Israel bermaksud memperluas operasi militernya di Rafah kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, pada Senin (20/5), Ia menyampaikan hal tersebut kepada penasihat senior Presiden AS, Joe Biden, yang telah memperingatkan terhadap tindakan besar di kota Gaza selatan yang mungkin berisiko menimbulkan korban sipil dalam jumlah besar.
Israel menggambarkan Rafah, yang berbatasan dengan Jalur Gaza dan Sinai Mesir, sebagai benteng terakhir Hamas. Israel telah berusaha membongkar kemampuan pemerintahan dan daya tempur Hamas selama perang yang telah berlangsung lebih dari tujuh bulan.
Setelah berminggu-minggu terjadi perselisihan publik antara Israel dan Washington mengenai perencanaan operasi militer di Rafah, pada 6 Mei Israel memerintahkan warga sipil Palestina untuk mengevakuasi bagian-bagian kota dan memulai serangan darat dan udara.
“Kami berkomitmen untuk memperluas operasi darat di Rafah hingga penghancuran Hamas selesai dan para sandera dipulihkan,” demikian pernyataan dari kantor Gallant yang mengutip ucapannya kepada Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, yang sedang berkunjung.
Israel yakin bahwa puluhan sandera dari serangan Hamas di perbatasan pada 7 Oktober berada di Rafah. Negara-negara Barat dan Mesir telah menyuarakan keprihatinan atas nasib ratusan ribu pengungsi Palestina yang berlindung di Rafah, meskipun Israel memberikan jaminan mengenai perlindungan kemanusiaan.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, mengatakan pada Senin bahwa diperkirakan 810.000 orang telah meninggalkan Rafah sejak 6 Mei – kemungkinan lebih dari separuh populasi kota tersebut pada masa perang.
Belum ada komentar langsung dari AS mengenai pernyataan Gallant tersebut.
Sumber: https://www.middleeastmonitor.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini