Direktur Utama Adara Relief International, Sri Vira Chandra, S.S., M.A. bersama perwakilan Adara Relief menghadiri International Conference On Palestine Kuala Lumpur (ICPKL) 2.0 pada 11–13 Februari 2023 di Royale Chulan Seremban, Kuala Lumpur.
Adara membersamai delegasi Indonesia yang merupakan individu dan perwakilan dari komunitas dan lembaga yang tergabung dalam KPIPA. Beberapa komunitas yang mengikuti yaitu Komunitas Pecinta Al-Aqsha (KPA) Tangerang, Komunitas Qur’an Peduli Palestina (KQPP), Love for Palestine, Aliansi Solidaritas Al Aqsha (ASA) Depok, dan Komunitas Keluarga Cinta Palestina (KKCIPA). Tokoh-tokoh perempuan dari berbagai organisasi massa nasional Indonesia juga turut menghadiri konferensi ini, yaitu Hj. Dra Asdirwati Ali MM. (Ketua Umum PERWATI), Hj.Trisna Ningsih, SE (Ketua Umum PP. Muslimat Mathla’ul Anwar), Hj. Dra Nurliati Ahmad, MA (Ketua Umum PP. Muslimat Al Washliyah), Hj. Fitriah Abdul Azis S.Sos (PP Muslimat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia), dan Hj. Ir. Ratu Gumy Kamandany (Wakil Ketua III Wanita Islam).
“Kami turut menjadi sponsor untuk acara ini dan mengajak relawan-relawan Adara untuk bergabung dalam konferensi untuk menguatkan perjuangan dalam membebaskan Masjid Al-Quds dan Palestina,” kata Sri Vira. Ia juga mengatakan bahwa Adara menghadirkan produk-produk bertemakan Al-Aqsa dan Palestina dalam bazar di konferensi ini guna mendukung pembebasan Palestina.

Konferensi ini diselenggarakan untuk kedua kalinya secara bersama oleh koalisi LSM yang tergabung di Asia Pacific Women’s Coalition for Al-Quds and Palestine (ApWCQP), yaitu Malaysian Women’s Coalition for al-Quds and Palestine (MWCQP), Koalisi Perempuan Indonesia Peduli al Aqsa (KPIPA) dan Council for Humanitarian Networking of Sheikhul Islam Office, Thailand (CHNS), dengan MWCQP sebagai tuan rumah. Sebanyak lebih dari 200 partisipan dari 19 negara menghadiri konferensi ini, yaitu Indonesia, Thailand, Kamboja, Vietnam, Korea, Jepang, Pakistan, Afrika Selatan, Sudan, dan berbagai negara Asia Pasifik lainnya.

ICPKL 2.0 mengangkat tema “The Caged Eye – Journey to Freedom”, sebuah solidaritas untuk para tawanan Palestina di penjara-penjara Israel. Saat ini, jumlah tawanan Palestina mencapai 4.450 orang, termasuk 160 anak-anak, 32 perempuan, 549 tawanan menjalani hukuman seumur hidup, dan 499 menjalani hukuman lebih dari 20 tahun. Sementara itu, ribuan di antaranya ditahan di bawah “penahanan administratif” tanpa dituntut atau bahkan tanpa diberi tahu kejahatan apa yang diduga telah mereka lakukan. Strategi penahanan administratif yang diberlakukan sejak awal pendudukan, membuat Israel telah memenjarakan seperlima dari seluruh populasi Palestina dengan sewenang-wenang.
Konferensi dibuka dengan pembacaan Al-Qur’an surat Al-Isra dan pemutaran video kampanye “Free Them All”. CEO ICPKL 2.0, Dr Fauziah Mohd Hasan, seorang dokter kandungan yang merupakan aktivis perempuan Palestina dari Malaysia sekaligus Ketua MWCQP, memberikan sambutannya untuk para partisipan. Ia menerangkan latar belakang konferensi, yaitu untuk mendukung para tawanan Palestina yang berada di penjara Israel, selain membela rakyat Palestina secara keseluruhan yang masih mengalami kondisi penjajahan selama 75 tahun, bahkan mengalami tahun paling mematikan pada 2022. Sebagai keynote speech, Menteri Pertanian YAB Datuk Seri Haji Mohd hadir dan menyatakan dukungan Malaysia dalam membantu rakyat Palestina.

Selanjutnya, konferensi menghadirkan berbagai narasumber internasional yang merupakan pakar Palestina dan Al-Quds. Miko Peled, seorang Yahudi berkebangsaan Israel-Amerika yang merupakan penulis dan aktivis HAM menekankan pentingnya dukungan terhadap rakyat Palestina, terutama karena krisis kemanusiaan di wilayah tersebut yang semakin memburuk. Israel, menurutnya, telah melakukan tiga jenis kejahatan, yaitu genosida, pembersihan etnis, dan pendirian sistem apartheid. Sementara itu, kondisi geopolitik negara-negara Arab cukup memprihatinkan, dengan banyak negara telah banyak melakukan normalisasi dengan Israel sehingga sangat sulit bagi dunia internasional untuk memberikan hukuman atas kejahatan yang dilakukan Israel. Adapun Baha Hilo, aktivis Palestina dari Betlehem menceritakan berbagai kondisi terkini di Al-Quds, Tepi Barat, Gaza, dan wilayah 1948 yang mengalami berbagai penindasan di bawah penjajahan dan kontrol Israel. Sementara itu, Dr. Sharif Abu Shammala, CEO Al-Quds Foundation Malaysia yang berasal dari Gaza membahas penghapusan dan pencurian identitas budaya dan sejarah Palestina oleh Israel.
Prof. Mohd. Nazari Ismail, Ketua BDS Malaysia menjadi narasumber yang menekankan pentingnya menyerukan kampanye Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) terhadap berbagai perusahaan yang menjadi pendukung utama Israel yaitu HP, G4S, Caterpillar, Hyundai Heavy Industry, Puma, dan Ahava Skincare. Boikot ekonomi atas perusahaan pendukung penjajahan Israel ini merupakan hal yang sangat ditakutkan oleh Israel dan para pendukungnya, sehingga dapat menjadi aksi nyata untuk mendukung rakyat Palestina. Adapun Puan Norma Hashim, seorang penulis dan pendiri Hashim Sani Centre for Palestine Studies di Universiti Malaya, menceritakan latar belakang dari buku-buku yang ia tulis mengenai para tawanan Palestina.

Sementara itu dari Indonesia, Ibu Nurjannah Hulwani, Ketua KPIPA, menerangkan urgensi peran perempuan dalam pembebasan Palestina dan Al-Quds, serta bagaimana upaya tersebut dapat dilakukan baik secara individu maupun kolektif. Selanjutnya, Bapak Arsul Sani, anggota DPR RI dari Komisi III menekankan komitmen Indonesia dalam mendukung rakyat Palestina. Ia menyatakan tidak akan membenarkan pihak yang mempunyai hubungan dengan Israel dan menyambut baik hubungan kerjasama antara Malaysia dan Indonesia dalam krisis kemanusiaan Palestina.

Turut berbicara dalam konferensi yaitu tiga narasumber perempuan Palestina, Rana Shubair, Samar Sbeih, dan Abeer Barakat. Rana Shubair, seorang penulis dan aktivis perempuan dari Gaza, menceritakan tentang bagaimana kehidupan rakyat Gaza berada di bawah blokade Israel yang seperti sebuah penjara besar. Samar Sbaih, seorang ibu Palestina dan mantan tawanan yang berasal dari Gaza menceritakan pengalamannya ketika ditangkap dan ditawan Israel dalam kondisi hamil hingga harus melahirkan di penjara. Selain mendapatkan nutrisi yang buruk, penyiksaan, hukuman kolektif, dan kurungan isolasi, ia juga harus melahirkan di penjara dengan kondisi tangan dan kaki yang terikat. Sementara itu, Abeer Barakat, seorang dosen dan aktivis Palestina yang berasal dari Gaza menerangkan pentingnya memberikan dukungan psikologi-sosial dan pemberdayaan bagi para perempuan Palestina, serta bagaimana itu dapat membantu keluarga tawanan Palestina maupun perempuan Palestina di berbagai pengungsian.

Konferensi yang berlangsung selama tiga hari juga mencakup Dinner Charity untuk menggalang donasi bagi para keluarga tawanan di Palestina. Acara ini kemudian ditutup pada Ahad (12/2/2023) dengan sesi tanya jawab bersama keynote speakers dan konferensi pers. YB Senator Puan Hajah, Fuziah binti Salleh membacakan pernyataan penutup berupa dukungan penuh atas perjuangan rakyat Palestina dan menyatakan kecaman atas kejahatan kriminal internasional Israel di Palestina terutama terhadap para tawanan.
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini