Save the Children mengatakan kekeringan yang menghancurkan Somalia telah menyebabkan pengungsian terbesar ke Kenya dalam lebih dari satu dekade. Lebih dari 55.000 warga Somalia yang mayoritas perempuan dan anak-anak, tiba sejak September tahun ini di tiga kamp di Dadaab untuk mencari makanan dan tempat tinggal. Mereka terusir dari rumah mereka akibat kekeringan terburuk dalam waktu sekitar 40 tahun dan konflik yang sedang berlangsung.
Dadaab Emergency Coordination Task Team (DECTT) memperingatkan bahwa jumlah pengungsi akan meningkat hingga 66.000 lagi pada April 2023 karena Somalia sudah sangat terseok-seok di ambang kelaparan, terlebih lagi kesediaan sumber daya sudah langka. Kompleks pengungsi Dadaab dibuka pada 1991 untuk menyediakan perlindungan bagi para pencari suaka yang melarikan diri dari perang saudara di Somalia. Namun, pada 2011, gelombang besar kedua terjadi dengan sekitar 130.000 pengungsi tiba untuk melarikan diri dari kelaparan di Somalia selatan, yang menewaskan lebih dari 260.000 orang, lebih dari setengahnya adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun.
Wilayah Tanduk Afrika mengalami krisis pangan yang dahsyat setelah empat musim hujan yang gagal berturut-turut. Ini Diperparah dengan melonjaknya harga pangan akibat kenaikan harga pangan dan bahan bakar di pasar internasional, yang sebagian didorong oleh perang di Ukraina. Di Kenya, diperkirakan 4,35 juta orang atau sekitar 9% dari populasi menghadapi kekurangan pangan yang parah. Di samping itu, hampir 6,7 juta orang di Somalia atau sekitar 41% dari populasi dilaporkan berjuang melawan kekurangan pangan yang meluas, dengan malnutrisi anak yang meningkat dan ketakutan akan kelaparan.
Yvonne Arunga, Country Director Save the Children untuk Kenya dan Madagaskar, mengatakan, “Kami melihat terulangnya krisis kelaparan pada 2011. Kekeringan yang melumpuhkan di Tanduk Afrika dan kekurangan makanan yang ekstrem mendorong para ibu untuk mengambil tindakan putus asa, termasuk berjalan ratusan kilometer ke kompleks Pengungsi Dadaab di Kenya, mempertaruhkan kesejahteraan dan keselamatan anak-anak mereka. Kami khawatir bahwa krisis yang sedang berlangsung akan memundurkan kembali kemajuan yang dibuat selama bertahun-tahun, dengan risiko nyata bahwa beberapa keluarga yang telah dimukimkan kembali di Somalia dapat mengungsi untuk kedua kalinya. Saat ini dibutuhkan peningkatan dukungan yang masif, berkelanjutan, dan multisektoral di Somalia dan Kenya. Kita tidak boleh menyia-nyiakan momen dengan mempertaruhkan nyawa.”
Sumber:
https://www.savethechildren.net
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini