Palestina adalah negara yang memiliki konflik berkelanjutan. Secara teoritis, wilayah Palestina mencakup Tepi Barat (berada di antara Zionis Israel dan Yordania) dan jalur Gaza (berbatasan dengan wilayah Zionis Israel dan Mesir). Namun sampai saat ini masih menjadi desas-desus situasi kompleks yang masih diperebutkan oleh Zionis.
Meskipun demikian, Palestina memiliki kebudayaan bersejarah dan kaya makna yang perlu dilestarikan secara turun-temurun, agar kebudayaan tersebut tidak punah dari generasi ke generasi.
Menurut Koentjaraningrat (1991) dalam buku Pengantar Antropologi, bahwa kebudayaan merupakan seluruh gagasan, tindak-tanduk perilaku manusia, dan karya yang dihasilkan oleh manusia selama menjalani rangkaian kehidupan. Dapat dikatakan bahwa kebudayaan sebagai bentuk tingkah laku yang disengaja dan dipelajari oleh masyarakat dalam jangka panjang yang lambat laun menjadi sebuah tradisi.
Kebudayaan berperan dalam menghubungkan manusia dengan alam dan manusia dengan manusia sebagai bentuk sosialisasi. Kebudayaan juga sebagai implementasi dari nilai-nilai yang hadir di tengah masyarakat. Salah satunya adalah Thobe.
Thobe adalah pakaian khas perempuan Palestina dengan sulaman-sulaman yang indah dan kaya cerita. Thobe seakan menjadi perjalanan hidup seorang wanita Palestina mulai dari pubertas hingga menjadi seseorang ibu. Selain menjadi ciri khas Palestina, Thobe juga menjadi saksi bisu perjuangan warga Palestina yang diusir dari wilayahnya ketika perang melawan Israel pada tahun 1948.
Thobe Palestine sudah ada sejak abad ke-19, dimana saat itu kerajinan sulam hanya terdapat di desa-desa. Lalu saat pra-Nakba pada tahun 1948, pakaian tersebut diproduksi di Acre dan Ascalon, di mana kedua wilayah tersebut menjadi pusat ekspor ke Levant dan Irak.
Setelah 1948, kegiatan sulam-menyulam menjadi berkembang pesat. Setiap penyulam mulai memiliki gaya dan keunikannya tersendiri dalam membuat sulaman. Hal ini dikarenakan sulaman Thobe Palestine memiliki perpaduan antara kesan dan campuran budaya di Palestina.
Setiap ukiran yang tergores di Thobe pun memiliki desain-desain yang unik. Hal ini didapat dari nenek moyang mereka yang sejak dini mengajarkan kepada anak perempuannya untuk menyulam setelah pandai menjahit. Sebab, menyulam membutuhkan kesabaran, ketelitian, ketekunan, dan rasa saat proses penyulaman berlangsung.
Ketika kita berkunjung ke Palestina, kita akan melihat berbagai keberagaman motif Thobe yang dikenakan wanita Palestine. Secara tidak langsung motif-motif tersebut mendeskripsikan usia, status sosial, asal desa, dan kelas keluarga. Dapat dimaknai bahwa pemakaian Thobe menjadi penyampai identitas mereka kepada orang lain.
Penyelesaian satu baju dengan motif Thobe sulaman khusus pun memerlukan waktu berbulan-bulan. Selain itu, dari segi harga pun bervariasi. Tergantung pada desain yang dipilih. Semakin unik desainnya maka pedagang akan membrandol mahal Thobe tersebut.
Gambar 3. Palestine Intifada Thobe (Sumber : watanpalestine.com)
Kemudian, dari segi warna pun mampu mengekspresikan kehidupan sosial yang berbeda-beda, misalkan warna biru untuk janda, merah untuk pengantin, biru dengan jahitan warna-warni untuk wanita yang dilema melakukan pernikahan setelah suaminya wafat. Selain dari segi warna, desain Thobe pernah dijadikan sebagai gerakan Intifada dengan sulaman senjata api, merpati, dan bunga-bunga pada 1980-an. Lalu, wanita Palestina juga pernah menenun motif peta dan warna negara mereka saat tentara-tentara Israel menyita bendera Palestina dalam berbagai aksi unjuk rasa.
Bukan hanya dari segi warna dan peristiwa yang tersulam di Thobe, melainkan dari segi kota pun memiliki ciri khas Thobe tersendiri. Berikut variasi Thobe Palestina berdasarkan kota, diantaranya:
- Yerusalem Thobe
Yerusalem disebut sebagai kota suci yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Kota ini menjadi saksi sejarah berdirinya tiga agama besar, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam. Begitu juga dengan Yerusalem Thobe yang sudah ada sejak Kekaisaran Ottoman pada tahun 1920. Thobe ini terbuat dari beludru ungu yang disulam dengan benang-benang emas. Biasanya model pakaian seperti ini digunakan di Yerussalem saat acara pernikahan. Selain itu, warna-warna cerah menghilang muncul dari efek Nakba menunjukkan kesedihan dan nostalgia.
- Ramallah Thobe
Ramallah dikenal sebagai “al-Roumi” atau “Rumania”. Wanita Ramallah dalam menyulam terkenal dengan ketelitiannya dalam menghitung benang untuk menghasilkan jahitan yang rata. Selain itu, dalam menenun pun menggunakan alat tenun manual yang terbuat dari linen putih. Kemudian, dari segi pola pun identik dengan pola bunga perpaduan benang merah dan hitam yang menambah kesan mewah terhadap Ramallah Thobe itu sendiri.
- Jaffa Thobe
Jaffa dikenal sebagai “Kota Buah”. Biasanya para wanita sana mengenakan thobe dengan desain pohon jeruk. Selain itu, khas dari Jaffa Thobe adalah elemen dekoratinya yang selalu dikelilingi oleh pohon Cemara.
- Hebron Thobe
Hebron thobe yang dilengkapi dengan jilbab disebut Wiqayat Al-Darahim (Armor Dirham) dan al-Ghadfa. Thobe semacam ini diperuntukkan bag wanita yang sudah menikah. Selain itu, hebron thobe sendiri identik dengan kain tinta hitam yang didesain salib Fallahi multiwarna serta adanya cetakan daun, bunga, dan batang pohon.
Bagian kerah atau samping dihias dengan prasasti geometris menggunakan kain katun biru tua. Bagian bahu, dihiasi dengan sepotong kain sutra kuning, sementara bagian lengannya dihias dengan gelang merah yang lebar serta ujung gaun dibuat bulat dengan strip sutra oranye. Jika hebron thobe dilengkap dengan penutup kepala, maka hiasan kepala dihiasi dengan sutra merah dan hitam, dengan gambar urat anggur, bujur sangkar, bulan, bintang, dan bunga.
- Gaza Thobe
Gaza Thobe dikenal dengan pola timbul dengan unit geometris besar. Gaun-gaun itu terbuat dari katun dan linen. Lalu, ujung sutra berwarna dilekatkan pada api unggun. Uniknya, nama-nama gaza thobe didasarkan dengan warna-warna benang yang digunakan, seperti kain bergaris hijau dan ungu disebut dengan “thobe Surga dan Neraka”.
- Yerikho Thobe
Yerikho termasuk kota tertua di dunia yang penuh sejarah. Selain itu, Yerikho juga mendapat gelar “The Oldest City Of The World”. Selain menyimpan banyak sejarah, Yerikho juga memiliki thobe yang indah. Thobe ini diciri-cirikan dengan bordir lebih dari 8 di sepanjang lengan yang dilipat dalam beberapa lapisan. Sedangkan untuk penutup rambutnya bernama keffiyeh merah atau serbet berbentuk ikat kepala.
- Nablus Thobe
Nablus thobe hampir mirip dengan Damaskus, karena sifat dari dua kota perdagangan pada saat itu. Wanita nablus dikenal dengan gaun beludru berupa abaya hitam panjang dan selendang yang menutupi wajah. Sementara perempuan pedesaan-kota biasanya bermain-main dengan gaun bordir mereka dalam warna merah, hijau, dan dasi hijau dengan selendang, terutama gadis-gadis Rafidia.
- Betlehem Thobe
Bethelem thobe saat itu hanya dibuat khusus untuk ratu kuno Palestina. Namun seiring dengan berjalannya waktu, Bethelem digunakan oleh semua kalangan. Thobe ini biasanya digunakan saat pernikahan. Bethelem thobe sendiri terbuat dari sutra berwarna cerah yang dicirikan oleh intensitas bordir di bagian kerah. Adapun sisi-sisinya disebut Al-Banaiq, berbentuk segitiga yang dihiasi pegas dan grafik jam.
Meskipun Palestina identik dengan berbagai konflik yang berkelanjutan, namun semangat mereka dalam mempertahankan budaya sebagai sebuah identitas tetap membara. Thobe, menjadi separuh jiwa kehidupan masyarakat Palestina. Sebab, setiap desain dan corak yang dipergunakan selalu mengikuti peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di Palestina.
Penulis: Sri Wulandari
***
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.
Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.