The New York Times menceritakan bahwa seorang Rabbi bernama Yehudah Glick menyiarkan secara livestreaming saat dirinya sedang beribadah di dalam kompleks Masjid Al-Aqsa. Rabbi Glick, seorang mantan anggota parlemen sayap kanan kelahiran Amerika, telah memimpin upaya untuk mengubah status quo selama beberapa dekade. Ia menyatakan bahwa tindakannya sebagai bagian kebebasan beragama: jika umat Islam dapat berdoa di sana, mengapa orang Yahudi tidak?
Sejak 1967, Al-Aqsha telah ditetapkan sebagai wakaf umat Islam, dan hanya muslim yang boleh beribadah di dalamnya. Pelanggaran terhadap hal ini sangat berpotensi konflik, seperti halnya pada peristiwa tahun 2000, saat Ariel Sharon memasuki kompleks Bersama 1000 polisi yang memicu meletusnya Intifada kedua serta membunuh Lebih dari 3000 orang Palestina dan 1000 orang Israel.
Pada 2017, Israel memasang detektor baja di gerbang masjid, sehingga mengakibatkan konfrontasi antara kedua pihak. Lalu pada Mei yang lalu, tentara Israel beberapa kali menyerbu masjid Al Aqsa, mengakibatkan peningkatan eskalasi konflik pada agresi militer 11 hari ke Gaza.
Sementara itu, akhir-akhir ini pemerintah Israel diketahui secara rutin mengizinkan ratusan pemukim memasuki kompleks masjid, sambil dikawal oleh tentara. Bahkan, jumlah pengunjung yang diizinkan terus meningkat.
Dari berbagai sumber
***
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.
Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.