sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan yang sedang berlangsung. Dua sandera, Ofer Calderon dan Yarden Bibas, diserahkan di Khan Younis, Gaza Selatan, sementara sandera ketiga, Samuel Siegel—yang juga berkewarganegaraan AS—diserahkan di pelabuhan Kota Gaza.
Hamas mengonfirmasi bahwa ketiga sandera ini diserahkan sebagai imbalan atas pembebasan kelompok baru tawanan Palestina dari penjara Israel. Meski kondisi di Gaza sangat sulit, Al-Qassam menegaskan bahwa mereka tetap memberikan perawatan kesehatan yang diperlukan kepada para sandera sebelum diserahkan. Tentara Israel mengonfirmasi bahwa para sandera telah diterima dari Palang Merah dan dibawa ke Israel.
Proses pertukaran ini berlangsung di tengah kehadiran besar warga Palestina, dengan pengerahan anggota militer Hamas untuk mengawasi penyerahan tahanan. Kendaraan Palang Merah tiba lebih awal di Khan Younis dan Kota Gaza untuk memfasilitasi proses ini sesuai ketentuan yang disepakati. Dalam tahap terbaru dari kesepakatan pertukaran ini, Israel diperkirakan akan membebaskan 183 tawanan Palestina, termasuk 111 orang yang ditangkap di Gaza setelah 7 Oktober 2023, menurut Kantor Informasi Tawanan yang dikelola Hamas.
Di tengah pertukaran tawanan ini, Hamas mendesak Palang Merah untuk lebih aktif melindungi hak-hak tawanan Palestina di penjara Israel. Dalam surat yang dikirim kepada Palang Merah, Hamas menyoroti berbagai bentuk penyiksaan, pengabaian medis, kelaparan, serta kurangnya akses terhadap obat-obatan yang dialami tawanan Palestina, yang mereka sebut sebagai kejahatan nyata dari agresi.
Kesaksian dari para tawanan yang baru dibebaskan mengungkapkan adanya penyiksaan fisik dan psikologis, pemukulan brutal hingga saat-saat terakhir sebelum pembebasan, serta kelalaian medis yang disengaja. Hamas menegaskan bahwa tindakan ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum internasional yang mengatur hak-hak tawanan dan meminta Palang Merah untuk meningkatkan pemantauan terhadap kondisi mereka.
Hamas juga menuntut agar Palang Merah menyampaikan laporan resmi kepada lembaga-lembaga internasional terkait serta memastikan hak-hak tawanan dihormati sesuai dengan Konvensi Jenewa dan hukum humaniter internasional. Menurut Hamas, perlakuan Israel terhadap tawanan Palestina hanya akan memperkuat tekad rakyat Palestina untuk terus berjuang hingga pendudukan berakhir dan negara Palestina yang berdaulat dengan Al-Quds (Yerusalem) sebagai ibu kota dapat terwujud.
Sebelumnya, Palang Merah telah mengecam perlakuan Israel terhadap tawanan Palestina yang baru dibebaskan. Para tawanan melaporkan bahwa mereka mengalami pemukulan brutal, ancaman pembunuhan, serta kondisi tidak manusiawi sebelum dibebaskan. Layanan Penjara Israel juga dikritik karena memperlakukan tawanan dengan kasar saat mereka dipaksa keluar dari Penjara Ketziot dengan tangan terborgol di atas kepala dan mengenakan gelang bertuliskan “bangsa abadi tidak pernah lupa.”
Pertukaran tawanan ini, yang dilakukan dengan mediasi internasional, terus menjadi sorotan global. Sementara Hamas menyerahkan sandera Israel sebagai bagian dari kesepakatan, mereka juga menekankan pentingnya perhatian terhadap kondisi tawanan Palestina di penjara-penjara Israel yang hingga kini masih menghadapi berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini