“Saya meninggalkan neraka dan sekarang saya berada di surga. Kami semua sudah keluar dari neraka.”
(Abdelaziz Atawneh, tawanan anak)
Sejak gencatan senjata diberlakukan di Jalur Gaza pada 19 Januari 2025, seluruh penduduk Gaza merasakan sukacita, termasuk ribuan tawanan Palestina di penjara-penjara Israel. Untuk pertama kalinya sejak genosida dimulai, mereka akhirnya merasakan kebebasan. Berdasarkan kesepakatan gencatan senjata, Israel akan membebaskan tawanan Palestina dari penjara mereka, sebagai imbalan untuk pembebasan tahanan Israel dari Gaza. Adapun jumlah tawanan yang dibebaskan akan disesuaikan dengan rasio yang disepakati oleh kedua belah pihak dan mediator internasional di Doha, Qatar.
Menurut laporan dari Al Jazeera, kesepakatan pertukaran tawanan Palestina dan Israel adalah sebagai berikut: 110 tawanan Palestina yang dijatuhi hukuman seumur hidup oleh pengadilan Israel akan ditukar dengan sembilan tawanan Israel yang sakit dan terluka, pria Israel yang berusia di atas 50 tahun akan dibebaskan dengan imbalan tawanan Palestina dengan rasio 1:3 untuk mereka yang dijatuhi hukuman seumur hidup, dan 1:27 untuk mereka yang menjalani hukuman lainnya.
Tawanan telah lama digunakan sebagai “alat tukar” dalam hubungan Israel dengan kelompok-kelompok perlawanan Palestina. Bertahun-tahun lalu, pertukaran tawanan juga pernah dilakukan. Pada 1983 terdapat lebih dari 4.500 tawanan Palestina dibebaskan dengan imbalan enam tentara Israel. Demikian juga pada 1985, ketika sekitar 1.150 tawanan Palestina ditukar dengan tiga tentara Israel.
Meski pertukaran tawanan ini bukanlah akhir dari penjajahan Israel di atas tanah Palestina, namun bebasnya para tawanan Palestina setelah bertahun-tahun mengalami kondisi yang sulit di penjara Israel merupakan satu kebahagiaan tersendiri. Kepulangan para tawanan disambut dengan antusias oleh banyak warga Palestina, terutama keluarga dekat dari para tawanan yang dibebaskan. Untuk sejenak, warga Palestina setidaknya bisa melepas kerinduan dan memeluk erat anggota keluarga mereka yang telah kembali bebas dari penjara Israel yang dijuluki “kuburan bagi orang-orang hidup”.
“Kami Sudah Keluar dari Neraka”

“Saya meninggalkan neraka dan sekarang saya berada di surga. Kami semua sudah keluar dari neraka. Mereka (pasukan Israel) suka menganiaya kami, memukuli kami, dan menembakkan gas air mata ke arah kami,” kata Abdelaziz Atawneh, seorang anak laki-laki yang dibebaskan dari penjara Israel pada tahap pertama pertukaran tawanan. “(Di penjara) tidak ada makanan, tidak ada permen, tidak ada garam,” tambahnya.
Abdelaziz dan beberapa tawanan anak dan perempuan dibebaskan pada pertukaran tawanan tahap pertama yang dilaksanakan pada hari pertama gencatan senjata yaitu pada 19 Januari 2025. Pada tahap pertama ini, Reuters melaporkan bahwa Israel membebaskan 90 tawanan Palestina yang terdiri atas 69 perempuan dan 21 anak laki-laki usia remaja. Sementara itu, kelompok perlawanan Palestina membebaskan tiga perempuan Israel, yakni Romi Gonen, Doron Steinbrecher, dan Emily Damari.
Salah satu tawanan perempuan yang dibebaskan pada tahap pertama adalah Khalida Jarrar. Ia adalah Direktur Addameer Prisoners’ Support and Human Rights Association dari tahun 1994 hingga 2006, dan terpilih sebagai anggota Dewan Legislatif Palestina selama pemilihan parlemen terakhir yang diadakan pada 2006. Selain itu, ia juga ditunjuk menjadi anggota Komite Nasional Palestina untuk tindak lanjut dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).
Khalida Jarrar dan suaminya, Ghassan Jarrar, telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di penjara Israel di bawah penahanan administratif. “Ada perasaan ganda yang kami alami: di satu sisi, perasaan bebas yang membuat kami berterima kasih kepada semua orang, di sisi lain, rasa sakit karena kehilangan begitu banyak syuhada Palestina,” kata Jarrar kepada kantor berita The Associated Press setelah ia dibebaskan. Bushra al-Tawil, seorang jurnalis Palestina yang dipenjara pada Maret 2024, juga termasuk di antara perempuan tawanan yang dibebaskan. Tawil mengatakan bahwa ayahnya, yang juga ditawan oleh pasukan Israel, akan segera dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata ini.

Pertukaran tawanan dilaksanakan dalam beberapa tahap. Pertukaran tawanan tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 2025. Al Jazeera melaporkan bahwa Israel membebaskan 200 tawanan Palestina, sedangkan kelompok perlawanan Palestina membebaskan 4 perempuan tentara Israel: Karina Ariev, Daniella Gilboa, Naama Levy, dan Liri Albag. Sementara itu, pertukaran tawanan tahap ketiga dilaksanakan pada 30 Januari 2025. Al Jazeera melaporkan bahwa Israel membebaskan 110 tawanan Palestina yang seluruhnya adalah laki-laki, sedangkan kelompok perlawanan Palestina membebaskan tiga tahanan Israel: Agam Berger (tentara Israel), Arbel Yehud, dan Gadi Moshe Mozes. Selain tiga tahanan tersebut, kelompok perlawanan Palestina juga membebaskan lima tawanan Thailand: Pongsak Thaenna, Sathian Suwannakhan, Watchara Sriaoun, Bannawat Saethao dan Surasak Rumnao. Mereka berlima bekerja di sektor pertanian dekat Gaza selama genosida berlangsung.

Pertukaran tawanan tahap keempat dilaksanakan pada 1 Februari 2025. Al Jazeera melaporkan bahwa Israel membebaskan 183 tawanan Palestina, 111 di antaranya ditangkap oleh pasukan Israel di Gaza setelah 7 Oktober 2023, sementara 73 tawanan lainnya telah menjalani hukuman penjara jangka panjang dan hukuman seumur hidup. Di lain pihak, kelompok perlawanan Palestina membebaskan tiga tawanan Israel, yakni Ofer Kalderon (warga negara ganda Prancis-Israel), Yarden Bibas, dan Keith Siegel (warga negara ganda Amerika-Israel).
Selama periode empat tahap pembebasan tawanan, Israel juga membebaskan beberapa tokoh perlawanan Palestina, di antaranya ada Zakaria Zubeidi, mantan pemimpin Brigade Syuhada Al-Aqsa dan sutradara teater terkemuka, Freedom Theater, yang berpusat di Kamp Pengungsi Jenin. Zubeidi ditangkap pada 2019 dengan tuduhan penyerangan, kemudian pada 2021, ia dan lima tawanan lainnya berhasil kabur dari penjara Gilboa, namun ditangkap kembali beberapa hari kemudian. Saat dibebaskan, Dr. Mai Al-Kaileh, dokter yang memeriksanya, mengatakan bahwa tulang rusuknya telah hancur dan ia telah kehilangan berat badan yang sangat banyak.
Tiga bersaudara dari keluarga Abu Hamid di Kamp Pengungsi Al-Amari di Ramallah — Nasser (51), Mohammad (44), dan Sharif (48) — juga dideportasi ke Mesir setelah dibebaskan. Mereka dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan serangan terhadap pemukim kolonial Israel pada 2002. Mohammad al-Tous (67), yang menyandang gelar tawanan terlama di penjara Israel juga dibebaskan pada kesepakatan pertukaran tawanan. Ia pertama kali ditangkap pada 1985 saat dituding melawan pasukan Israel di sepanjang perbatasan Yordania dan telah menghabiskan total 39 tahun di balik jeruji besi.
Penjara Israel: Kuburan bagi Orang-Orang Hidup

Meski di satu sisi pembebasan para tawanan disambut dengan bahagia oleh banyak pihak, namun di sisi lain momen pembebasan tawanan juga diwarnai dengan keprihatinan karena kondisi para tawanan yang memilukan setelah bertahun-tahun mendekam di balik jeruji besi. Para tawanan keluar dari penjara Israel dengan mengenakan pakaian tawanan berwarna abu-abu bernoda dan menunjukkan tanda-tanda penyiksaan.
Surat kabar Israel Haaretz mengatakan bahwa petugas Palang Merah Internasional (ICRC) telah menyatakan kemarahan atas cara Layanan Penjara Israel dalam menangani tawanan Palestina yang dibebaskan dari Penjara Ketziot. Menurut keterangan mereka, tawanan Palestina dibebaskan dengan tangan diborgol di atas kepala dengan pita bertuliskan: “The people of eternity does not forget.”
Di antara tawanan yang dibebaskan, banyak yang kehilangan berat badan secara signifikan, juga mengalami gangguan fisik dan mental akibat kekejaman penjara Israel. Banyak tawanan juga tidak pernah bertemu dengan istri, anak-anak, dan orang-orang tercinta mereka sejak ditahan oleh Israel. Yang lebih menyedihkan, beberapa tawanan keluar dari penjara hanya untuk menemukan bahwa seluruh keluarga mereka telah tiada karena menjadi korban genosida Gaza.
Tareq Abu Azzoum dari Al Jazeera, yang melaporkan dari Khan Younis, mengatakan bahwa ICRC mengerahkan dua tim ke Rumah Sakit Eropa dan Karem Abu Salem untuk menilai kondisi kesehatan para tawanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, banyak warga Palestina yang dibebaskan dari penjara Israel menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan kelaparan, kata Masyarakat Tawanan Palestina. Sejumlah tawanan tampak lelah dan lemah saat berjalan kaki dari bus ke Rumah Sakit Eropa di Khan Younis, Gaza. Salah satu tawanan Palestina yang tidak disebutkan namanya berkata, “Selama 15 bulan terakhir, kami mengalami penyiksaan paling brutal … orang Israel memperlakukan kami dengan cara yang tidak manusiawi. Mereka memperlakukan hewan lebih baik daripada memperlakukan kami.”
Mahmoud Samer Jabarin, salah seorang tawanan, mengatakan, “Saya menghabiskan tujuh tahun di penjara Israel,” kata Jabarin kepada Anadolu setelah dibebaskan. “Periode selama genosida Israel di Gaza adalah yang tersulit. Kami mengalami penyiksaan, pemukulan, dan pelecehan. Kami benar-benar terputus dari dunia. Mereka (tentara Israel) mengambil semuanya dari kami. Kami semua menjadi sasaran pemukulan dan penyiksaan, dan makanan menjadi langka. Mereka tidak menunjukkan belas kasihan, bahkan kepada lansia, anak-anak, atau orang sakit.”
Jabarin merinci penyiksaan yang dialami para tawanan, menekankan bahwa penyiksaan seringkali dilakukan di tengah malam. “Pasukan khusus Israel akan menyerbu sel kami pada pukul 2 pagi, menyerang kami, menyemprot kami dengan air dingin, dan menembakkan gas air mata tanpa alasan apa pun,” katanya. “Kami dipukuli, dimaki, dan dihina atas kemauan para prajurit. Setiap kamar, yang luasnya hanya 12 meter persegi, menampung 12 tawanan tanpa kasur,” kata Jabarin. “Mereka akan melontarkan kata-kata kasar kepada kami, dengan mengatakan, ‘Kalian seharusnya tidak hidup. Kalian seharusnya dibunuh. Kalian pantas dihancurkan,'” tambahnya.
Meskipun lokasi penahanan banyak tawanan tidak diketahui, namun kelompok hak asasi manusia telah lama menyuarakan protes mereka atas kondisi dalam sistem penjara Israel. Pada Agustus 2024, kelompok hak asasi manusia Israel B’Tselem menerbitkan laporan lengkap yang merinci jaringan fasilitas penahanan Israel yang digambarkannya sebagai “kamp penyiksaan”. LSM global Human Rights Watch juga menerbitkan laporan pada bulan Juli dan Agustus 2024 tentang sistem penjara Israel, yang merinci pemerkosaan, penyebaran gambar-gambar seksual tawanan Palestina, termasuk anak-anak, dan penyiksaan sistematis terhadap tawanan. Di sisi lain, para tawanan yang dibebaskan oleh kelompok perlawanan Palestina tampak dalam keadaan sehat, demikian dilaporkan media Israel.
Hari Ini Pembebasan Tawanan, Besok Pembebasan Palestina!

Meski kondisi para tawanan begitu mengenaskan ketika dibebaskan, namun rasa bahagia terpancar dari wajah mereka ketika bertemu dengan kerumunan warga yang menyambut mereka. Wajah mereka semakin berbinar ketika dipertemukan dengan keluarga mereka. Para tawanan disambut dengan meriah bak pahlawan, sebab warga Palestina sangat mengetahui kondisi mengerikan yang telah dialami oleh para tawanan selama berada di penjara Israel.
Basil Farraj, seorang analis dan asisten profesor di Universitas Birzeit, mengatakan bahwa pembebasan tawanan Palestina “tidak mengakhiri kondisi brutal” yang dialami warga Palestina di penjara Israel. Ia mengatakan bahwa warga Palestina masih sering diperlakukan tidak manusiawi oleh Israel. Ia juga memperingatkan bahwa Israel kemungkinan besar akan menangkap kembali beberapa orang yang telah dibebaskan seperti dalam kasus-kasus sebelumnya.
“Pembebasan tawanan Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, tidak berarti bahwa kondisi penahanan telah berubah. Negosiator Israel bersikeras bahwa tidak akan ada yang berubah di dalam penjara Israel,” Basil Farraj mengatakan kepada Al Jazeera. “Ini sebenarnya sangat mengkhawatirkan, sekaligus menjelaskan mengapa banyak keluarga berkumpul untuk menyambut orang-orang terkasih mereka; karena mereka tahu neraka yang telah dialami [para tawanan] itu sangat brutal.” Farraj menambahkan, “Ini menunjukkan bahwa rezim penjara Israel dimaksudkan untuk menghancurkan tawanan Palestina. Israel dengan sengaja mencoba menghancurkan semangat dan jiwa mereka.”
Sebelum pembebasan 90 tawanan pada tahap pertama, tercatat masih ada 10.400 warga Palestina di penjara Israel, belum termasuk mereka yang diculik dari Gaza selama 15 bulan terakhir genosida, menurut Komisi Urusan Tawanan dan Mantan Tawanan Palestina. Hingga saat ini, statistik Addameer menunjukkan bahwa 3.369 tawanan administratif juga masih berada di penjara-penjara Israel. Dengan kata lain, meskipun Israel telah membebaskan ribuan tawanan dalam kesepakatan gencatan senjata, masih banyak tawanan yang hingga hari ini belum dibebaskan dan masih berjuang menghadapi kekejaman Israel di balik jeruji besi. Oleh karena itu, momen pembebasan tawanan ini tidak boleh menjadi akhir dari perjuangan, sebab perlawanan tidak akan pernah selesai hingga tanah Palestina merdeka seutuhnya dari penjajahan Zionis Israel.
Free Them All!
Free Palestine!
Salsabila Safitri, S.Hum.
Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.
Sumber:
https://www.addameer.org/statistics
https://www.aljazeera.com/news/2025/1/30/israeli-captives-released-in-gaza-as-part-of-ceasefire-deal
https://www.aljazeera.com/news/2025/1/25/hamas-releases-four-israeli-soldiers-held-in-gaza
https://www.reuters.com/world/middle-east/what-we-know-about-gaza-hostage-prisoner-exchange-2025-01-18/
https://www.reuters.com/world/middle-east/three-israeli-hostages-set-be-released-latest-gaza-exchange-2025-02-01/
https://www.newarab.com/news/release-khalida-jarrar-shows-conditions-israeli-prisons
https://www.arabnews.com/node/2588472/middle-east
https://www.arabnews.com/node/2586950/middle-east
https://www.aljazeera.com/news/2025/1/20/who-are-the-palestinian-prisoners-released-by-israel
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini