JAKARTA-Sebagai respon atas eskalasi serangan agresi penjajah Israel di Jalur Gaza, yang berdampak salah satunya pada kerawanan pangan. Pada tanggal 15 Maret yaitu pada hari ke-15 Ramadahan, Adara kirimkan bantuan makanan berbuka puasa untuk 11.600 pengungsi yang berada di Gaza Tengah.
Bulan Ramadhan seharusnya menjadi waktu, dimana kaum muslimin bisa khusyuk menjalankan ibadah puasa. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Gaza, sahur dan buka puasa mereka diwarnai warna darah, dan bisingnya suara drone yang bersiap memangsa siapa saja yang ia temui bergerak.
Tidak ada momen berebut mencari takjil untuk santapan buka puasa, yang ada hanya kerumunan mencari sesuap makanan, agar mereka bisa melanjutkan puasa ke esokan harinya.
Bahkan tak jarang ketika seorang ayah atau salah satu anggota keluarga keluar tenda untuk mencari sesuap makanan, sekembalinya ke tenda ia mendapati keluarganya telah tiada, pun sebaliknya, yang kembali ke tenda hanya namanya saja, bisa jadi karena ia telah syahid dalam perjalanan pulang, atau ditangkap oleh tentara penjajah.
Begitulah realita Ramadhan di Gaza sejak agresi Israel pada tahun 2023 lalu. Sebagai lembaga kemanusiaan, Adara hadir dengan berbagai bantuan yang dibutuhkan oleh warga Gaza terutama di saat bulan Ramadhan. Di antara bantuan tersebut adalah makanan buka puasa, yang dimasak di dapur umum yang terletak tidak jauh dari tenda-tenda para pengungsi. Hal itu bertujuan, agar para pengungsi tidak perlu jauh-jauh mencari makanan, sekaligus menjaga agar makanan tetap hangat ketika disantap saat berbuka. Sebanyak 11.600 paket berbuka puasa yang terdiri dari nasi, dan lauk telah didistribusikan oleh tim lapangan Adara, ke tenda-tenda para pengungsi.


Terima kasih Sahabat Adara, atas kontribusinya yang tiada putus untuk anak dan perempuan Palestina. Kehadiran Sahabat Adara dari sisi moril dan materil sangat berarti bagi mereka.