Dr. Hussam Abu Safia, Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya, Gaza, ditahan oleh pasukan Israel dalam penggerebekan terhadap fasilitas medis tersebut pada Desember lalu. Penahanan ini menimbulkan kekhawatiran mendalam dari keluarga, kolega, dan kelompok hak asasi manusia terkait keselamatannya, terutama mengingat laporan tentang kondisi keras di penjara Israel.
Anak laki-laki Dr. Abu Safia mengungkapkan bahwa keluarga belum menerima kabar akurat tentang kondisi sang ayah, selain dari laporan mantan tawanan yang menyebutkan bahwa Dr. Abu Safia mengalami penyiksaan berat dan kondisi kesehatannya memburuk akibat cedera yang dideritanya baru-baru ini. “Kami dalam keadaan cemas dan sangat sedih karena tidak tahu alasan penangkapannya dan hingga kini tidak ada dakwaan resmi terhadapnya,” ujarnya.
Menurut Physicians for Human Rights-Israel (PHRI), Dr. Abu Safia saat ini ditahan di Penjara Ofer, sebuah fasilitas militer terkenal di Tepi Barat yang sering dikritik karena perlakuan buruknya terhadap tawanan. Keluarga dan pengacara Dr. Abu Safia tidak diizinkan mengunjunginya hingga 29 Januari. Mantan tawanan melaporkan kondisi keras di Ofer, termasuk pemukulan, jatah makanan minim, dan penolakan perawatan medis.
Penggerebekan terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan terjadi setelah serangkaian serangan berulang dari pasukan Israel. Bangunan utama rumah sakit dibakar dan rusak parah, memaksa fasilitas kesehatan tersebut menghentikan operasinya. Selain Dr. Abu Safia, sekitar 350 orang, termasuk banyak tenaga medis, ditangkap dalam serangan itu dan hingga kini masih ditahan tanpa rincian kondisi penahanan.
Dr. Abu Safia dikenal karena upayanya yang gigih menjaga operasional rumah sakit selama pengepungan 85 hari oleh pasukan Israel, yang dimulai pada Oktober 2023. Dalam berbagai video, ia menyerukan bantuan internasional saat RS Kamal Adwan berulang kali terkena serangan Israel.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia, seperti Medical Aid for Palestinians yang berbasis di Inggris dan Doctors Against Genocide yang berbasis di AS, telah menyerukan tindakan mendesak untuk melindungi pekerja kesehatan di Gaza. Mereka menuntut pembebasan segera Dr. Abu Safia dan semua tenaga medis yang ditahan.
Pemerintah Gaza melalui Kantor Media Pemerintah (GMO) juga meminta masyarakat internasional dan organisasi PBB untuk mengambil langkah nyata dalam menyelamatkan nyawa Dr. Abu Safia dan pekerja medis lainnya. GMO mencatat bahwa saat ini terdapat sekitar 350 tenaga medis Palestina yang ditahan di penjara Israel. Hal ini mencerminkan meningkatnya pelanggaran terhadap hak-hak tenaga kesehatan di Gaza.
Penahanan Dr. Abu Safia terjadi di tengah agresi Israel yang telah membunuh lebih dari 46.000 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera. Penindasan terhadap tenaga medis ini menyoroti pelanggaran serius terhadap hukum internasional, termasuk perlindungan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan dalam situasi perang.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini