Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pada Ahad (19/5) bahwa dengan berlanjutnya penutupan Penyeberangan Rafah sejak 6 Mei, persediaan obat-obatan dan bahan bakar penting di Gaza menjadi sangat rendah, dan pergerakan menjadi terbatas karena kendala keamanan. Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan dalam sebuah postingan di X (Twitter) “perintah evakuasi Israel baru-baru ini, pengeboman yang intensif, dan tidak adanya jalur bantuan di Gaza semakin membahayakan nyawa dan kesehatan warga sipil.”
Pejabat PBB tersebut juga menyatakan keprihatinan mendalam mengenai laporan “serangan intensif di dekat Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, dengan peningkatan masuknya pasien yang terluka ke rumah sakit tersebut, semengtara kapasitas rumah sakit tersebut untuk memberikan perawatan sangat terbatas.”
Ghebreyesus menyimpulkan dengan mengatakan: “Kami kehilangan kata-kata untuk menggambarkan situasi di Gaza. Ini adalah waktu yang tepat untuk gencatan senjata dan kedamaian bagi warga sipil di sana.”
Penduduk Jalur Gaza yang berjumlah sekitar dua juta orang terpaksa mengungsi sejak Oktober lalu. Mereka menderita kekurangan makanan dan sayur-sayuran yang parah akibat penutupan penyeberangan Rafah dan penyeberangan Karim Abu Salem (Kerem Shalom) selama tiga belas hari berturut-turut. Hal ini membuat wilayah kantong tersebut jatuh ke dalam cengkeraman kelaparan.
Sejak 7 Oktober, Israel melancarkan perang melawan warga Palestina di Gaza yang telah menyebabkan lebih dari 114.000 orang terbunuh dan terluka, kebanyakan anak-anak dan wanita, dan hampir 10.000 orang hilang di tengah kehancuran besar-besaran. Kelaparan telah merenggut nyawa anak-anak dan orang tua.
Sumber: https://www.middleeastmonitor.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini