“Lebih dari 600.000 anak di Jalur Gaza mengalami trauma mendalam dan tinggal di reruntuhan akibat serangan destruktif Israel,” kata kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) pada Senin (2/9).
“Anak laki-laki dan perempuan di seluruh wilayah Palestina kembali bersekolah di sekolah-sekolah UNRWA, kecuali di Gaza,” kata Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, melalui X (Twitter).
“Mereka terus-menerus kehilangan kesempatan untuk belajar dan bersekolah. Separuh dari mereka sebelumnya bersekolah di sekolah UNRWA.”
Militer Israel melancarkan serangan brutal terhadap Gaza sejak 7 Oktober, yang hingga kini telah membunuh lebih dari 40.700 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 94.100 lainnya.
“Semakin lama anak-anak tidak dapat bersekolah, semakin tinggi risiko hilangnya satu generasi yang dapat memicu kebencian dan ekstremisme,” Lazzarini memperingatkan.
Kepala UNRWA mengatakan bahwa lebih dari 70% sekolah yang dikelola oleh badan PBB di Gaza hancur atau rusak.
“Kebanyakan sekolah kami sekarang menjadi tempat penampungan yang penuh sesak dengan ratusan ribu keluarga yang mengungsi. Sekolah-sekolah tersebut tidak dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar,” tambah Lazzarini.
“Tanpa gencatan senjata, anak-anak kemungkinan besar akan menjadi korban eksploitasi,” katanya, sambil menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mencegah terulangnya kejadian serupa dalam konflik-konflik lain di seluruh dunia.
Selama beberapa bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tawanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, upaya mediasi terhenti karena PM Israel, Benjamin Netanyahu, menolak memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
“Gencatan senjata merupakan kemenangan bagi semua pihak. Hal ini akan memberikan waktu istirahat bagi warga sipil, membebaskan para sandera, dan memungkinkan aliran pasokan dasar yang sangat dibutuhkan, termasuk pendidikan,” ujar Lazzarini.
Blokade Israel yang berlanjut terhadap Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, sehingga sebagian besar wilayah tersebut mengalami kehancuran.
Israel kini menghadapi tudingan genosida di Mahkamah Internasional juga menghadapi perintah penghentian operasi militer di Kota Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum daerah tersebut diserbu pada 6 Mei.
sumber: https://www.aa.com.tr
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini