Di tengah gempuran bom dan berbagai serangan lainnya, terdapat suatu keindahan yang tertutupi dari negeri bernama Palestina. Layaknya bangsa lain di dunia, Palestina juga memiliki berbagai kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun. Kebudayaan yang ada merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang hadir dalam sebuah masyarakat, salah satunya pakaian khas Palestina. Pakaian khas Palestina menunjukkan bagaimana pakaian tersebut dapat mengkomunikasikan identitas umum Palestina secara tepat dalam merepresentasikan kekhasan wilayahnya, dan bahkan secara khusus (sebelum tahun 1948) merujuk pada desa setempat. Dalam situasi geopolitik saat ini, beberapa desa pertama di Palestina dapat diidentifikasi dengan perangkat pakaian yang memiliki rajutan tertentu, yaitu pakaian yang dipakai sampai hari ini oleh orang-orang Palestina dan ditampilkan dalam pameran, museum, ataupun koleksi fotografi (Guindi, 2005).
Di tengah konflik yang masih terus terjadi, pakaian khas Palestina berperan dalam menjaga geografi dan perbatasan wilayah yang tidak stabil, yaitu dengan mengkomunikasikan pesan tentang identitas dan memberikan peran pelembagaan kenangan bagi sebuah kelompok. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan perayaan yang dilakukan oleh orang Arab-Amerika di Los Angeles. Ketika pria dan wanita asal Palestina, khususnya imigran yang berusia lanjut, terkadang mengenakan perangkat pakaian tradisional untuk mengkomunikasikan kesatuan meraka sebagai umat dan asal usul mereka dari sebuah wilayah di Palestina. Bahkan lebih lanjut, dalam berbagai kajian Eicher, pendekatan nonevolusioner dimunculkan untuk mengubah subjek pakaian dari pertanyaan tentang asal-usul dan fungsi awal pakaian menjadi penegasan sosiokultural dan komprehensif (Guindi, 2005).
Thobe merupakan pakaian adat wanita Palestina yang didalamnya terkandung simbol perjuangan secara tidak langsung untuk negeri Palestina. Thobe mempunyai ciri khas dengan sulaman warna-warni yang kompleks dan seluruhnya dibuat menggunakan tangan, yang dimana dalam pembuatannya memerlukan waktu selama berbulan-bulan. Hal inilah yang menyebabkan beberapa pakaian Thobe dapat terjual dengan harga ribuan dolar.
Thobe yang kaya akan hiasan dan dekorasi mewah menyimpan makna sebagai penanda tonggak sejarah disetiap tahapan dalam kehidupan perempuan, yaitu pada masa awal pubertas, pernikahan, dan menjadi seorang ibu. Desain pakaian Thobe mempunyai perbedaan variasi di setiap desa, tergantung dari ciri khas desa yang membuatnya. Jahitan tiga dimensi pada pakaian Thobe mempunyai ciri khusus untuk kelas atas Betlehem, sedangkan ciri khusus dengan kantong besar untuk wanita Badawi nomaden, dan motif cabang oranye untuk kota Jaffa yang terkenal dengan kebun buahnya. Selain itu, pola warna pada pakaian Thobe memberikan ungkapan posisi sosial perempuan yang berbeda-beda, seperti merah untuk pengantin, biru untuk janda, sedangkan biru dengan jahitan warna-warni untuk janda yang mempertimbangkan untuk menikah lagi setelah suaminya meninggal.
Sejarah pembuatan Thobe dimulai pada awal abad ke-19, ketika kerajinan sulam hanya dilakukan di desa-desa. Dahulu pembuatan Thobe dilakukan oleh para petani wanita di kala senggang. Pada zaman dahulu wanita Arab di seluruh wilayah Timur Tengah telah mengenakan pakaian buatan tangan selama berabad-abad, salah satunya Thobe yang mengambil karakter khas dari Palestina, terutama sejak berdirinya Israel pada tahun 1948 atau sering disebut dengan peristiwa Nakba (Malapetaka).
Pada masa peristiwa Nakba, ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka selama perang dan kebanyakan dari warga hanya membawa pakaian bersama mereka. Sejak saat itu, Thobe dipandang sebagai salah satu cara untuk melindungi kebudayaan Palestina. Di dalam menghadapi perampasan budaya oleh Israel, membordir menjadi salah satu tugas yang mendesak bagi warga Palestina. Selama beberapa dekade konflik yang telah merenggut ribuan nyawa di kedua negara tersebut (Palestina dan Israel), nasionalisme Palestina telah mengalami banyak perkembangan dalam bentuk cara. Sepanjang Israel menyerang Palestina, Thobe menjadi semakin populer dan berevolusi dengan desain gaun yang mencerminkan banyak drama sejarah perjuangan. Hal ini dapat terlihat dari representasi desain pada Thobe yang merefleksikan banyak peristiwa dalam sejarah Palestina. Salah satu representasi tersebut tergambar pada Thobe yang dihiasi dengan sulaman senjata api, merpati, dan bunga-bunga untuk menggambarkan masa gerakan intifada Palestina yang pertama pada tahun 1980-an (Izzah, 2019).
Wanita Palestina dari seluruh kalangan sosial menggunakan Thobe untuk menunjukkan dukungan dan rasa cinta mereka terhadap negaranya. Perempuan muda Palestina saat ini banyak mengadaptasi pakaian leluhur Thobe dengan nuansa modern. Desain gambar digital yang mereplikasi jahitan-jahitan tradisional pada Thobe mampu menyambungkan sebuah nilai tradisi dengan hal yang baru dan lebih bergaya, tanpa meninggalkan ciri khas dan makna yang terkandung didalamnya, sehingga mampu menjadi ikon pakaian penghubung di masa lalu dan masa depan. Bagi perempuan Palestina yang lahir di luar negeri dan para pengungsi yang dilarang mengunjungi tanah leluhur mereka (wilayah yang sekarang menjadi Israel), Thobe menjadi bukti nyata bagi mereka untuk memelihara ikatan nasionalisme terhadap tanah air dan menjadi cara mereka dalam memelihara budaya negaranya. Namun karena kerumitan cara ataupun keahlian dalam merawat, Thobe tidak bisa menjadi pakaian sehari-hari atau bahkan menjadi pakaian untuk unjuk rasa, sehingga biasanya akan dipakai dalam berbagai peristiwa penting bagi warga Palestina.
Thobe modern karya Natalie Tahhan, seorang desainer yang tinggal di timur Yerusalem, pertama kali diperkenalkan dikancah internasional oleh Rashida Tlaib, perempuan Palestina-Amerika. Rashida Tlaib yang terpilih sebagai anggota kongres dari Partai Demokrat mewakili Michigan, memberikan unjuk budaya dalam penampilannya mengenakan Thobe. Thobe yang dipakai Tlaib, memberikan semangat baru bagi warga Palestina sebagai bentuk rasa bangga terhadap identitas nasional. Selain itu, terangkatnya nilai Thobe dikancah internasional juga memperlihatkan visualisasi gambar yang indah tentang Palestina ketika biasanya media hanya menggambarkan peperangan antara Palestina dan Israel.
Dari paparan di atas dapat diketahui bahwa meskipun Palestina sangat identik dengan konflik yang tidak berkesudahan, namun hal tersebut tidak menyurutkan nasionalisme warga Palestina untuk menjaga kebudayaan mereka. Warga Palestina dengan semangat dan daya juang yang sangat tinggi terbalut indah dalam representasi pakaian Thobe. Hal ini karena sebelum masa pendudukan Israel, Thobe yang bersejarah memunculkan cita-cita Palestina yang murni dan tak tersentuh. Desain mewah dan sulaman indah yang terlukis dalam pakaian Thobe, memberikan visualisasi kepada dunia bahwa perjuangan warga Palestina dan kecintaan mereka terhadap negaranya akan selalu terpelihara sepanjang masa.
Penulis: Siti Zamzawiyah
***
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.
Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.
saya sangat percaya tidak hanya saya yang makin bertambah pandangannya, pihak lain juga pastilah semakin bertambah pemahamannya sehabis membaca artikel ini, mudah-mudahan artikel ini dapat mengalami perkembangan lebih bagus kembali, dan bisa menimbulkan inspirasi banyak orang-orang