Eksistensi Umat dan Peralihan Estafeta Lentera Hidayah
Bagi kaum musllimin perubahan arah kiblat menunujukkan lengkap sudah eksistensi sebuah umat baru, karena kini mereka telah memiliki seorang Nabi pembawa petunjuk (Sang Khatimul Anbiya Muhammad SAW, arah kiblat baru (Masjidil Haram), dan kitab sebagai pedoman hidup (Al-Quran al-Kariem). Tapi Allah SWT tak hendak memisahkannya dari runutan sejarah panjang Risalah Suci yang telah dibawa sejak awal keberadaan umat manusia. Umat Baru ini adalah bagian dari umat-umat sebelumnya. Karenanya inilah pelajaran terpenting mengapa Allah SWT memperjalankan Baginda Rasul di malam Isra’ dari Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsha sebagaimana gamblang dituturkan oleh ayat pertama surat Al-Isra (17) :
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Bukan tanpa maksud Allah menyandingkan kedua Masjid Agung ini dalam satu ayat, menautkannya dengan mengisrakan Sang Nabi Penutup di antara keduanya. Amat mudah bagi Allah SWT membawa Nabi SAW ke ArsyNya langsung dari langit Masjidil Haram untuk menerima perintah kewajiban paling utama yaitu shalat. Tapi rancangan Allah SWT Yang Maha Mengatur membuat peristiwa sakral ini menjadi moment terpenting bagi kehidupan umat manusia selanjutnya. Tak banyak yang mampu menyadari mungkinkah Allah SWT menghadirkan seluruh Nabi dan Rasul berkumpul di Masjid al-Aqsha hanya untuk sekedar shalat berjamaah dengan Nabi Muhammad SAW. Tak dapatkah mata, telinga dan hati ini menangkap betapa sebenarnya ini adalah peristiwa besar dalam sejarah hidup manusia yaitu penobatan Sang Nabi sebagai sebagai pemimpin Para Nabi dan Rasul sekaligus sebagai pembawa lentera hidayah selanjutnya, dan bahwa Umatnya adalah pewaris sang Nabi yang akan menjadi pemimpin di atas umat lainnya. Bukankah seluruh Nabi dan Rasul mangamini doa Nabi dalam al-Fatihah yang dibacakan dalam shalat,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Dan saat beliau SAW membaca
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Tak terkecuali seluruh Nabi dan Rasul termasuk Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS mengamini, padahal jelas yang dimaksud pada ayat tersebut adalah Yahudi dan Nasrani umat yang mereka diutus untuk membimbingnya agar kembali ke jalan yang lurus.
Inilah momen serah terima pembawa lentera hidayah dari Bani Israil kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya yang terekam jelas dalam sejarah. Momen terpenting dalam peristiwa Isra Mi’raj, terjadi di tanah pilihan, di Masjid kedua yang dibangun setelah Masjidil Haram, Masjid yang khusus diberi sifat oleh Allah SWT sebagai masjid yang diberkahi di sekelilingnya.
Amanah Yang Terlepas dan Janji Kemenangan Yang Dekat
Kini, Masjid al-Aqsha dicengkeram Yahudi, dinodai dan dikotori. 50 tahun sudah mereka menggerogoti kesucian Masjid al-Aqsha tercinta. Amanah itu terlepas dari genggaman karena umat yang tertidur, adakah bagian tubuhnya yang mulai tersadar dan mengalirkan ruh kebangkitan pada bagian tubuh lainnya. Memenuhi satu demi satu syarat terwujudnya janji Allah SWT mengembalikan Al-Aqsha ke pangkuan Umat Islam setelah direnggut Yahudi pendengki. Maha benar Allah yang telah menyampaikan kabar gembira kemenangan Umat Nabi Muhammad SAW atas Al-Aqsha kembali, karena sungguh waktunya sudah sedemikian dekat,
ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا
Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. (QS Al-Isra (17) : 6)
Era Yahudi dalam kesombongannya yang kedua kali kini telah datang, bagaimana tidak seluruh dunia kini ada dalam genggaman mereka. Seluruh pimpinan dan tokoh dunia takluk pada mereka. Persis seperti gambaran Surat Al-Isra ayat 6 tersebut.
Namun atas RahmatNya kesempatan tetap diberikan,
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ …
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,
pilihan mereka tetaplah perbuatan buruk dan kerusakan yang ditebar di seluruh muka bumi. Mengedepankan khayalan-khayalan sebagai pegangan hidup dan mengabaikan petunjuk Ilahi. Tak ada bukti sedikitpun atas klaim kejayaan Yahudi di atas bangunan Haikal Sulaiman. Menumpahkan darah suci kaum muslimin tua, muda, laki-laki dan perempuannya, merenggut hak mereka sebagai muslim bahkan sebagai manusia. Seolah semuanya takkan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah demi angan kejayaan Israel Raya. Yang mereka inginkan bukanlah petunjuk , bukan pula bimbingan menuju kebenaran. Tetapi mereka adalah orang-orang tamak yang haus pengakuan dan kekuasaan. Karenanya lihat bagaimana mereka menyebut Nabiyullah Daud AS dan Nabiyullah Sulaiman AS dengan sebutan King David dan King Solomon. Mengertilah kita mengapa hanya kepada kedua Nabi tersebut yang mereka berbangga, karena kecintaan pada kekuasaan semu.
Sungguh kedatangan Nabi Muhammad SAW dan Umatnya bagaikan monster bagi mereka. Dan sungguh janji Allah akan nyata adanya,
…فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا
dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.
Ada dhomir wau jamaah dalam ayat tersebut, menjelaskan sebuah umat yang akan memuramkan wajah Yahudi yang akan kembali membebaskan dan memasuki Masjid al-Aqsha sebagaimana dulu mereka masuk sebagai pembebas. Kita berharap termasuk ke dalam wau jamaah tersebut, namun apakah kita telah memantaskan diri menjadi mujahid/mujahidah sejati. Mereka adalah orang-orang pilihan, Allah Yang akan memilih siapa yang Dia kehendaki. Berlomba dengan amalan unggulan, dengan berdekat diri pada Allah lewat dzikir-dzikir yang didawamkan. Banyak sudah contoh orang-orang shalih yang Allah tampakkan padanya kemuliaan akibat keshalihannya meski ia bukan orang terpandang, agar kita berkaca dan mengambil teladan. Jika pun ada kaum muslimin yang masih suka berdekatan dengan kemaksiatan, lalai dan menodai perjuangan umat untuk banngkit, bahkan menjadi penghambat kemenangan, tingkatkan saja terus amal shalih kita. Berharaplah dengan doa
اللهم هب المسيئين منا للمحسنين
Ya Allah karuniakan kebaikan bagi yang berbuat buruk diantara kami karena (ketaatan dan kesahalihan) orang-orang yang berbuat baik.
Janji kemenangan itu pasti adanya. Para ahli membaca kondisi zaman kini telah mendekati janji kedua. Akan ada sekelompok umat yang akan senatiasa Allah karuniakan atas mereka pertolongan, orang –orang yang sama sekali tidak bergeming karena sikap-sikap buruk musuh.
Umat Muhammad SAW akan membuat wajah orang-orang Yahudi muram karena kemenangan gilang gemilang yang akan diraih atas Yahudi. Bahkan alampun (batu dan pepohonan) menjadi tentara-tentara Allah yang akan dikirimkan untuk memastikan kemenangan tersebut, seperti yang digambarkan hadits berikut :
لا تقوم الساعة حتى يقاتل المسلمون اليهود، فيقتلهم المسلمون حتى يختبئ اليهودي من وراء الحجر والشجر، فيقول الحجر أو الشجر: يا مسلم، يا عبد الله، هذا يهودي خلفي، فتعال فاقتله.. إلا الغرقد، فإنه من شجر اليهود” (ذكره في: صحيح الجامع الصغير أيضًا -((7427)
Tidak akan terjadi hari kiamat, hingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon. Namun batu atau pohon berkata, “Wahai muslim, wahai hamba Allah, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja. Kecuali pohon ghorqod (yang tidak demikian), karena termasuk pohon Yahudi.” (HR Muslim dalam Shahih Jami’ Ash-shaghir no. 7427).
Kerinduan Pada Al-Aqsha dan Umat yang Terpilih
Banyak kaum muslimin tak dapat menahan rindunya untuk bersujud di Masjid Al-Aqsha tercinta. Memendam iri pada saudara muslimnya di Al-Quds sana yang berdiri di garda terdepan berhadapan langsung dengan Yahudi. Namun janji kemenangan hanya akan terwujud jika kita bersatu padu menekan ego pribadi mengedepankan kepentingan umat, menaati fatwa untuk tidak mendatangi Al-Aqsha hingga saat pembebasannya. Para Ulama dan aktivis pembebas Al-Aqsha memohon dukungan doa dan bantuan materi, karena kedatangan kaum muslimin dari luar Al-Quds hanya akan menambah legitimasi Yahudi atas Al-Quds dan Al-Aqsha di mata dunia.
Rindu itu bisa terobati dengan ziarah ruhiyah, mengenali Masjid Al-Aqsha lewat foto, gambar dan rekaman visual. Membayangkan nikmatnya menyerap keberkahan meski hanya lewat mata dan bayangan. Karena sungguh keberkahannya tak berbatas jarak, siapapun yang senantiasa mencintainya, menjaganya dengan mendukung perjuangan para pembela Al-Aqsha di sana, bahkan dengan hanya memandang gambarnya maka pasti akan mendapat keberkahannya.
Cukuplah bagi kita kabar gembira dari hadits Rasulullah SAW bahwa yang akan membebaskan Masjid Al-Aqsha bukan hanya bangsa Palestina, tetapi seluruh umat muslim dunia, dari Baratnya dan Timurnya. Rasulullah menyebutkan kaum musliminlah yang akan mengalahkan Yahudi.
لا تقوم الساعة حتى يقاتل المسلمون اليهود.
Jika hadir bayangan kekuatan Yahudi dan tentaranya yang tak tertandingi maka sungguh kesaksian para murabitah melihat binar ketakutan di mata tentara-tentara Yahudi saat para mereka meneriakkan kalimat takbir, dapat memupus dan justru semakin mempertebal keyakinan bahwa sebenarnya mereka pengecut, mereka lemah, bak rumah laba-laba. Inilah rahasia para singa-singa kecil anak-anak Palestina, para tua muda laki-laki dan perempuan Palestina yang tak nampak sedikitpun rasa takut berhadapan dengan tentara Yahudi bersenjata lengkap, karena mereka berdiri di atas kebenaran sedang Yahudi adalah para pembela kebathilan.
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاءَ كَمَثَلِ الْعَنْكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا ۖ وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنْكَبُوتِ ۖ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.
Tugas kita kini adalah bersiap diri memenuhi persyaratan untuk kelak memastikan kita dan anak cucu kita menjadi bagian dari barisan pembebas Al-Aqsha di bawah panji Umat Muhammad.
Terngiang selalu lengkingan sang Murabithah saat berkesempatan bertemu langsung dengannya, yang memohon agar kita mendoakannya bisa tsabat (teguh) dalam perjuangan membebaskan Al-Aqsha di garda terdepan, sebuah kalimat menggetarkan, “lan tarka’ ummatun qooiduhaa Muhammad, (Tidak akan tunduk Umat yang dipimpin oleh Muhammad SAW)