• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Rabu, November 29, 2023
  • Login
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Activities

Historical Walk: Symbolism of Solidarity, Menapaki Sejarah Hubungan Indonesia-Palestina

by Adara Relief International
April 21, 2023
in Activities, Kegiatan
Reading Time: 5 mins read
0 0
0
Historical Walk: Symbolism of Solidarity, Menapaki Sejarah Hubungan Indonesia-Palestina
11
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Pada Sabtu, 8 April 2023, Adara Relief International dan Maqdis Academy mengadakan kegiatan perjalanan menelusuri jejak hubungan Indonesia-Palestina di sekitaran Jakarta Pusat. Pada kesempatan tersebut, Adara Relief menggandeng Pemuda Dewan Dakwah Islamiyah bersama dengan Ustadz Hadi Nur Ramadhan dari Pusat Dokumentasi Tamadun (@Pusdoktamadun). Historical Walk dapat diartikan sebagai Perjalanan Bersejarah, sebuah napak tilas untuk mengkaji hubungan antara Indonesia dengan Palestina yang diadakan untuk pertama kali oleh Adara Relief International. Program ini mengangkat tema Symbolism of Solidarity dan mempunyai tujuan simbolis yang ditujukan sebagai solidaritas untuk mendukung penegakkan hak dan kemerdekaan rakyat Palestina dari penjajahan Zionis Israel.

Baca Juga

Adara Ajak Perempuan Indonesia untuk Bangun Kembali Gaza

Melalui Adara, JSIT Indonesia Salurkan Bantuan 2,1M untuk Palestina

Terdapat dua destinasi dalam perjalanan Historical Walk kali ini. Pertama, Gedung Eks-Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang kini menjadi gedung Kunstkring Paleis, terletak di Jalan Teuku Umar No.1. Kedua, Gedung Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) yang terletak di Jalan Kramat Raya No. 45. Acara ini ditutup dengan sesi tanya jawab oleh Ustadz Hadi dan pemaparan materi kepalestinaan oleh Fitriyah Nur Fadhillah, S.Sos., M.IP selaku Kepala Departemen Research, Development and Mobilization (RDM), serta buka puasa bersama di Aula Dewan Dakwah DKI Jakarta.

Antusiasme peserta terlihat sejak pertama kali mereka tiba di Masjid Cut Meutia lebih awal sebelum waktu Ashar. Setelah salat, perjalanan dimulai dengan menelusuri Gedung Eks-MIAI. Dari penjelasan Ustadz Hadi diketahui bahwa gedung tersebut sudah berusia lebih dari satu abad. Hal tersebut sejalan dengan fakta sejarah bahwa pembangunan gedung ini dimulai pada 1913 ketika masih berupa Pusat Kesenian Batavia (Bataviasche Kunstkring). Pada saat pendirian Federasi Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) pada 21 September 1937 di Surabaya, MIAI menjadikan gedung ini sebagai kantor kerja mereka di Jakarta. Federasi ini didirikan atas prakarsa tokoh-tokoh Islam seperti KH. Wahab Chasbullah (NU), KH. Mas Mansyur, dan KH. Ahmad Dahlan (Muhammadiyah).

Adapun tujuan didirikannya federasi ini ialah untuk mengeratkan hubungan antar umat Islam. MIAI dibentuk sebagai inisiatif untuk wadah persatuan Islam, mengingat kala itu (pada 1930-an) diperlukan kerja sama yang erat untuk melawan penjajah Belanda. MIAI juga berkiprah di luar negeri untuk mengeratkan hubungan umat Islam Indonesia dengan negara luar, khususnya negeri Arab. Dalam hal ini MIAI banyak berperan, termasuk di dalamnya untuk mempercepat kemerdekaan Palestina. Dalam perjalannya, organisasi ini dibubarkan pada 1942 ketika Jepang menjajah karena sikapnya yang non kooperatif terhadap penjajah.

Setelah dibubarkan, MIAI berganti nama menjadi Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) pada tahun 1943. Gerakan-gerakan yang dilakukan Masyumi pada saat itu dilakukan juga untuk mempercepat gerakan kemerdekaan Indonesia dan dunia Islam, khususnya kemerdekaan Palestina dengan melaksanakan Kongres Umat

Selain menggalang kekuatan umat Islam untuk Palestina, Masyumi juga mendirikan Sekolah Tinggi Islam yang kini menjadi UII Jogja dengan KH. Kahar Muzakkir sebagai rektor pertamanya. Beliau juga merupakan perwakilan Indonesia sekaligus Sekretaris Jenderal yang ditunjuk oleh forum dalam Muktamar Dunia Islam di Baitul Maqdis.

Jejak sejarah di Gedung Eks MIAI ini ditutup dengan penguatan dari ustadz Hadi mengapa kita perlu peduli dengan bangsa Palestina. Hal tersebut tidak hanya karena alasan kemanusiaan, tetapi juga adanya akar sejarah yang kuat antara Indonesia dan Palestina. Sesuai pula dengan amanat konstitusi bangsa bahwa negara kita menolak segala bentuk penjajahan sekecil apa pun.

Semangat para pendiri bangsa dalam memperjuangkan Palestina dilakukan melalui konstitusi, kongres, dan muktamar. Di antara salah satu langkah terpenting adalah dengan diadakannya Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung, ketika Indonesia dan negara dunia ketiga lainnya menggalang dukungan untuk kemerdekaan Palestina. Selain itu, puncak dukungan ditunjukkan juga pada tahun 1965 bertepatan dengan dilaksanakannya Konferensi Islam Asia Afrika.

Perjalanan peserta Historical Walk berlanjut ke gedung Dewan Dakwah Islamiyah DKI Jakarta di jalan Kramat Raya no.45. Gedung Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) didirikan pada 1967 oleh Mohammad Natsir, seorang tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia, mantan pemimpin Partai Masyumi dan pemimpin-pemimpin kebangkitan Islam di Indonesia dan interaksi dengan Timur Tengah. Mohammad Natsir juga turut memperjuangkan kemerdekaan Palestina dengan banyak menulis tentang kondisi Palestina dan problematika zionisme. Ia juga menjadi pelopor organisasi Badan Pembebas Masjidil Aqsa (BPMA) pada 1950.

Safari sejarah di gedung ini lebih banyak mengedepankan kiprah tokoh-tokoh Islam sebagai penyokong dakwah yang ada di Indonesia kala kemerdekaan. Tokoh-tokoh tersebut juga aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dari penjelasan Ustadz Hadi, tokoh-tokoh seperti Mohammad Natsir, Abdurrahman Baswedan, dan Mohammad Rasyidi dikirim untuk misi diplomasi ke Timur Tengah untuk menggalang dukungan bagi kemerdekaan Indonesia. Dalam sesi kali ini tokoh-tokoh yang diperkenalkan oleh Ustadz Hadi ialah, Prawoto Mangkusasmito (Ketua Umum Partai Masyumi Terakhir), Prof. Dr. H.M Rasjidi (Menteri Agama RI Pertama), dan Mr. Sjafruddin Prawiranegara (“Presiden” Pemerintah Darurat Republik Indonesia 1949–1950).

Namun Ustadz Hadi juga mengungkapkan bahwasanya kemerdekaan Palestina tidak hanya diperjuangkan oleh tokoh muslim saja. Salah satu tokoh nasional yang juga aktif dalam menentang penjajahan yang ada di Palestina ialah Sunario Sastrowardoyo. Dalam penjelasan singkatnya, ustadz Hadi mengungkapkan perjuangan beliau yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri sejak 1 Agustus 1953 hingga 24 Juli 1955, pada masa Kabinet Ali Sastroamijoyo. Selama menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Sunario juga menjadi Kepala Delegasi Indonesia dalam Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada 1955.

Di tengah jejak perjuangannya dalam memerdekakan Indonesia, Sunario juga dikenal sebagai tokoh anti penjajahan dan sangat concern memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dalam tulisan-tulisannya, Sunario kerap mengkritik penjajahan zionis Israel dan mengungkap apa yang terjadi di Palestina. Karena itulah, saat menjadi Menlu, kemerdekaan Palestina selalu menjadi agenda kebijakan luar negeri Indonesia.

Dalam tulisannya yang berjudul Konferensi Asia-Afrika dan Masalah Timur Tengah (1978), Sunario menegaskan pada era 1950-an dunia masih terus menyaksikan merajalelanya kolonialisme dan imperialisme di Timur Tengah yang menimbulkan rasa keprihatinan bangsa Indonesia dan dunia. Hal itu, kata Sunario, terjadi karena kaum Zionis Yahudi mendeklarasikan “negara Israel” pada tahun 1948 di Palestina.

Setelah menjelaskan latar belakang dari tokoh-tokoh tersebut dan peranan mereka untuk Indonesia dan Palestina, rombongan peserta diarahkan untuk sesi terakhir dari perjalanan ini ke lantai tiga Aula Dewan Dakwah Islamiyah. Di tempat tersebut para peserta dipersilahkan untuk bertanya terkait pemaparan materi yang telah dijelaskan oleh Ustadz Hadi. Beliau juga berpesan untuk terus menumbuhkan rasa patriotisme terhadap bangsa Indonesia. “Kita tidak mempunyai wajib militer seperti negara-negara lain, sehingga belajar sejarah dengan benar merupakan sebuah kemutlakan untuk dapat mencapai kekuatan ketahanan nasional”.

Materi selanjutnya diberikan oleh Ketua Departemen RDM, Fitriyah Nur Fadilah, S.Sos, M.I.P. terkait dengan pengenalan Adara dan Edukasi mengenai Masjid Al-Aqsa. Kegiatan Historical Walk dengan tema Symbolism of Solidarity ini ditutup dengan acara buka puasa bersama dan sholat Maghrib berjamaah.

Sebagai penutup dari perjalanan bersejarah ini dapat disarikan bahwa perjuangan memerdekakan Palestina dan Baitul Maqdis bukan hanya kewajiban umat atau tokoh-tokoh muslim saja, tetapi hal tersebut juga berdasarkan amanat konstitusi para pendiri bangsa untuk menolak segala bentuk penjajahan di atas dunia. Mengutip perkataan Bung Karno:

“Selama kemerdekaan belum bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.”

***

Kunjungi situs resmi Adara Relief International

Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.

Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini

Baca juga artikel terbaru, klik di sini

Post Views: 22
Tags: IndonesiaPalestina
ShareTweetSendShare
Previous Post

Skuter Listrik Bagi Teman Difabel Para Korban Agresi Gaza 2014

Next Post

Pasca Gempa Mentawai, Warga Masih Mengungsi, Khawatir Gempa Susulan

Adara Relief International

Related Posts

Adara Ajak Perempuan Indonesia untuk Bangun Kembali Gaza
Activities

Adara Ajak Perempuan Indonesia untuk Bangun Kembali Gaza

by Adara Relief International
November 26, 2023
0

Peringati Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina, Adara Ajak Perempuan Indonesia untuk Bangun Kembali Gaza Dalam rangka memperingati Hari Solidaritas Internasional...

Read more
Melalui Adara, JSIT Indonesia Salurkan Bantuan 2,1M untuk Palestina

Melalui Adara, JSIT Indonesia Salurkan Bantuan 2,1M untuk Palestina

November 16, 2023
Adara adakan Diskusi Publik terkait dengan Agresi Gaza 2023 bersama dengan Serambi FHUI

Adara adakan Diskusi Publik terkait dengan Agresi Gaza 2023 bersama dengan Serambi FHUI

November 7, 2023
Siaran Pers: Kabar Duka Yatim Palestina di Gaza

Siaran Pers: Kabar Duka Yatim Palestina di Gaza

November 7, 2023
Tegas, Program Pemberdayaan Keluarga Adalah Fokus Adara

Tegas, Program Pemberdayaan Keluarga Adalah Fokus Adara

November 2, 2023
Zionis Israel Masih Terus Menyerang Gaza

Zionis Israel Masih Terus Menyerang Gaza

Oktober 13, 2023
Next Post
Pasca Gempa Mentawai, Warga Masih Mengungsi, Khawatir Gempa Susulan

Pasca Gempa Mentawai, Warga Masih Mengungsi, Khawatir Gempa Susulan

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • Perempuan Palestina yang Ditawan Zionis Israel Mengalami Penyiksaan dan Pelecehan Seksual

    Perempuan Palestina yang Ditawan Zionis Israel Mengalami Penyiksaan dan Pelecehan Seksual

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Israa Jaabis, Kisah Pilu Seorang Ibu yang Ditawan Zionis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 2022 Sudah Berakhir, Namun Ahmad Manasra Tak Kunjung Dibebaskan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 22 ALASAN UMAT ISLAM WAJIB MEMBANTU PALESTINA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kejamnya Perilaku Israel terhadap Israa Al Jabis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing

Company Profile - Adara Relief International

Company Profile - Adara Relief International

00:03:01

“Wonderful Children for Wonderful Family”

00:00:46

Bantuan Halaqah Tatsbit Al-Quran untuk Pengungsian Palestina

00:02:04

Bantuan Halaqah Tahfidz Al-Quran di Pengungsian Palestina

00:01:10

STRONG 'WHY' TO LIGHT UP AL-AQSA

02:04:05
Telegram Instagram Facebook Twitter Youtube Whatsapp

Klik untuk dapatkan update info terbaru

  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Sosial Media
  • Donasi

Yayasan Adara Relief Internasional


GrahaQu Lt.2,
Jl. Warung Buncit Raya Loka Indah No.1,
Desa/Kelurahan Kalibata, Kec. Pancoran
Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12740
Indonesia

© 2022 Adara Relief International

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
    • Gerai Adara
  • Program
    • Adara for Children
    • Adara for Woman
    • Adara for Humanity
    • Penyaluran
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Humanitarian Report
    • Palestina dalam Gambar
    • AdaStory
Donasi Sekarang

© 2022 Adara Relief International

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist