Doktor Akram Habeeb, seorang profesor di Universitas Islam di Gaza, kini terbaring damai dalam reruntuhan setelah menjadi sasaran serangan Pasukan Israel. Sebelum wafat, ia pernah menulis sebuah harapan yang lahir dari kepasrahan:
Kapan kami akan berhenti menghitung jumlah kematian?
Kapan gereja di Roma akan mulai berdemonstrasi?
Kapan belas kasihan akan ada di hatimu sebagai pengingat dari kematian kami?
Kapan kau akan mulai menceritakan kisah nyata tentang kami?
Kapan Dewan Keamanan akan mengeluarkan keputusannya?
Kapan dunia akan membebaskan Gaza dari neraka?
Kapan dunia akan berhenti melihat kami sebagai barisan angka di layar?
Kapan para penjahat berhenti membunuh impian anak-anak kami?
Kapan keadilan akan menggunakan mahkotanya untuk mendeklarasikan kebebasan kami?
Kapan agresi ini berakhir dan kami beristirahat dari kematian.
Pertanyaan Dr. Habeeb untuk dunia itu mencerminkan penderitaan kolektif 2,2 juta warga Palestina di Gaza yang mengalami genosida. Lebih dari 1,4 juta dari mereka, termasuk lebih dari 600.000 anak-anak, berada di Rafah dan tidak punya tempat tujuan lain. Rafah adalah tempat perlindungan terakhir, pusat hilir mudiknya bantuan kemanusiaan sekalipun dalam jumlah minim, juga penyeberangan bagi mereka yang mendapat izin untuk menerima perawatan di luar Gaza.
Dalam situasi seperti itu, Israel bersumpah untuk menyerang Rafah hingga penghabisan. Sejak awal Mei, para petugas kemanusiaan yang merupakan Warga Negara Asing telah dievakuasi, menyisakan Rafah dengan penduduknya yang bertanya-tanya tentang masa depan mereka. Para pengungsi di Rafah kembali mengangkat tenda-tenda dan barang bawaan mereka, tanpa kepastian hendak ke mana kaki mereka dilangkahkan, jika ternyata zona aman di Gaza memang tidak pernah benar-benar ada.
Di sisi lain, meskipun menentang agresi Israel ke Rafah, Amerika Serikat memberikan bantuan militer sebesar $17 miliar kepada penjajah untuk melanjutkan genosida di Gaza. Keputusan terlaknat yang menambah kekecewaan warga Palestina.
Akan tetapi, masih ada secercah harapan: protes kampus terjadi di Amerika, Eropa, dan tempat lain. Mereka menunjukkan bahwa generasi muda mengetahui jalan keadilan. Di jalur diplomasi, negara-negara Eropa seperti Spanyol, Irlandia, dan Norwegia mulai mengakui keberadaan negara Palestina. Langkah tersebut diprediksi dapat memicu negara-negara Eropa lainnya untuk juga mengakui negara Palestina dan memantapkan posisinya untuk mendukung gencatan senjata.
Jalan menuju kemenangan mungkin masih panjang, tetapi kebenaran akan selalu menemukan jalannya.
Dengan membawa jerigen, anak-anak Palestina berjalan melewati sebuah rumah yang rusak akibat serangan Israel (1/5). Di tengah agresi genosida Israel sekaligus blokade ketat terhadap seluruh kebutuhan dasar, warga Gaza mengalami kesulitan luar biasa sekalipun sekadar untuk mendapatkan air bersih. (Hatem Khaled/Reuters)
Setelah ketegangan di Universitas California, Los Angeles (UCLA), ratusan polisi dengan perlengkapan antihuru-hara melancarkan serangan menjelang fajar di sebuah perkemahan yang dipenuhi sekitar 400 pengunjuk rasa yang berdemonstrasi menentang agresi Israel ke Gaza (2/5). Petugas memaksa mereka untuk membubarkan diri dan menangkap sejumlah pengunjuk rasa. (David Swanson/ Reuters/ Al Jazeera/ CNA)
Pada hari prosesi Jumat Agung (3/5) di sepanjang Via Dolorosa di Kota Tua al-Quds/Yerusalem, umat Kristen Ortodoks membawa salib di dalam Gereja Makam Suci. (Shannon Stapleton/ Reuters)
Warga Palestina berjalan dengan mengangkut barang-barang mereka di Beit Lahya, Jalur Gaza utara (4/5). Agresi genosida Israel ke Gaza yang telah memasuki bulan ketujuh telah mendorong penduduk Gaza berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dalam perkembangan terakhir, sementara Hamas mengisyaratkan akan menerima proposal gencatan senjata, Israel akan meluncurkan operasi militer udara dan darat di Rafah, termasuk menguasai Koridor Philadelphia di antara Mesir dan Rafah yang selama ini menjadi jalur utama bantuan kemanusiaan. (AFP/ Times of Israel/ NBC News/ Al Jazeera)
Sekitar 100 keluarga yang berlindung di Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius di Kota Gaza mengadakan doa kebaktian pada Minggu Paskah (5/5), tanpa adanya acara lain untuk menandai peraayaan tersebut. “Kesedihan menyelimuti gereja. Tidak ada ruang untuk kegembiraan dan perayaan, mengingat kehancuran, pengeboman, dan banyaknya korban jiwa,” kata Imad Al Sayegh, ketua dewan direksi Asosiasi Persatuan Gereja-Gereja di Gaza. (Anadolu/ AFP/ The National/ Al Monitor)
Militer Israel mengatakan pada Senin (6/5) bahwa mereka akan melakukan invasi darat di Rafah, tidak lama setelah Hamas mengumumkan akan menerima proposal gencatan senjata. Israel memerintahkan sekitar 100.000 warga Palestina untuk “segera mengungsi” ke Al-Mawasi, sebuah kota pesisir dekat Kota Khan Younis. Kelompok bantuan kemanusiaan menyatakan Al-Mawasi bukanlah wilayah yang layak huni atau mampu menampung gelombang pengungsi. (Hatem Khaled/ Reuters/ CNN/ VOA)
Kendaraan militer Israel memasuki Penyeberangan Rafah (7/5) dalam upaya untuk melakukan operasi darat di ujung selatan Gaza, tempat lebih dari 1.4 juta orang mengungsi. Dunia internasional telah mengingatkan Israel untuk tidak melancarkan operasinya di Rafah karena itu berarti lebih banyak kematian akan terjadi dan menutup akses masuk dan keluar bantuan kemanusiaan serta menghalangi orang yang sakit untuk dievakuasi ke luar Gaza. (Foto: Dokumentasi IDF)
Asap mengepul setelah serangan Israel di Rafah (7/5). Israel mengancam akan melakukan serangan besar-besaran untuk mengalahkan ribuan pejuang Hamas yang menurut mereka bersembunyi di Rafah. (Hatem Khaled/ Reuters)
Polisi mengusir pengunjuk rasa pro-Palestina di luar Universitas Amsterdam selama protes terhadap agresi Israel di Gaza (8/5). Sehari sebelumnya, polisi menangkap lebih dari 120 orang dan menggunakan buldoser untuk menyingkirkan perkemahan pro-Palestina di Universitas Amsterdam. (Piroschka van de Wouw/ Reuters/ NDTV/ Al Jazeera)
Warga Palestina melakukan perjalanan dengan truk pada Rabu (8/5), saat mereka mengungsi dari Rafah setelah pasukan Israel melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah, Jalur Gaza selatan. (Hatem Khaled/ Reuters)
Seorang ibu Palestina, Buthayna Abu Jazar, menunduk mengekspresikan kesedihannya dengan memegang tangan putranya, Hazma, yang terbunuh dalam serangan Israel, di Rafah (9/5). Israel bertekad untuk terus melanjutkan serangannya terhadap Rafah, mengabaikan peringatan dari PBB dan pendukung utama militer dan politiknya, Amerika Serikat. (Hatem Khaled/ Reuters/ Al Jazeera)
Ribuan demonstran pro-Palestina berbaris di kota pelabuhan Malmo di Swedia menentang partisipasi Israel dalam Kontes Lagu Eurovision. Demonstran yang mengibarkan bendera Palestina memadati alun-alun bersejarah Stortorget dekat balai kota Malmo, menuntut penyelenggara agar mengeluarkan Israel dari Kontes Eurovision tersebut. (Martin Meissener/ AP Photo/ Al Jazeera)
Majelis Umum PBB (UNGA) kembali menyelenggarakan sesi khusus-darurat di New York mengenai krisis Gaza (10/5). Mayoritas negara peserta menyetujui resolusi yang meningkatkan hak-hak Palestina di badan dunia, meski Palestina belum menjadi anggota tetap PBB. Keanggotaan tetap hanya dapat diputuskan oleh Dewan Keamanan PBB, dan bulan lalu, AS memveto upaya Palestina untuk menjadi anggota penuh. (UN News/ Al Jazeera)
Louise Wateridge, Juru Bicara UNRWA, pada Sabtu (11/5) mengatakan bahwa UNRWA memperkirakan 150.000 orang telah meninggalkan Rafah. “Ke mana pun Anda melihat Rafah bagian barat pada pagi ini, banyak keluarga yang berkemas dan jalanan jauh lebih kosong,” katanya di X. (Anadolu Agency)
Pemandangan umum perkemahan protes pro-Palestina terlihat di California State University (Cal State) di Los Angeles (11/9). Mahasiswa meminta universitas mereka untuk melakukan divestasi atau menghentikan hubungannya dengan institusi yang secara finansial terkait dengan Israel dan mengatakan protes akan terus berlanjut sampai Universitas memenuhi tuntutan mereka. (David Swanson/Reuters/ LA Daily News/ Boyle Heights Beat)
Warga Palestina yang berlindung di Rafah sekali lagi harus melarikan diri dari pasukan Israel yang melancarkan operasi darat dan udara di bagian timur Rafah (12/5). Serangan tersebut memaksa orang untuk kembali ke arah utara, daerah yang hancur akibat serangan sebelumnya. Mereka mendirikan tenda-tenda baru di Kota Khan Younis dan di pusat Kota Deir al-Balah, sehingga semakin membebani infrastruktur yang sudah hancur. (Hatem Khaled/ Reuters/ Al Jazeera)
Dalam rangka peringatan tragedi Nakba, Adara Relief International menyelenggarakan talkshow, bedah buku dan pameran yang berjudul “Ongoing Nakba: Turn Back the Narration of Palestine” (12/05). Upaya ini dilakukan Adara untuk menyuarakan fakta di tengah pembungkaman isu Palestina (Adara Relief)
Pengunjuk rasa Israel di Tepi Barat yang dijajah memblokir truk bantuan yang hendak menuju Gaza (13/5). Mereka melemparkan paket berisi makanan ke jalan dan merusak kantong berisi gandum. Truk-truk tersebut, yang ditempatkan di pos pemeriksaan Tarqumiya, sebelah barat Hebron, datang dari Yordania menuju ke Jalur Gaza. Polisi tidak melakukan intervensi untuk menghentikan penjarahan, meskipun kemudian empat orang, termasuk seorang anak di bawah umur, dilaporkan telah ditangkap. (AFP/ The Strait Times/ BBC/ The Guardian/ Sky News)
Dua serangan udara Israel di kamp Nuseirat membunuh 36 warga Palestina dalam waktu semalam (14/5). Pada serangan pertama setidaknya 25 jenazah dibawa ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah. Sementara itu, sebelas orang lainnya dibawa ke Rumah Sakit Al-Awda setelah serangan kedua. (Jehad Alshrafi/ Anadolu Agency/ CNN/ NY Post)
Warga Palestina di Ramallah di Tepi Barat yang diduduki membentangkan bendera Palestina saat mereka mengambil bagian dalam protes untuk menandai peringatan 76 tahun Nakba, “malapetaka” pengusiran massal penduduk Palestina pada 1948 demi pembentukan negara Israel. Peringatan Nakba kali ini bersamaan dengan agresi genosida di Gaza yang telah melewati bulan ketujuh. Ini menunjukkan bahwa Nakba terjadi bukan hanya sekali, melainkan berkali-kali. (Mohamad Torokman/ Reuters/ Al Jazeera/ MEMO/ Anadolu]
Pelajar dan mahasiswa di Barcelona, Spanyol, mengibarkan bendera Palestina saat mereka berbaris untuk menunjukkan solidaritas terhadap warga Palestina sekaligus memperingati Nakba (15/5). Aksi solidaritas ini terjadi di berbagai tempat, termasuk di Irlandia, Filipina, Australia, Korea Selatan, Yordania, dan Bosnia. (Emilio Morenatti/AP/ Anadolu/ Reuters/ AFP)
Sekjen PBB António Guterres mengulangi peringatannya terhadap serangan besar-besaran di Rafah (16/5). Pada saat yang sama, tim bantuan mengeluarkan seruan yang semakin mendesak untuk perjalanan yang aman di seluruh Gaza, demi mengisi kembali persediaan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Guterres juga menyatakan dukungan terhadap UNRWA dengan menyebutnya sebagai tulang punggung PBB di Gaza dan jalur penyelamat bagi pengungsi Palestina di seluruh wilayah. (Relief Web)
Direktur WFP untuk Palestina Matthew Hollingworth mengatakan tidak dapat mengakses gudang WFP di Rafah selama lebih dari seminggu serta hanya mempunyai sedikit makanan dan bahan bakar yang dapat masuk melalui perbatasan di wilayah selatan (17/5). Menurutnya, akses bantuan harus dibuka sebab setiap titik masuk baru adalah arteri baru, yang memompa darah kehidupan ke Gaza untuk menghentikan kelaparan yang terjadi. (WFP)
Asap tebal membumbung setelah serangan udara Israel berlanjut di Jalur Gaza tengah (18/5). Sementara itu, Philippe Lazzarini, Kepala UNRWA mengatakan hampir 800.000 warga Palestina telah mengungsi dari Rafah sejak Israel melancarkan serangan udara dan darat terhadap Rafah. (Abdel Kareem Hana/AP News)
Pada upacara pembukaan Morehouse College di Atlanta, Georgia (19/5), seorang perempuan dengan keffiyeh berdiri memunggungi Presiden AS Joe Biden saat berpidato dan mengacungkan tinjunya. Sejumlah mahasiswa dan anggota fakultas menyuarakan penolakan keras terhadap kunjungan Biden sebagai protes terhadap cara Biden dalam menangani agresi Israel di Gaza. (Alyssa Pointer/ Reuters/ ABC News)
Fathi Ahmed Gomaa bersama singa yang dibawanya mengungsi ke Khan Younis dari Rafah (20/5). Ketika Israel memerintahkan evakuasi, ia membawa serta hewan-hewan dari kebun binatang Rafah. Namun, ia tidak berhasil memindahkan tiga singa besar akibat serangan udara dan darat Israel yang membahayakan nyawa. (Hatem Khaled/ Reuters/ Ashraq al-Awsat/ The New Arab)
Menlu AS Antony Blinken berulang kali disela oleh para pengunjuk rasa yang mengutuk kebijakan AS terhadap Israel dan agresinya ke Gaza (21/5). Di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS, Blinken tersentak saat seorang pengunjuk rasa mendekatinya dari belakang, sambil melambaikan tanda bertuliskan “kriminal”. Petugas keamanan kemudian membawa pengunjuk rasa itu keluar ruangan. (Celal Gunes/ Anadolu/ Al Jazeera/ PBS)
Dengan bertelanjang kaki, gadis cilik Palestina berjalan membawa jerigen untuk mengambil air bersih (22/5). Bersama saudaranya ia melewati rumah-rumah yang hancur akibat serangan Israel, di Khan Younis, selatan Jalur Gaza. (Mohammed Salem/ Reuters)
Tujuh warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Israel pada Rabu (22/5) dalam operasi di Jenin, utara Tepi Barat yang dijajah. Di antara korban adalah remaja laki-laki yang dibunuh ketika mengendarai sepeda, juga Dokter Ussaid Jabareen, seorang ahli bedah berusia 50 tahun di RSUD Jenin, yang ditembak mati dalam perjalanannya ke RS. Selain itu, buldoser dan alat berat militer Israel menghancurkan jalanan dan infrastruktur di Jenin. (MEMO/ BBC/ Active Still)
Ratusan mahasiswa yang mengenakan toga keluar dari gedung wisuda Harvard sambil meneriakkan “Bebaskan, Bebaskan Palestina” (23/5). Wisuda dihelat setelah mahasiswa melakukan protes selama beberapa pekan di kampus dan sehari setelah Harvard mengumumkan nama 13 mahasiswa yang tidak akan menerima ijazah karena berpartisipasi dalam perkemahan pro-Palestina. Perwakilan mahasiswa, Shruthi Kumar, berkata, “Pada semester ini, kebebasan berbicara dan ekspresi solidaritas kami dibungkam.” (Bryan Snider/ Reuters/ Le Monde/ NY Times)
Pengadilan tinggi PBB memerintahkan Israel untuk segera menghentikan serangan militernya terhadap Rafah, dan menggambarkan situasi kemanusiaan di Rafah sebagai “bencana” (24/5). Tindakan darurat tersebut diperintahkan atas permintaan Afrika Selatan yang mengatakan bahwa Israel melakukan Genosida di Gaza. (Peter Dejong/ AP Photo/ AL Jazeera/ NBC News)
Para bintang dan pembuat film dari seluruh dunia diam-diam menyatakan solidaritas mereka terhadap Gaza pada Festival Film Cannes ke-77 (25/5). Di antara mereka terdapat sutradara nominasi Oscar, Asmae El Moudir, yang menjahit bendera Palestina di sarung tangannya. Terdapat pula Bella Hadid yang mengenakan gaun merah dari keffiyeh, Aktris India Kani Kusruti, memegang dompet berbentuk semangka dengan warna bendera Palestina, juga aktor Australia Guy Pearce yang mengenakan pin bendera Palestina di kerahnya dan gelang sulaman dengan warna yang sama. (The National/ MEMO/ Festival Cannes)
Pasukan Israel melakukan pengeboman terhadap tenda-tenda kamp pengungsi Palestina di Tal al-Sultan yang secara khusus ditetapkan sebagai “daerah kemanusiaan” yang aman di Rafah (26/5). Pengeboman tersebut menyebabkan kebakaran hebat yang membunuh 45 orang, termasuk anak-anak, dan melukai hampir 250 orang. Video mengerikan yang beredar menunjukkan seorang pria mengangkat mayat seorang anak yang hangus tanpa kepala di tengah api yang masih berkobar. (Al-Jazeera/ Democracy Now/ France24/ Guardian)
PM Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (27/5) menyebut kematian puluhan warga sipil Palestina dalam Pembantaian Tal al-Sultan di Rafah sehari sebelumnya sebagai “kecelakaan tragis.” Berbicara di Knesset (parlemen Israel), Netanyahu mengklaim bahwa kematian warga sipil terjadi ketika pasukan Israel menargetkan anggota Hamas di Rafah. Ia juga memastikan untuk melanjutkan perang di Gaza meskipun ada protes dan kecaman internasional. (Anadolu/ ABC News/ AP News)
Dalam upaya untuk menjaga budaya Palestina tetap hidup, anak-anak yang berlindung di al-Mawasi, Rafah utara, membuat gambar menakjubkan dari bangunan bersejarah yang hancur dalam agresi Israel. Buthaina al-Faqawi, panitia kegiatan, menggambarkan perubahan yang ia saksikan pada anak-anak yang ikut serta: “Pandangan pertama adalah keputusasaan dan kesengsaraan,” katanya. “Pandangan kedua memancarkan harapan, dan pada pandangan ketiga terlihat kecintaan terhadap hidup dan masa kecil. Tolong… Mereka berhak mendapatkan kehidupan.”(Christian Aid/ Relief Web/ Al Jazeera)
Spanyol, Irlandia, dan Norwegia telah mengakui negara Palestina secara resmi, sebagai upaya untuk menemukan solusi politik terhadap perang di Timur Tengah dan membantu mengamankan kesepakatan gencatan senjata (28/5). Pemerintah Israel kemudian menuduh ketiga negara tersebut sebagai pendukung terorisme, sekaligus menarik duta besarnya dari Irlandia, Norwegia dan Spanyol serta secara resmi menegur utusan mereka di Tel Aviv. (BBC/ AP News/ Al Jazeera/ CBS News)
Dua paramedis Palestina terbunuh dalam serangan udara Israel yang menargetkan ambulans di Rafah (29/5). Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan bahwa Haitham Tubasi dan Suhail Hassouna terbunuh ketika melakukan tugas kemanusiaan mereka di Tal al-Sultan, Rafah. (Anadolu/ IFRC/ CNN/ Palestine Chronicle)
Pasukan Israel membakar pasar sayur utama di Ramallah dan al-Bireh, Tepi Barat yang diduduki (30/5). Kebarakaran hebat ini menghancurkan puluhan toko milik warga Palestina dan menyebabkan kerugian jutaan shekel. Penjajah juga menyerbu kota-kota tetangga di Tepi Barat saat fajar, menembakkan peluru tajam, granat setrum, dan gas air mata di daerah permukiman dan pasar lokal. (Majd Abu Rayya/ MEE/ Euronews)
Presiden AS Joe Biden mengumumkan dalam konferensi pers di Gedung Putih pada Jumat sore (31/5), bahwa Israel telah mengajukan “proposal baru yang komprehensif”, mencakup gencatan senjata permanen, pertukaran tawanan, dan pengembalian pengungsi ke wilayah masing-masing. Proposal tersebut disambut positif oleh Hamas dengan catatan Israel harus secara terbuka menyatakan komitmen untuk mematuhinya, sementara Israel mengatakan bahwa kesepakatan tidak akan menghentikan Israel untuk mencapai tujuannya, yaitu menghancurkan Hamas. (Al Jazeera/ Al Monitor/ The New Arab)
Para ibu di Gaza menangisi keluarganya yang kehilangan nyawa akibat serangan Israel terhadap rumah milik Keluarga Al Sous di Kamp Pengungsian Bureij (31/5). Jumlah korban terbunuh di Gaza akibat agresi genosida Israel yang tiada henti sejak Oktober lalu hinga akhir Mei telah mencapai 36.284 orang, 82.057 orang yang terluka, serta lebih dari 10.000 dinyatakan hilang atau syahid di bawah reruntuhan. (WAFA/ Anadolu/ Palestine Chronicle)
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini