Adara Relief – Gaza. Sejak Ahad (11/11) Israel melancarkan sejumlah serangan ke Jalu Gaza, Palestina. Meski pada akhirnya militer Israel melakukan gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir dan PBB pada selasa dini hari (13/11). Namun, serangan brutal yang dilakukan oleh penjajah Israel terhadap Gaza, telah menimbulkan trauma tersendiri bagi warga Gaza terutama para pelajar Gaza.
Merujuk pada laman republika, meski sekolah-sekolah di Gaza, Palestina kembali dibuka, namun siswa yang hadir masih sedikit. Menurut Reem Khalla (16 tahun) dalam penuturannya ke Aljazirah, “Ketika saya tiba (di sekolah) kurang dari separuh teman saya, hanya sekitar 15 orang di sana. Kami semua ketakutan dan guru memberikan izin yang ingin pulang,” kata Khalla, Kamis (11/15) dini hari.
Situasi belajar mengajarpun belum berlangsung kondusif karena para siswa yang hadir justru memperbincangkan perihal gencatan senjata yang terjadi.
“Kami bahkan tak belajar banyak, sebagian besar berdebat jika gencatan senjata ini terjadi, apakah akan menjadi pengulangan seperti perang pada 2014,” pungkasnya.
Pada tahun 2014, Israel melakukan serangan selama 51 hari ke Palestina. Perang yang dinamai dengan Asful Ma’kul ini telah mengakibatkan 2.200 warga Palestina tewas. Mayoritas yang tewas sebagian besar adalah warga sipil. Tak hanya itu, perang tersebut jugs telah menyebabkan puluhan ribu warga Palestina kehilangan tempat tinggal.
Senada dengan Khalla, Mohammad Baroud, seorang guru di Gaza meragukan mengenai sikap Israel yang melakukan gencatan senjata. Sebab melirik sejarah, Israel tak permah menepati janjinya. Menurutnya, serangan yang dilakukan Israel telah menebarkan ketakutan terhadap siswa-siswanya.
“Murid-murid saya yang kebanyakan berusia 11 tahun ketakutan. Saya menghabiskan hari dengan menghibur mereka, meyakinkan mereka semua akan baik-baik saja,” ujarnya.
Serangan yang berlangsung tiga hari tersebut telah menewaskan enam orang dan 28 orang terluka. Israel juga berhasil menghancurkan gedung berita Al Aqsa TV di Gaza. Meski demikian, setengah jam setelah kantor berita mereka dihancurkan, Al Aqsa TV dapat kembali mengudara untuk memberitakan situasi terkini di Gaza.
Hotel Al Amal yang berada di Gaza juga tidak luput dari sasaran Israel. Menurut laman BBC, setelah menjatuhkan rudal dengan drone ke atas bangunan hotel itu, Israel kemudian meluluhlantakkan bangunan tersebut dengan menggunakan pesawat tempur F16.
Meski gencatan senjata telah dilakukan, namun dunia tidak boleh diam terhadap kejatahatan yang dilakukan Israel. “Dunia seringkali hanya menengok kepada Palestina hanya ketika terjadinya serangan oleh Israel,” kata Nurjanah Hulwani kepada tim media Adara.
“Dunia harus terus-menerus melihat kepada Palestina, hingga ia terbebas. Serangan tiga hari lalu mungkin sudah berhenti, tetapi dampak kerusakan yang ditimbulkan masih perlu penanganan lebih lanjut. Kita harus membantu Palestina untuk pemulihan tersebut, ” ujar Ketua Adara Relief International ini.
Dunia tidak boleh bungkam apalagi memilih diam. Gencatan senjata mungkin saja sudah dilakukan. Tetapi kita tidak boleh terlupa, bahwa blokade masih menyiksa warga Gaza. Tambah lagi, Palestina belum merdeka. (fnf)