Permukiman Israel – yang ilegal menurut hukum internasional – semakin merambah wilayah Tepi Barat dengan pasokan air yang berlimpah. Hal ini sangat kontras dengan desa-desa di Tepi Barat yang kekurangan air. Ini menyebabkan para petani terpaksa membiarkan pohon kurma mereka mati perlahan akibat kekeringan.
Warga Palestina mengatakan mereka hampir tidak mendapatkan cukup air untuk memandikan anak-anak dan mencuci pakaian mereka, terlebih lagi untuk memelihara ternak dan menanam buah-buahan. Jika dibandingkan, permukiman Israel terlihat seperti oasis. Bunga-bunga tumbuh, ikan budidaya berenang di deretan kolam yang rapi, dan anak-anak bermain air di kolam renang umum.
Di komunitas penggembala di Lembah Yordan bagian utara, konsumsi air warga Palestina hanya 26 liter (7 galon) sehari – jauh di bawah kebutuhan minimum 50–100 liter yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia, menurut B’Tselem. Sebaliknya, pemukim Israel di Lembah Yordan mengonsumsi 400–700 liter per kapita sehari, kata kelompok hak asasi manusia.
Sebanyak 500.000 pemukim Yahudi yang tinggal di Tepi Barat terhubung dengan jaringan air Israel melalui jaringan yang menyediakan air terus-menerus. Namun, kota-kota di Palestina tidak demikian. Jadi, di musim panas yang terik, warga Palestina hanya mendapatkan air secara sporadis.
Di seluruh Tepi Barat, kota-kota Palestina telah menderita sejak “perjanjian perdamaian” sementara pada tahun 1990-an. Perjanjian tersebut memberi Israel kendali atas 80 persen cadangan airnya, dan sebagian besar aspek kehidupan warga Palestina lainnya. Perjanjian “sementara” tersebut masih berlaku hingga saat ini.
Perjanjian tersebut juga menciptakan pemerintahan mandiri Palestina yang terbatas. Mereka menyediakan air ke kota-kota yang semakin padat dengan memanfaatkan sumber daya air yang semakin menipis dan harus “berbagi” dengan Israel, bahkan dipaksa membeli air dari perusahaan milik Israel. Hal ini berarti warga Palestina yang tinggal di 60 persen wilayah Tepi Barat – yang berada di bawah kendali sipil Israel – akan terlantar, terputus dari jaringan air Israel dan Palestina.
Dengan semakin intensifnya kekeringan regional, kenaikan suhu dan pemerintahan sayap kanan Israel yang menerapkan kekuasaan militer di wilayah jajahan. Warga Palestina mengatakan bahwa pasokan air menyusut karena kebutuhan kota-kota Israel diprioritaskan dibandingkan kebutuhan warga Palestina. Ketika Israel memegang kendali penuh atas Tepi Barat, warga Palestina tidak bisa menggali atau memperdalam sumur tanpa izin.
Sejak tahun 2021, pihak penjajah Israel telah menghancurkan hampir 160 waduk, jaringan pembuangan limbah, dan sumur Palestina di seluruh Tepi Barat dan Al-Quds Timur.
Sumber:
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini
#Palestine_is_my_compass
#Palestina_arah_perjuanganku
#Together_in_solidarity
#فلسطين_بوصلتي
#معا_ننصرها