Seorang penembak jitu Israel menembak anak perempuan berusia 14 tahun ketika ia sedang mencari air di Khan Younis, distrik kedua teratas di selatan Gaza, yang dahulu dianggap sebagai zona aman. Al Jazeera menambahkan bahwa anak tersebut meninggal karena kehabisan darah di jalan.
Peristiwa tersebut menunjukkan contoh lain dari betapa tidak amannya situasi di kota tersebut. Terdapat drone serangan Israel, pengeboman yang intens, dan penembak jitu di setiap atap permukiman warga di kota itu
Beberapa jam sebelum pembunuhan tersebut, seorang perempuan berusia 40 tahun juga ditembak dan dibunuh oleh seorang penembak jitu hanya beberapa meter dari gerbang utama Rumah Sakit Nasser, saat ia mencoba mendapatkan makanan dan air untuk anak laki-lakinya yang terluka.
Sementara itu, pasukan Israel dilaporkan bersiap untuk memperluas invasi darat mereka ke Kota Rafah, daerah paling selatan Gaza, yang menampung sekitar 1,9 juta orang yang mencari perlindungan. Kini, kampanye pengeboman intens sedang berlangsung di kota tersebut, terutama di bagian barat.
Pasukan Israel juga terus menargetkan bangunan tempat tinggal. Satu keluarga pengungsi dari bagian utara Jalur Gaza dan satu keluarga lainnya yang datang dari Khan Younis terbunuh dalam serangan udara besar-besaran pada Kamis (8/2) malam yang telah menghancurkan seluruh bangunan.
Sebagaimana disampaikan Kementerian Kesehatan Palestina pada Kamis (8/2), hingga saat ini setidaknya 27.840 warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober, serta lebih dari 67.317 orang terluka akibat agresi Israel terhadap wilayah Gaza. Selain itu, kementerian juga mengatakan bahwa dalam 24 jam terakhir pasukan Israel telah membunuh setidaknya 130 orang dan melukai 170 lainnya.
Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB Martin Griffiths mengatakan bahwa dia “sangat prihatin” dengan rencana Israel untuk memperluas operasi mereka ke Rafah, tempat warga sipil Palestina yang terlantar tinggal dalam kondisi yang mengerikan tanpa tempat untuk melarikan diri.
“Lebih dari separuh populasi Gaza sekarang terjebak di Rafah, sebuah kota yang awalnya berpenduduk 250.000 orang, tepat di ambang pintu Mesir. Kondisi hidup mereka mengerikan– mereka kekurangan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup, dikejar kelaparan, penyakit, dan kematian,” kata Griffiths dalam sebuah pernyataan hari ini.
“Pertempuran di Rafah berisiko mengorbankan lebih banyak nyawa. Ini juga berisiko memperparah operasi kemanusiaan yang sudah terbatas oleh ketidakamanan, infrastruktur yang rusak, dan pembatasan akses,” tambahnya. “Dengan kata lain: Perang ini harus dihentikan.”
Demikian pula Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang menyatakan rasa terkejutnya atas laporan bahwa Israel berencana untuk menyerang Rafah. “Tindakan tersebut secara eksponensial akan meningkatkan apa yang sudah menjadi mimpi buruk kemanusiaan dengan konsekuensi regional yang tidak terduga,” kata Guterres kepada Majelis Umum PBB pada Rabu (7/2).
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini