Pernahkah Sahabat Adara merasa sangat sedih? Apakah itu karena sebuah kesalahan, kegagalan, konflik, ataupun ingin mengubah sesuatu namun merasa tidak berdaya? Atau, adakah yang pernah mengalami stres karena kehilangan sesuatu yang sangat berharga, sebagaimana yang dialami saudara-saudara kita di Palestina, terutama di Gaza.
Tidak terbayangkan apa saja jenis emosi yang melanda mereka di sana. Sedih, marah, kecewa, frustrasi, trauma, pasrah, semua bercampur aduk menjadi satu. Betapa bersyukur dan bahagianya mereka meski hanya mendapat nikmat berupa bantuan makanan atau kebutuhan pokok lainnya untuk bertahan hidup. Rasanya, logika manusia biasa tidak mampu menalar apa yang berhasil membuat mereka bertahan sejauh ini.
Dalam konsep psikologi, penanganan terhadap stres dapat diupayakan dari tiga aspek:
Problem Focused Coping
Pendekatan ini berfokus pada cara menghadapi dan mengatasi masalah dari akarnya dan bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan demikian, tidak ada lagi perasaan yang mengganggu dan bisa memicu stress. Contoh konkret dari strategi ini yaitu mencari alternatif solusi, melakukan perencanaan, mencari sumber daya bantuan, konsultasi ke profesional, mengomunikasikan masalah kepada pihak yang relevan, membuat inovasi untuk meningkatkan kinerja, dan sebagainya.
Emotion Focused Coping
Pendekatan berikutnya merupakan berbagai upaya individu untuk mengurangi atau menghilangkan stres bukan dengan cara menghadapinya secara langsung, melainkan dengan cara mempertahankan kestabilan emosinya. Pendekatan ini berfokus pada pengelolaan perasaan dan respons emosional terhadap suatu situasi, namun tidak secara langsung menyelesaikan masalah itu sendiri.
Fokus utama metode ini adalah untuk mengurangi tekanan emosional dari dalam diri guna meredakan stres yang dipicu oleh masalah tersebut. Contoh konkret dari strategi ini misalnya menangis dan tidur secukupnya, melakukan self-care, hobi, olahraga, journaling, menerapkan positive/growth mindset, curhat ke orang terdekat, dan sejenisnya.
Religious Coping
Pendekatan ini merupakan respons kognitif, emosional, atau perilaku yang didasarkan pada keyakinan dan nilai-nilai religius individu sebagai strategi dalam menghadapi stres. Hal ini dapat berupa menambah ilmu agama dengan mendatangi kajian, menonton youtube, atau mengikuti webinar, berdoa dan berharap kepada Allah, melakukan ibadah seperti salat dan membaca Al-Qur’an untuk mendapatkan kedamaian, serta usaha lainnya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ibadah dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi stres akibat permasalahan yang kita hadapi. Pertanyaannya, cukupkah menyelesaikan masalah hanya dengan beribadah atau menerapkan pendekatan Religious Coping? Jawabannya tidak.
Religious Coping hanyalah satu aspek upaya untuk menghadapi stres dan terbukti pada berbagai riset dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis individu, tetapi tidak cukup untuk menyelesaikan masalah. Strategi religious coping bekerja paling efektif jika dikombinasikan dengan strategi coping lainnya.
Sebagian orang mulai merasa frustrasi setelah mencoba berbagai cara dan strategi coping dalam jangka waktu yang lama, tetapi merasa tidak terlalu membuahkan hasil yang signifikan atau masih merasakan beberapa ganjalan. Di dalam religious coping terdapat konsep yang dikenal oleh umat Islam sebagai sikap tawakal atau berserah diri kepada Allah Swt.
Tawakal merupakan sikap mental dan spiritual yang mencerminkan keyakinan sepenuhnya bahwa Allah Swt adalah Pemilik dan Pengatur segala sesuatu di alam semesta ini, serta memegang kendali mutlak atas semua yang terjadi. Sementara itu, kita sebagai manusia hanya dapat berusaha sebaik mungkin untuk kemudian mengikhlaskan hasil akhirnya kepada keputusan Allah. Poin berserah diri dan yakin akan keputusan/takdir Allah, nyatanya baru benar-benar dapat diimplementasikan oleh mereka yang beriman dan bertakwa. Hal ini mungkin menjadi salah satu sebab yang paling dapat menjelaskan bagaimana cara masyarakat Palestina sejauh ini bertahan menghadapi agresi Zionis Israel.
Manfaat dari berserah diri kepada Allah (Surrender to God) menurut penelitian antara lain dapat menurunkan tingkat stres, berdampak pada kesehatan fisik yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan spiritual, memberikan kondisi kesehatan mental yang baik, serta membantu melewati trauma dan depresi pada diri individu. Ajaran tawakal ini juga tentunya sudah Allah sampaikan kepada manusia melalui Rasulullah Saw. Berikut beberapa untaian ayat pengingat terkait hal ini:
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata ‘Kami telah beriman’, sedangkan mereka tidak diuji? Sungguh, Kami benar-benar telah menguji orang-orang sebelum mereka. Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui para pendusta.” (Q.S. Al-Ankabut: 2–3)
“Dan sesuatu apa pun yang kamu perselisihkan, keputusannya (terserah) kepada Allah. (Yang memiliki sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya aku bertawakal dan kepada-Nya aku Kembali.” (Q.S. Asy-Syura: 10)
“… Yang demikian itu dinasihatkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak ia duga. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (Q.S. At-Thalaq: 2–3)
Rasulullah Saw. bersabda:
“Sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya Allah memberimu rizki sebagaimana yang diberikan-Nya kepada burung-burung; mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (H.R. Imam Ahmad)
Tsalitsa Haura Syarifah, S.Psi, M.Psi., Psikolog
Penulis merupakan Human Capital Specialist Adara Relief International. Sebagai Psikolog Industri dan Organisasi lulusan Universitas Indonesia ia juga mendirikan konsultan psikologi Arsanara Development Partner untuk berkontribusi pada pengembangan SDM di berbagai sektor.
Sumber:
Al-Qur’an dan Hadits
Torralba, J., Oviedo, L. & Canteras, M. (2021). “Religious coping in adolescents: new evidence and relevance. Humanities and Social Sciences Communications”: 8, 121. https://doi.org/10.1057/s41599-021-00797-8
Graça, L., & Brandão, T. (2024). “Religious/Spiritual Coping, Emotion Regulation, Psychological Well-Being, and Life Satisfaction among University Students”. Journal of Psychology and Theology. https://doi.org/10.1177/00916471231223920
Clements, A. D., & Ermakova, A. V. (2012). “Surrender to God and stress: A possible link between religiosity and health. Psychology of Religion and Spirituality”, 4(2), 93–107. https://doi.org/10.1037/a0025109
McDonald, A. W. & Gorsuch, R. (2012). “Surrender to God: An additional coping style?. Journal of Psychology and Theology”, 32(4), 318-334. DOI: 10.1177/009164710002800207
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini