Secarik kertas yang memasuki abad kedua dari usianya ibarat mantera yang menyihir seluruh dunia. Kertas berisi surat pernyataan yang dikenal dengan Deklarasi Balfour ini hanya terdiri dari total 67 kata dalam versi aslinya. Namun tak sembarang kata tertuang di dalamnya. Meski Deklarasi tersebut ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Inggris Arthur James Balfour pada saat itu, realitanya surat tersebut disusun oleh 25 pakar Yahudi Zionis dari berbagai negara. Bahkan Chaim Weismann -Yahudi terkemuka, salah satu inisiator fanatik Zionisme- sampai turun tangan dengan 17 kali menyeberangi Samudera Atlantik demi mengawal kata demi kata bagi Deklarasi Balfour tersebut.
Apa istimewanya surat tersebut adalah catatan coreng moreng kejahatan kemanusiaan dalam sejarah sepanjang satu abad hingga realita hari ini atas bangsa Palestina. Dan daya sihirnya adalah sedahsyat apapun pelanggaran kemanusiaan atas bangsa Palestina terlebih bagi anak-anak tak berdosa di sana bukanlah pilihan bagi para pemburu info yang sedianya akan menjadi isu termahal sebuah berita jika saja ini tidak terjadi di Palestina. Begitupula dengan tak berdayanya pengusung hak asasi manusia dan pembela hak-hak anak di dunia untuk berdiri membela anak-anak Palestina. Padahal hak mereka bukan hanya dilecehkan tapi mereka juga dibunuh dan disiksa tanpa pengawalan hukum sama sekali. Mereka tak lagi punya hak hidup, hak paling mendasar bagi setiap manusia di muka bumi ini.
Daya sihir berikutnya adalah poin terpenting deklarasi pada paragraph kedua yang mengatakan, it being clearly understood that nothing shall be done which may prejudice the civil and religious rights of existing non-Jewish communities in Palestine, …sebab dipahami bahwa tidak ada yang dapat menghakimi hak sipil dan agama dari komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina… . Kalimat tersebut adalah kesalahan kedua Inggris setelah kesalahan pertamanya memberikan wilayah yang telah ada penduduknya yaitu bangsa Palestina kepada bangsa Yahudi. Inggris tertipu jika tidak ingin dikatakan pura-pura lupa akan karakter bangsa Yahudi yang picik sepanjang sejarah kehidupan manusia. Dengan percaya bahwa yahudi bisa berbuat adil dan tidak rasis.
Realitanya, kesalahan fatal Inggris seabad lebih lalu, hingga hari ini dirasakan langsung oleh anak-anak Palestina tak berdosa. Maut ibarat udara yang meliputi seluruh ruang geraknya. Kemanapun mereka pergi tidak ada lagi tempat aman. Simak saja berita 28 Oktober 2018 lalu tiga anak Palestina yang keluar bermain mencari burung seperti anak-anak lainnya di dunia ini menjadi sasaran tembak drone tentara Israel dengan sengaja.
Khalid Bassam (14), Abdul Hamid (13) dan Muhammad Ibrahim (13) serta jutaan anak Palestina lainnya adalah korban secarik kertas yang telah menjadi gerbang terbukanya pintu bagi penjahat kemanusiaan paling biadab di muka bumi sepanjang masa, yahudi.
Bannasari
Bidang Kajian Adara Relief International