Tujuh puluh tujuh bangunan milik warga Palestina telah dihancurkan sejak pemerintah ekstrem kanan yang dipimpin oleh Benjamin Netanyahu mulai menjabat, menurut angka PBB. Angka tersebut hampir dua kali lipat jumlah penghancuran yang dilakukan oleh Israel selama periode yang sama tahun lalu. Menteri seperti Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich secara terbuka mengadvokasi pengusiran warga Palestina dan penghancuran rumah mereka.
Selama bulan Februari saja, para pengamat telah menunjukkan, pasukan pendudukan Israel menghancurkan atau menyerahkan perintah pembongkaran untuk 187 bangunan Palestina di wilayah pendudukan. Pengamat menunjukkan bahwa pembersihan etnis Palestina tidak berakhir pada 1948 ketika negara Israel dibentuk; melainkan masih terus berlangsung.
Pendudukan Israel telah menghancurkan ratusan rumah dengan alasan bahwa mereka tidak memiliki izin konstruksi dan renovasi Israel. Namun, izin bangunan terkenal sulit dan sangat mahal untuk diperoleh warga Palestina; mereka jarang dikeluarkan oleh otoritas pendudukan. Oleh karena itu, dengan bertambahnya keluarga, warga Palestina di Tepi Barat dan Al-Quds harus memperluas rumah mereka atau membangun rumah baru tanpa izin.
Selain itu, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan sebanyak 145 orang di Al-Quds Timur, setengahnya adalah anak-anak, telah mengungsi akibat penghancuran tahun ini. Israel menduduki Al-Quds Timur selama Perang Arab-Israel 1967. Israel menganeksasi seluruh kota pada 1980, dalam suatu langkah yang tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. Hukum internasional menganggap Tepi Barat dan Al-Quds Timur sebagai Wilayah Pendudukan dan menganggap semua aktivitas pembangunan permukiman Yahudi di sana adalah ilegal.
Sumber:
https://www.middleeastmonitor.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini