Seorang guru di Gaza merenungkan bagaimana hari pertama sekolah membawa kegembiraan bagi siswa, orang tua, dan guru.
Awal tahun ajaran di Gaza merupakan momen istimewa, ditandai dengan kegembiraan saat ribuan siswa bersiap untuk perjalanan akademis baru. Banyak orang dengan penuh semangat menantikan terwujudnya masa depan yang selalu mereka impikan.
“Sebagai seorang guru, saya sangat merindukan dimulainya tahun ajaran baru. Saya sendiri akan merasakan kesan serupa dengan yang dialami oleh para siswa; kegembiraan menyambut hari pertama kembali ke sekolah dan kebahagiaan bertemu dengan siswa-siswi baru.”
“Satu atau dua pekan sebelum sekolah dimulai, saya biasa menyegarkan energi saya dengan membeli alat tulis, hadiah, dan peralatan untuk pelajaran saya. Saya bersusah payah menyusun rencana belajar baru yang membuat pelajaran sains tidak terlalu kaku dan lebih menyenangkan bagi murid-murid saya.”
Belanja sekolah membawa banyak momen menyenangkan. Hari-hari sebelum sekolah dimulai juga merupakan hari yang berkesan bagi para orang tua. Pasar-pasar akan dipenuhi orang tua dan anak-anak mereka yang datang untuk memilih seragam sekolah dan alat tulis. Anak-anak akan menanyakan alat tulis favorit mereka.
Gaza memiliki banyak toko alat tulis populer termasuk Pens and Pins, yang menjadi tempat favorit siswa untuk membeli perlengkapan sekolah mereka. Toko itu membawa begitu banyak kebahagiaan bagi banyak anak.
“Pada hari pertama sekolah, anak-anak selalu berseri, seolah matahari bersinar dari wajah mereka.”
Setelah tiga bulan liburan musim panas, para siswa akan bersemangat untuk kembali ke sekolah dan melanjutkan rutinitas harian mereka.
Alih-alih Kembali ke Sekolah, Sedikitnya 625.000 Anak Gaza Kehilangan Kesempatan Bersekolah.
“Saya tidak berhenti menangis sejak awal Agustus– bulan di akhir liburan musim panas”, Lina al-Saadi, 37, kata seorang ibu yang mengungsi dari Kota Gaza.
Lina memiliki empat orang anak yang biasanya harus ia persiapkan untuk sekolah.
“Yang paling membuat sedih adalah karena saya harus memikirkan putri saya, Kenzi, yang seharusnya sudah duduk di kelas satu. Saya membayangkan bagaimana seragam sekolahnya nanti dan apa yang akan saya lakukan pada rambutnya setiap pagi agar dia terlihat cantik.” Lina menambahkan.
Lina sekarang tinggal di tenda, tempat putrinya menghabiskan sebagian besar harinya bermain di pasir sementara ketiga putranya mencari air.
“Mereka kehilangan pendidikan, kehidupan, dan semua yang mereka cintai. Ketika saya melihat tenda-tenda di dekat kamp dan mendengar suara anak-anak belajar di dalamnya, saya menangis. Apakah ini yang kita impikan untuk anak-anak kita? Berakhir di dalam tenda, duduk di atas pasir, belajar dengan cara seperti ini?”
“Saya rindu menjadi ibu yang mengurus anak-anak untuk sekolah. Sekarang, saya tinggal di tenda, berjuang mencari air dan mencari cara untuk memasak di atas api.
“Ini adalah rutinitas yang monoton dan menakutkan dengan agresi yang terus berlangsung, pengeboman, dan pengungsian dari satu tempat ke tempat lain.”
‘Saya Tidak Percaya Kami akan Kalah Tahun ini Juga’
Rima al-Kurd, 11 tahun, siswa kelas tujuh, mengatakan bahwa ia sangat merindukan guru matematikanya, Salma. “Saya sangat mencintainya; ia sangat baik dan biasa memberi kami hadiah perpisahan di akhir tahun ajaran.
“Saya rindu waktu istirahat, saat saya duduk bersama teman-teman, dan kami tertawa. Agresi ini sangat panjang dan mengerikan. Setiap hari, ibu saya mengatakan perang ini akan segera berakhir, tetapi kenyataannya tidak. Namun, saya tidak percaya jika kami akan kalah. Saya selalu berdoa agar agresi segera berakhir sehingga saya dapat kembali ke rumah saya di Rafah”.
“Saya tidak suka pergi ke kelas di tenda. Saya hanya suka sekolah, dan saya memahami pelajaran yang diberikan. Saya ingin kembali ke kelas dan berharap agresi ini segera berakhir.”
Lebih dari 85 persen (477 dari 564) bangunan sekolah di Gaza telah hancur akibat kampanye pengeboman Israel. Para pelajar di Gaza telah kehilangan satu tahun ajaran penuh, dan sekarang dunia memulai tahun ajaran baru tanpa Gaza.
Sumber: https://www.aljazeera.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini