Peristiwa Isra Mi’raj merupakan momen penting dalam perjalanan hidup Rasulullah saw dan umatnya. Turunnya perintah untuk melaksanakan salat lima waktu bukanlah satu-satunya hikmah dan arti penting perjalanan suci ini. Urgensi Isra Mi’raj banyak dibahas oleh para ulama, yang semuanya menunjukkan penjagaan dan kasih sayang Allah kepada Rasulullah saw dan umatnya.
Allah Swt Mahakuasa dan Maha Berkehendak untuk menciptakan, memilih, serta memuliakan makhluk-Nya. Dalam Al-Qasas ayat 68 Allah berfirman:
ۗ وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ
Artinya: Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.
Sebagaimana Allah memuliakan sebagian malaikat atas yang lain, Ia juga memuliakan sebagian rasul di atas sebagian yang lain.
ٱللَّهُ يَصْطَفِى مِنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ ٱلنَّاسِ
Artinya: Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. (Al-Hajj: 75)
Allah juga berkehendak untuk membentuk dan menyiapkan sebagian dari hamba-hamba-Nya untuk mengemban misi yang berat.
وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّى وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِىٓ
Artinya: Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku. (Thaha:39)
Jika Kita menelaah kembali perjalanan hidup Rasulullah saw dalam sirahnya, kita akan mendapati besarnya persiapan rabbani yang dialami oleh Rasulullah saw agar mampu mengemban misi sebagai penghulu para nabi. Rasulullah menyelesaikan misi kenabian dalam 23 tahun, sekaligus memberikan pengaruh yang berkesinambungan dari generasi ke generasi, melintasi batas geografi dan histori, dan terus berlanjut hingga akhir zaman.
Sejak masa kanak-kanak, remaja, masa muda, hingga Rasulullah saw mencapai usia 40 tahun, beliau dijaga dan berada dalam pengawasan Allah. Tidak pernah sedikit pun tangan beliau menyentuh berhala dan tawaf mengelilingi patung. Di tengah masyarakat jahiliyah, beliau tidak pernah mencuri, berbuat curang, berzina, mencicipi minuman keras, atau melakukan perbuatan yang mencederai integritas moral beliau.
Rasulullah saw senantiasa menjaga diri dan menjauhi semua perbuatan nista, bahkan terkenal dengan kejujuran, keterpercayaan, selalu menyambung tali silaturahim, membantu orang yang kesulitan, dan memuliakan tamu. Secara berkala, beliau mengasingkan diri untuk berkontemplasi, beribadah di Gua Hira, dan bermunajat kepada Allah dengan fitrahnya yang lurus. Setelah sempurna seluruh dimensi persiapan rabbani ini, datanglah Malaikat Jibril membacakan wahyu pertama:
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia. ( Al-Alaq: 1–3 )
Sejak saat itu, Rasulullah saw bergerak mengerahkan seluruh daya upaya untuk menyampaikan risalah dan menjalankan amanah. Berkat penjagaan dan penyiapan dari Allah, tidak sekalipun beliau tunduk menghadapi teror, rayuan, siksaan, atau blokade dari kaumnya. Sebaliknya, beliau menghadapinya dengan sabar, penuh ketenangah, dan bertahan.
Dalam kondisi seperti ini, tibalah saatnya momen penghargaan atas segala usaha dan pengorbanan beliau, sekaligus momen penyerahan misi dan tantangan, yaitu momen Isra dan Mi’raj. Berikut ini adalah persiapan rabbani yang diterima Rasulullah saw dalam momen Isra Mi’raj.
1. Peristiwa pembelahan dada Rasulullah saw.
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab sahihnya bahwa Rasulullah menceritakan peristiwa Isra Mi’raj:
فُرِجَ عن سَقْفِ بَيْتي وأَنَا بمَكَّةَ، فَنَزَلَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَفَرَجَ صَدْرِي، ثُمَّ غَسَلَهُ بمَاءِ زَمْزَمَ، ثُمَّ جَاءَ بطَسْتٍ مِن ذَهَبٍ مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً وإيمَانًا، فأفْرَغَهُ في صَدْرِي، ثُمَّ أطْبَقَهُ
Atap rumahku dilepas ketika aku berada di Makkah, maka Jibril shalallahu ‘alaihi wa sallam turun dan melepaskan dadaku, lalu mencucinya dengan air Zamzam, lalu datang membawa sebuah baskom emas penuh hikmah dan keimanan. Dicurahkannya ke dalam dadaku, lalu ditutupnya,
Peristiwa ini menggambarkan penyiapan jasad Rasulullah saw untuk naik ke alam langit yang penuh ketinggian.
2. Sambutan dan kesaksian atas kenabian Rasulullah SAW dari para nabi di langit merupakan penyiapan bagi beliau untuk mengemban tugas kenabian. Bukan sekadar penghormatan, melainkan juga sebuah peringatan akan beban berat yang harus dipikul.
(مرحبا بالنبي الصالحِ والأخِ الصالحِ)
Selamat datang wahai Nabi yang salih dan Saudara yang salih.
3. Mengambil pelajaran dari yang berpengalaman.
Rasulullah saw mendengarkan wejangan Nabi Musa as dengan penuh perhatian saat beliau ditanya:
بما أُمِرْتَ؟ قَالَ: أُمِرْتُ بخَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَومٍ، قَالَ: إنَّ أُمَّتَكَ لا تَسْتَطِيعُ خَمْسِينَ صَلَاةً كُلَّ يَومٍ، وإنِّي واللَّهِ قدْ جَرَّبْتُ النَّاسَ قَبْلَكَ، وعَالَجْتُ بَنِي إسْرَائِيلَ أشَدَّ المُعَالَجَةِ، فَارْجِعْ إلى رَبِّكَ فَاسْأَلْهُ التَّخْفِيفَ لِأُمَّتِكَ
“Apa yang diperintahkan kepadamu?” Beliau berkata: “ Aku diperintahkan solat 50 kali setiap hari.” Nabi Musa berkata:” Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melaksanakan 50 salat setiap hari. Demi Allah, aku sudah mencobanya sebelum engkau dan aku berusaha mengurus Bani Israil sebaik mungkin. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan bagi umatmu.” ( HR. Bukhari )
Peristiwa ini menyiapkan mental beliau, serta menambah pemahaman beliau tentang tabiat manusia.
4. Penguatan untuk senantiasa meneguhkan iman, berserah diri, serta meminta perlindungan kepada Allah, dengan diturunkannya ayat terakhir surat Al-Baqarah pada malam mulia itu. Diriwayatkan oleh Muslim dalam sahihnya:
أن النبي صلى الله عليه وسلم ليلة أسرى به أُعْطِيَ خَواتِيمَ سُورَةِ البَقَرَةِ” وهي قوله تعالى: “آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ .. إلى قوله تعالى: “أَنتَ مَوْلَانَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Bahwa Rasulullah saw pada malam Isra Mi’raj diberi dua ayat penutup surat Al-Baqarah.
5. Selalu mendekat kepada fitrah manusia dan bukan menentangnya. Hal ini ditunjukkan melalui peristiwa saat Rasulullah saw disuguhi bejana khamar dan susu, kemudian beliau memilih susu.
Demikianlah cara beliau berdakwah sepanjang hidupnya; selalu memperhatikan fitrah dan kesucian manusia, jauh dari penyelewengan dan kelainan.
6. Menyampaikan peringatan untuk menjauhi dosa-dosa yang akan mencelakakan manusia. Pada malam itu, beliau menyaksikan dengan mata kepala sendiri sebagian azab yang menimpa penduduk neraka.
مررْتُ ليلةَ أُسرِيَ بي بأقوامٍ تُقرضُ شِفَاهُهُمْ بِمَقَارِيضَ من نارٍ ، قُلْتُ : من هؤلاءِ يا جبريلُ ؟ قال : خُطَباءُ أمتِكَ الذينَ يقولونَ ما لا يفعلونَ ويقرؤونَ كتابَ اللهِ ولا يعملونَ بِه
“Pada peristiwa malam Isra’ aku melewati sebuah kaum yang bibir-bibir mereka disobek dengan alat pemotong dari neraka. Aku pun bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Jibril?’ Maka Jibril menjawab, ‘Mereka adalah para khatib (penasihat) umatmu yang mengatakan apa yang tidak mereka lakukan dan membaca Kitab Allah namun tidak mengamalkannya.” (HR. Ahmad)
7. Pentingnya memberikan motivasi dengan kenikmatan surga dan keberkahannya. Ketika itu Rasulullah saw diperlihatkan kenikmatan ahli surga, sebagaimana diutarakan oleh Bukhari dalam kitab sahihnya:
ثم انطلق بي حتى انتهى بي إلى سدرة المنتهى وغشيها ألوان لا أدري ما هي ثم أدخلت الجنة فإذا فيها حبايل اللؤلؤ وإذا ترابها المسك
“Ia lantas membawaku hingga tiba di Sidratul Muntaha yang diselimuti dengan warna-warni yang aku tidak tahu benda apakah itu. Kemudian aku dimasukkan ke dalam surga, ternyata di dalamnya banyak kubah-kubah terbuat dari mutiara dan tanahnya dari minyak kesturi.”
8. Adanya ikatan darah dan spiritual dengan para nabi, hingga manusia pertama, yaitu Adam as.
Rasulullah saw berjumpa dengan mereka semua pada malam itu.
9. Besarnya kemuliaan dan beban yang diemban oleh Rasulullah saw tergambar saat beliau menjadi imam dalam salat berjamaah bersama para nabi. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, dituliskan bahwa Rasulullah saw menceritakan:
فَحانَتِ الصَّلاةُ فأمَمْتُهُمْ
Maka datanglah waktu salat dan aku pun mengimami mereka.
10. Senantiasa menjalin ikatan yang kuat antara kiblat pertama dengan kiblat kedua. Masjid Al-Aqsa adalah lambang perjuangan dan ketahanan ribath, sementara Masjidilharam adalah lambang ibadah dan ketaatan. Ikatan ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kewajiban umat terhadap Masjid Al-Aqsa yang terampas. Apa kebaikan yang dimiliki oleh umat, jika ia asyik tawaf mengelilingi Ka’bah sebagai Kiblat kedua, sedangkan orang-orang Yahudi dibiarkan tawaf mengelilingi kiblat pertama?
11. Menghadirkan firman Allah dalam surat Al-Isra tentang Bani Israil dan kerusakan besar sebanyak dua kali yang akan mereka lakukan di atas muka bumi, serta apa saja karakteristik generasi pemenang dan pembebas dalam firman Allah:
فَاِذَا جَاۤءَ وَعْدُ اُوْلٰىهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ اُولِيْ بَأْسٍ شَدِيْدٍ فَجَاسُوْا خِلٰلَ الدِّيَارِ ۗ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُوْلًا ﴿الإسراء:۵
Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (QS. Al-Isra’: 5)
Demikianlah Isra Mi’raj menjadi training integral bagi Rasulullah saw, baik secara material maupun spiritual. Beliau kembali ke Makkah dalam kondisi dipenuhi keyakinan serta keberanian yang berlipat ganda untuk menghadapi kejahatan dan para tokoh kebatilan.
Setelah perjalanan mulia itu, Rasulullah saw melanjutkan dakwahnya tanpa henti demi menyampaikan risalah, meski beratnya perjuangan memaksa beliau untuk hijrah. Pada masa hijrah itulah beliau membangun masjid, pilar-pilar kenegaraan, mengirim utusan dan pasukan ke seluruh penjuru dunia, memerangi orang kafir dan musyrik. Di antara peperangan tersebut adalah Perang Badar, Uhud, Ahzab, Bani Qainuqa dan Bani Nadhir, Khaibar, Mu’tah, hingga pembebasan Kota Makkah, kemudian Thaif, Hunain, hingga Tabuk.
Persiapan menyeluruh ini telah membuahkan hasil. Pelajaran ini juga yang seharusnya diambil oleh umatnya yang datang kemudian dimulai dengan menjalin hubungan dengan Yang Tertinggi, berbekal ketaatan dan taubat. Dengan demikian, sudah saatnya bagi kita untuk mempersiapkan diri, hingga Allah berkenan mengizinkan golongan yang Allah menangkan untuk masuk ke Baitul Maqdis sambil bertakbir, tanpa dibayangi ketakutan sedikit pun.
Diterjemahkan dan disadur dari tulisan Dr. Muhammad Said Bakr oleh Hasanah Ubaidillah Aziz
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini