Dua puluh tahun setelah invasi yang dipimpin AS dan Inggris yang menghancurkan Irak, salah satu seniman paling terkemuka di negara itu, Dia al-Azzawi, mengadakan pameran yang menakjubkan di Oxford. Pameran “Lukisan Puisi” adalah kumpulan karya yang menggambarkan kengerian Perang Teluk 1991 dan rezim sanksi PBB yang melumpuhkan setelahnya, dilengkapi dengan kata-kata dari penyair besar dunia Arab. Puisi dan syair merupakan bentuk seni utama di Irak modern, yang penyairnya terinspirasi oleh sastra abad pertengahan, ketika Irak menjadi pusat budaya di Timur Tengah.
Azzawi lahir pada 1939 di Bagdad dan sejak akhir 1950-an mulai menjalin hubungan dengan seniman lain. Dia belajar arkeologi sebelum memasuki Sekolah Tinggi Seni Bagdad pada awal 1960-an. “Mempelajari arkeologi pada siang hari dan lukisan Eropa pada malam hari berarti saya bekerja dengan prinsip Eropa, tetapi pada saat yang sama juga menggunakan warisan budaya saya sebagai bagian dari pekerjaan,” katanya.
Azzawi merupakan seniman besar yang sangat dekat dengan Palestina, sebab ia memiliki sahabat dan kenangan yang tak akan pernah ia lupakan tentang Palestina. Penulis ikonik Palestina Ghassan Kanafani, yang dibunuh oleh bom mobil Mossad di Beirut, pada 8 Juli 1972, adalah sahabat baik Azzawi. Sebagai tanggapan, Azzawi membuat satu set gambar hitam putih yang kuat dari kepala tak berwajah dan tubuh lemas, terinspirasi oleh cerita pendek Kanafani yang berjudul “Negeri Jeruk yang Sedih”. Ceritanya adalah kisah kehilangan yang dialami seorang anak dalam perjalanan Nakba pada tahun 1948 dari rumahnya di Jaffa, hingga berakhir di Lebanon.
Azzawi sering berbicara tentang bagaimana karya seninya menjadi saksi dan memberikan suara kepada mereka yang tidak dapat bersuara. Pada tahun 2014 ia membuat lukisan berjudul “Empat Anak yang Bermain Sepak Bola”, mengacu pada penembakan militer Israel terhadap Mohammad, Ismail, Ahed, dan Zakariya Bakr; sepupu berusia antara sembilan dan 11 tahun, yang terbunuh saat bermain di pantai di Gaza selama agresi Israel.
Melalui pameran ini, Azzawi menciptakan kesempatan unik untuk menghadirkan pengalaman tentang penderitaan yang mendalam dari perang, kehilangan, kekejaman, despotisme, penjara dan pengasingan yang dia dan para penyair lainnya alami dalam enam dekade penuh gejolak di seluruh dunia Arab. Karya Azzawi juga menunjukkan bagaimana seniman merayakan kehidupan, cinta, dan harapan melalui lukisan-lukisannya.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini