Kelaparan merupakan parameter yang mudah untuk mencirikan kerawanan pangan dan kekurangan gizi secara tidak langsung dalam suatu negara. Temuan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menunjukkan lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia mengalami kelaparan pada 2021, dengan 90% di antaranya berada di negara berkembang. Selama ini banyak yang mengira kasus kelaparan paling banyak terdapat di benua Afrika. Padahal hasil studi memperlihatkan separuh atau 425 juta orang kelaparan di dunia justru ada di benua Asia.
Laporan State of Food Security and Nutrition in the World tahun 2021 oleh FAO mengatakan mayoritas kasus kelaparan berada di Asia Selatan, yang menyumbang 331,6 juta orang kelaparan, Asia Tenggara 42,8 juta orang, dan Asia Barat 28,4 juta orang.[1] Indonesia sendiri menduduki peringkat 77 dari 121 negara yang terdeteksi hidden hunger, dengan skor 17,9 yang berarti Indonesia memiliki tingkat kelaparan sedang.
Hidden hunger atau kelaparan tersembunyi merupakan tantangan besar yang berkaitan dengan masalah gizi yang serius atau tidak terpenuhinya nutrisi penting yang seharusnya ada di makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, yang dibedakan antara kebutuhan gizi makro dan gizi mikro. Zat gizi makro mencakup protein, lemak, dan karbohidrat, sedangkan zat gizi mikro mencakup mineral dan vitamin. Zat gizi makro diperlukan tubuh dalam jumlah banyak, kebutuhannya diukur dengan satuan gram (g), dan zat gizi mikro dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kebutuhannya diukur 100 mg perhari.[2]
Hidden hunger dideskripsikan sebagai kondisi kurangnya asupan zat gizi mikro, khususnya zat besi yang berakibat pada anemia gizi besi (AGB), kekurangan iodium yang menyebabkan GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium), dan KVA (Kurang Vitamin A). Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB, Drajat Martianto, mengungkapkan bahwa 50% penduduk Indonesia mengalami hidden hunger.[3] Walaupun tubuh memerlukan zat mikro dalam jumlah kecil, tetapi zat gizi mikro mempunyai peran yang sangat penting bagi pembentukan hormon, seperti aktivitas enzim, serta mengatur fungsi sistem imun, dan sistem reproduksi. Grup zat gizi mikro ini seringkali disebut juga sebagai mikronutrien. Permasalahan kurang gizi mikro telah menjadi problem kesehatan masyarakat di negara-negara sedang berkembang, termasuk di Indonesia.
Zat gizi mikro mempunyai peran yang sangat penting, sehingga ketika terjadi kekurangan (defisiensi), maka akan berimbas pada penurunan tingkat kecerdasan, infeksi penyakit, penurunan produktivitas, serta peningkatan jumlah kematian ibu dan anak. Defisiensi zat gizi mikro dapat menurunkan tingkat kecerdasan, sehingga penduduk Indonesia berpotensi kehilangan 40–80 juta poin IQ. Sementara itu, defisiensi yodium melenyapkan 150 juta IQ poin.[4] Dapat dikatakan bahwa permasalahan gizi mikro ibarat bom waktu yang berdampak negatif bagi mutu bangsa.
Sebuah hasil penelitian menunjukkan bahwa defisiensi mikronutrien yang telah terjadi di beberapa wilayah di Indonesia tidak hanya terbatas pada besi dan iodium (AGB dan GAKI), tetapi sudah meluas ke unsur lainnya, antara lain zinc (Zn). Adapun menurut Riskesdas tahun 2018, gejala kekurangan gizi yang sering dijumpai di Indonesia adalah stunting, wasting, dan underweight. Indikator ini diambil dari Berat Badan (BB)/Usia, dan berat badan terhadap tinggi badan yang dinyatakan dalam BB/TB. Underweight merujuk pada klasifikasi dari status gizi BB/U. Indikator BB/U menunjukkan pertumbuhan berat badan anak terhadap umurnya, dinilai sesuai atau tidak.
Kondisi hidden hunger bisa terjadi di segala umur, mulai dari anak balita, anak sekolah, bahkan orang dewasa atau lansia. Menurut Drajat, penelitian memperlihatkan hanya 1% dari rakyat Indonesia yang tidak mampu mengakses jenis pangan makro atau yang mengandung karbohidrat. Namun, nyaris 50% penduduk Indonesia yang mengalami defisiensi pangan zat mikro, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, juga pangan hewani. Ini berarti kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia belum baik. Berdasarkan penelitian, 1 dari 2 penduduk Indonesia tidak mampu membeli pangan hewani, buah, serta sayuran.
Untuk mengatasi masalah defisiensi mikronutrien, terdapat tiga strategi utama yang dapat dilakukan, yaitu suplementasi, fortifikasi makanan, dan biofortifikasi. Suplementasi adalah pengiriman konsentrat mikronutrien dalam bentuk pil, bubuk, atau cair. Fortifikasi adalah bagian dari pengolahan makanan dan melibatkan penambahan sejumlah kecil zat gizi mikro ke dalam produk makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat umum, seperti sereal, tepung terigu, dan beras. Sementara itu, biofortifikasi adalah penggunaan pendekatan agronomi dan pemuliaan tanaman di bidang pertanian untuk meningkatkan konsentrasi mikronutrien tertentu pada tanaman pangan pokok, misalnya beras yang ditanam dengan konsentrasi vitamin A yang tinggi.[5] Selain cara-cara tersebut, pemberian ASI eksklusif serta inisiasi menyusui dini (IMD) juga bisa membantu mencegah terjadinya hidden hunger pada anak.
Manusia membutuhkan energi untuk menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas, demi bertahan hidup. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam makanan. Namun, masyarakat dengan pendapatan rendah lebih mementingkan asupan makanan yang sekadar mengenyangkan, tanpa memperhatikan zat gizi yang terkandung dalam makanan. Terlebih lagi pandemi COVID-19 memperparah situasi kesehatan karena mengancam penghidupan rumah tangga, menghambat ketersediaan makanan bergizi dan aman yang harganya terjangkau, serta menghalangi pelaksanaan pelayanan gizi esensial.
Meskipun demikian, tidak berarti masyarakat dengan pendapatan yang lebih tinggi berupaya meningkatkan konsumsi zat gizi. Masyarakat yang memiliki pendapatan lebih tinggi juga cenderung memilih makanan yang disukai saja dan biasanya tidak mengandung gizi seimbang.[6] Oleh karena itu, edukasi gizi kepada masyarakat mengenai pendidikan gizi juga sangatlah penting guna menyadarkan masyarakat terhadap hidup sehat dengan mengonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Pendidikan gizi dapat berupa penyuluhan dan konseling gizi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana memilih bahan makanan yang banyak mengandung vitamin dan mineral serta zat gizi yang penting lainnya.
Pada hari ini, tanggal 25 Januari Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional. Sebuah hari yang bertujuan untuk mengampanyekan perjuangan menuju Indonesia sehat dan bebas dari kekurangan gizi kronis. Untuk itu, dalam memperingati Hari Gizi Nasional, diharapkan bangkit pula kesadaran dan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap pentingnya penerapan gizi seimbang guna meningkatkan kualitas masyarakat. Selamat Hari Gizi Nasional, Selamatkan masyarakat Indonesia dari gizi buruk!
Vannisa Najchati Silma, S. Hum
Penulis merupakan Relawan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.
Sumber:
Amruddin, dkk. 2022. Membangun Pertanian dan Peternakan Berwawasan Lingkungan. (Surabaya: CV. Global Aksara Pers). https://www.researchgate.net/publication/363021842_Hidden_Hunger_Pemuliaan_Biofortifikasi
FAO; IFAD; UNICEF; WFP; WHO, 2022, The State of Food Security and Nutrition in the World 2022 https://www.fao.org/documents/card/en/c/cc0639en
https://www.globalhungerindex.org/indonesia.html
Institut Pertanian Bogor. 2008. Agenda Riset Pangan 2009-2012. http://kms.ipb.ac.id/1003/1/Buku_ARS_PANGAN_Ind.pdf
Reska, Yeni. 2018. “Tingkat Pendapatan, Kecukupan Energi, dan Hidden Hunger dengan Status Gizi Balita”. Jurnal Kesehatan. Vol. 9 No. 3. https://pdfs.semanticscholar.org/a49d/617f314a1bba8ce5073ed2a7ff0da0dc7da1.pdf?_ga=2.220287192.1553515573.1673851893-569272473.1673851893
https://ourworldindata.org/micronutrient-deficiency
- FAO; IFAD; UNICEF; WFP; WHO, 2022, The State of Food Security and Nutrition in the World 2022, https://www.fao.org/3/cc0639en/online/sofi-2022/food-security-nutrition-indicators.html ↑
- Amruddin, dkk, 2022, Membangun Pertanian dan Peternakan Berwawasan Lingkungan. (Surabaya: CV. Global Aksara Pers), https://www.researchgate.net/publication/363021842_Hidden_Hunger_Pemuliaan_Biofortifikasi hlm. 47 ↑
- https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6296253/guru-besar-ipb-sebut-indonesia-alami-kelaparan-tersembunyi-apa-itu ↑
- https://nasional.sindonews.com/berita/1526410/18/hidden-hunger-dan-kualitas-sdm?showpage=all ↑
- https://ourworldindata.org/micronutrient-deficiency ↑
- Yeni Reska, “Tingkat Pendapatan, Kecukupan Energi, dan Hidden Hunger dengan Status Gizi Balita”, Jurnal Kesehatan, Vol. 9 No. 3, 2018, https://pdfs.semanticscholar.org/a49d/617f314a1bba8ce5073ed2a7ff0da0dc7da1.pdf?_ga=2.220287192.1553515573.1673851893-569272473.1673851893 hlm. 463. ↑
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini