Rumah sakit di Gaza berada di ambang kehancuran karena pasokan oksigen dan bantuan vital terhenti setelah Israel memberlakukan kembali blokade penuh pada 2 Maret. Langkah ini semakin memperparah bencana kemanusiaan, sementara pejabat kesehatan Palestina memperingatkan bahwa ratusan pasien kini dalam kondisi kritis.
Israel menutup semua perbatasan menuju Gaza, menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan dan meningkatkan risiko kelaparan di beberapa wilayah. Menurut berbagai laporan, tindakan ini dimaksudkan untuk menekan Hamas agar memperpanjang fase pertama kesepakatan gencatan senjata dan membebaskan seluruh tawanan, alih-alih melanjutkan ke tahap kedua seperti yang telah disepakati.
Blokade ini berdampak buruk terhadap rumah sakit, terutama bagi pasien luka parah dan penderita penyakit kronis yang sangat membutuhkan pasokan oksigen. Bassam al-Hamadin, Asisten Wakil Menteri Kesehatan Palestina, memperingatkan bahwa situasi memburuk dengan cepat.
“Pasien di unit perawatan intensif, ruang operasi, dan mereka yang bergantung pada ventilator kini menghadapi penderitaan lebih besar akibat kurangnya pasokan oksigen,” ujar al-Hamadin kepada media Arab.
Menurutnya, pasukan Israel sengaja menghancurkan sistem elektromekanis dan stasiun produksi oksigen di berbagai rumah sakit Gaza. Setidaknya sepuluh stasiun produksi itu kini tidak berfungsi, termasuk empat di Kompleks Medis al-Shifa dan dua di Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara.
Al-Hamadin kembali menyerukan kebutuhan mendesak untuk ketersediaan setidaknya 30 generator listrik guna mengatasi krisis energi yang memperburuk kondisi rumah sakit. Namun, fasilitas medis juga menghadapi kesulitan dalam merawat dan memperbaiki generator yang ada akibat kurangnya peralatan.
Kementerian Kesehatan Palestina memperkirakan bahwa 400 pasien di unit perawatan intensif dan ruang perawatan bayi baru lahir sangat membutuhkan oksigen, sementara 70 pasien lainnya di ruang operasi membutuhkan pasokan oksigen selama 24 jam penuh.
Kerusakan Infrastruktur Medis sejak Perang Dimulai.
Sejak Israel melancarkan agresi di Gaza pada 7 Oktober 2023, setidaknya 34 rumah sakit telah hancur, menyisakan hanya beberapa fasilitas kesehatan yang masih beroperasi dengan kapasitas terbatas. Persediaan medis juga sangat minim meskipun gencatan senjata rapuh sempat disepakati awal tahun ini.
Organisasi bantuan internasional dan kelompok hak asasi manusia mengecam blokade Israel yang menghentikan pengiriman bantuan kemanusiaan. Badan PBB untuk anak-anak, UNICEF, memperingatkan bahwa hampir 1 juta anak kini tidak memiliki akses ke kebutuhan pokok.
“Sekitar 4.000 bayi baru lahir tidak bisa mendapatkan perawatan penting akibat fasilitas medis yang hancur,” kata Edouard Beigbeder, Direktur Regional UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.
“Setiap hari tanpa ventilator berarti semakin banyak nyawa rentan yang hilang, terutama bayi prematur di Gaza utara,” tambahnya.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini