Sukarelawan ahli bedah di Gaza melaporkan cedera parah pada anak-anak akibat senjata buatan Israel. Senjata tersebut dirancang untuk memaksimalkan penyebaran pecahan peluru yang mengakibatkan luka pada korban menjadi sangat parah, menurut The Guardian pada hari Kamis (11/7).
Para ahli bedah yang telah bekerja di wilayah tersebut menyoroti konsekuensi yang mengerikan dari senjata-senjata ini pada penduduk sipil, terutama anak-anak, lapor Anadolu Agency.
Dokter di Rumah Sakit Eropa Gaza dan Rumah Sakit Al-Aqsa menggambarkan banyaknya operasi untuk anak-anak terluka akibat fragmen kecil pecahan peluru. Hal tersebut sering kali meninggalkan jejak yang hampir tidak terlihat namun menyebabkan kerusakan internal yang luas.
Mereka mengatakan bahwa senjata-senjata ini tampaknya sengaja dirancang untuk meningkatkan jumlah korban, menurut Amnesty International.
“Sekitar setengah dari cedera yang saya tangani adalah pada anak-anak kecil,” kata Feroze Sidhwa, seorang ahli bedah trauma dari California yang bekerja di Rumah Sakit Eropa di Gaza bagian selatan pada bulan April.
“Kami melihat banyak cedera akibat pecahan yang sangat kecil sehingga mudah terlewat saat memeriksa pasien. Pecahan ini jauh lebih kecil dari apa pun yang pernah saya lihat sebelumnya, tetapi mereka menyebabkan kerusakan besar di dalam tubuh.”
Para ahli senjata mencatat bahwa cedera tersebut sesuai dengan karakteristik senjata buatan Israel yang bertujuan untuk memaksimalkan kerugian daripada sekadar menghancurkan infrastruktur.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang penggunaannya di daerah padat penduduk sipil. Enam dokter asing yang baru-baru ini bertugas di rumah sakit Gaza mengonfirmasi tingginya jumlah cedera akibat senjata fragmentasi tersebut, yang menyebabkan peningkatan jumlah amputasi yang mengkhawatirkan sejak agresi dimulai.
“Anak-anak lebih rentan terhadap cedera tembus karena mereka memiliki tubuh yang lebih kecil,” jelas Sidhwa.
“Bagian vital mereka lebih kecil dan lebih mudah terganggu. Ketika anak-anak memiliki pembuluh darah yang robek, pembuluh darah mereka sudah sangat kecil sehingga sangat sulit untuk menyatukannya kembali. Arteri yang memberi makan kaki, arteri femoralis, hanya setebal mie pada anak kecil. Itu sangat, sangat kecil. Jadi memperbaikinya dan menjaga agar anggota tubuh anak tetap melekat sangat sulit.”
Mark Perlmutter, seorang Ahli Bedah Ortopedi dari North Carolina, juga bekerja di Rumah Sakit Eropa dan menguatkan pengamatan Sidhwa.
Kesaksian para ahli bedah mengungkapkan kenyataan yang suram bahwa justru yang mereka yang termuda dan yang paling rentan terkena dampak secara tidak proporsional. Mereka menderita cedera yang mengubah hidup, akibat senjata yang sengaja dirancang untuk menghasilkan dampak yang maksimal.
Sumber: https://www.middleeastmonitor.com
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini