Gaza – Kamar Dagang dan Industri di Gaza menyatakan, sekitar 2 juta warga Palestina di Gaza, menyambut bulan Ramadhan di tengah kondisi ekonomi sangat buruk, sejak agresi Israel terakhir ke Gaza, dan berlanjutnya blokade tahun ke 9 secara berturut-turut.
Kepala Bagian Humas, Maher Thiba mengatakan, warga di Gaza (1,8 juta jiwa) menyambut Ramadhan di tengah kondisi blokade yang diberlakukan Israel terhadap Gaza tahun ke 9 berturut-turut, serta dampak perang yang menjadi bencana, di semua sektor dan aktifitas ekonomi. Warga Gaza menyambut Ramadhan di tengah krisis akut, pengangguran dan kemiskinan. Sekitar 55 % tingkat pengangguran di Gaza sampai saat ini.
Dia mengatakan pemerintahan bersatu itu bubar karena Hamas tidak mengizinkannya beroperasi di Gaza, yang dikuasai Hamas. Sementara kelompok Fatah menguasai Tepi Barat. Bagaimanapun Hamas mengaku belum menerima pemberitahuan dan menyatakan menentang pembubaran pemerintahan secara sepihak. “Hamas menolak perubahan sepihak dalam pemerintahan tanpa kesepaktan dari semua partai,” kata seorang juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, seperti dikutip AFP.
Pemerintahan bersatu dibentuk tahun lalu dengan tujuan untuk mengakhiri perseteruan antara kedua kelompok Palestina tersebut namun terhambat oleh sejumlah masalah. Pembubaran pemerintahan ini diumumkan Fatah di tengah-tengah berita tentang perundingan tidak langsung antara Hamas dengan Israel untuk membahas cara-cara menegaskan gencatan senjata tidak resmi yang mengakhiri perang 50 hari antara keduanya pada Agustus tahun lalu.
BBC.com (18/6/2015)