• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Sabtu, Oktober 4, 2025
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Artikel

Resensi Buku Degup Cita para Pendiri Bangsa untuk Palestina

by Adara Relief International
November 19, 2024
in Artikel, Biografi
Reading Time: 7 mins read
0 0
0
Resensi Buku Degup Cita para Pendiri Bangsa untuk Palestina
117
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Identitas Buku

  • Judul : Degup Cita para Pendiri Bangsa untuk Palestina
  • Penulis : Hadi Nur Ramadan dan Pizaro Ghozali Idrus
  • Penerbit : Pusat Dokumentasi Islam Indonesia Tamaddun bekerjasama dengan Nusantara Palestine Center dan Rumah Literasi Publishing
  • Tahun terbit : 2023
  • Tebal halaman : 382 halaman 
  • ISBN : 978-602-250-696-6

 

Degup Cita Para Pendiri Bangsa untuk Palestina adalah sebuah buku berisi kumpulan pemikiran para pendiri bangsa Indonesia dalam menyatakan dukungannya terhadap perjuangan Palestina untuk merdeka. Setiap lembarnya berisi pendapat mengenai gugatan, kritik, dan gagasan para pendiri bangsa, seperti Natsir, Soekarno, Hatta, Agus Salim, dan masih banyak lainnya, terhadap kesewenang-wenangan Israel dalam menjajah Palestina kala itu.

Buku ini disusun oleh Hadi Nur Ramadhan dan Pizaro Gozali Idrus. Dalam keterangannya saat peluncuran perdana buku ini pada 28 Oktober 2024, Hadi Nur Ramadhan menyampaikan bahwa buku ini disusun selama kurang lebih 20 tahun. Buku ini juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, dengan judul The Diplomacy of the Indonesian Founding Fathers to Liberate Palestine dengan tujuan agar dunia Internasional mengetahui bahwa perjuangan diplomasi Indonesia untuk kemerdekaan Palestina telah dilakukan jauh sebelum Indonesia Merdeka.

Jilid kedua dari buku ini direncanakan akan membahas mengenai diplomasi Indonesia-Palestina dalam foto tahun 1920–1955, hingga 1970-an; jilid ketiga akan membahas mengenai pemikiran para ulama Nusantara terkait Palestina; jilid keempat akan membahas mengenai pemikiran politik para perempuan Indonesia pejuang Palestina; dan jilid kelima membahas mengenai pemikiran para tokoh di  kawasan Asia Tenggara terhadap Palestina. 

 

Natsir dan Kritiknya terhadap Amerika Serikat dan Rusia 

 

Di awal, buku ini menampilkan pemikiran Natsir dan kritiknya terhadap Amerika Serikat dan Rusia. Pada 1941, Natsir mengkritik Perdana Menteri Afrika Selatan, Jan Smuts (1939–1948), yang menganggap Deklarasi Balfour sah menurut hukum internasional. Natsir berpendapat bahwa hukum internasional tidak dapat digunakan untuk melegitimasi penjajahan dan pelanggaran terhadap hak-hak suatu bangsa.

Natsir juga menekankan prinsip bebas aktif dalam isu Palestina, ketika Indonesia tidak berpihak pada Amerika maupun Rusia, karena keduanya mendukung keberadaan Israel di Timur Tengah. Ia mempertanyakan sikap ganda Amerika terhadap HAM yang dianggapnya tidak peduli terhadap penjajahan Israel di Palestina. Dalam bukunya Masalah Palestina (1971), Natsir juga menulis:

“Ketika membahas Israel, Amerika tidak pernah menggunakan istilah hak asasi manusia. Sangat berbeda antara apa yang mereka bicarakan dengan maksud di balik pembicaraan itu. Tidak mungkin Amerika akan membela rakyat tertindas di Palestina. Sejarah Israel justru lahir dari inisiatif dan dukungan negara-negara besar di PBB. Mana mungkin mereka akan menyingkirkan ‘anak’ mereka sendiri? Itu tidak mungkin terjadi.”

Selain itu, Natsir juga mengkritik Rusia yang tidak berani berhadapan langsung dengan Israel dan tidak ingin Israel dihancurkan. Menurut Natsir, Amerika dan Rusia sama-sama mendukung Israel, hanya taktik mereka yang berbeda.

“Rusia juga demikian. Meskipun Rusia memberikan senjata kepada Mesir, mereka tidak ingin Israel dihancurkan. Mereka mengakui keberadaan Israel. Paling jauh, mereka hanya mengatakan, ‘Kembali ke garis batas tanggal 5 Juni.’  Untuk menghapus Israel, yang didirikan secara tidak sah dan hanya dilegitimasi sepihak oleh PBB, jelas tidak mungkin. Strategi negara-negara besar terhadap Israel pada dasarnya sama yang berbeda hanya pada taktik mereka.”

Sikap Natsir ini sejalan dengan kebijakan luar negeri Indonesia yang disampaikan Bung Hatta dalam pidatonya “Mendayung Antara Dua Karang” pada tahun 1948, bahwa Indonesia tidak boleh menjadi objek permainan negara-negara besar. Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri dan menjadi subjek yang menentukan arah perjuangannya sendiri. 

 

Baca Juga

Educide: Perampasan Hak Anak-Anak Palestina untuk Menempuh Pendidikan Melalui Genosida dan Yahudisasi

Energi sebagai Instrumen Kolonialisme Israel dalam Penjarahan Gas Palestina dan Diplomasi Global

Deklarasi Balfour di Mata Haji Agus Salim

Haji Agus Salim-Muhammad Ali Taher dalam Diplomasi Liga Arab. (Sumber: Eltaher)

 

Dalam artikel berjudul “Soal Yahudi di Palestina” yang terbit di surat kabar Pandji Islam pada 9 Januari 1939, Agus Salim menjelaskan bahwa aliansi antara Inggris dan Yahudi didasarkan pada kepentingan politik negara-negara Barat. Menurutnya, isu Yahudi dan Palestina bukan sekadar soal agama, melainkan juga mencakup beragam masalah yang berkaitan dengan politik kebangsaan serta persaingan kekuatan imperialis.

Beliau menguraikan situasi selama Perang Dunia I, ketika Inggris dan Prancis, yang tergabung dalam Blok Sekutu, kesulitan dan mencari dukungan dari bangsa Arab. Thomas Edward Lawrence dari intelijen Inggris diberi misi untuk memperoleh dukungan Arab, meski wilayah Arab kala itu dikuasai oleh Kekhalifahan Utsmaniyah. 

Dalam menanggapi hal itu, bangsa Arab setuju untuk membantu dengan harapan memperoleh kemerdekaan jika Blok Sekutu menang. Namun, dukungan ini dianggap tidak mencukupi, sehingga Inggris mencari bantuan dari Chaim Weizmann, pemimpin Zionis yang menawarkan teknologi perang rahasia dengan syarat bangsa Yahudi diberikan kediaman di Palestina. Kesepakatan ini berujung pada Deklarasi Balfour dan dukungan Amerika Serikat bagi Blok Sekutu.

Setelah kemenangan Blok Sekutu dan berakhirnya Perang Dunia I, disusunlah Perjanjian Versailles dan Liga Bangsa-Bangsa (LBB), tetapi negara-negara Arab tidak dilibatkan. Hal ini berarti Lawrence mengingkari janji kemerdekaan kepada bangsa Arab, sementara Deklarasi Balfour tetap dilaksanakan. Agus Salim dengan keras menekankan dalam artikel tersebut, “Perjanjian Lawrence tidak dipakai. Perjanjian Balfour mesti berlaku. Yahudi mendapat ‘Tanah Kediaman Nasional’ di Palestina.”

Dana besar dari Zionis juga memicu pembangunan dan perubahan signifikan di Palestina dalam menarik gelombang imigrasi Yahudi. Namun, kehadiran para Yahudi asing ini, yang Agus Salim sebut sebagai “Yahudi-Yahudi sekutu Inggris”, menimbulkan masalah karena mereka enggan hidup berdampingan dengan bangsa Arab dan menganggap Palestina sebagai tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka.

Agus Salim menegaskan bahwa konflik di Palestina bukan sekadar konflik agama antara Islam, Yahudi, atau Kristen, melainkan reaksi bangsa Palestina dalam mempertahankan hak mereka dari dominasi politik Barat. “Bangsa Arab di Palestina mempertahankan hak bangsanya dan (mempertahankan-red.) keyakinan Islam tentang Palestina dan Baitul Maqdis” ujarnya.

Di akhir artikel, Salim juga menunjukkan kepedulian terhadap bangsa Yahudi. Ia menilai Perjanjian Versailles dan Deklarasi Balfour tidak hanya merugikan bangsa Arab, tetapi juga bangsa Yahudi yang menderita akibat intervensi Barat. Menyadari nasib Yahudi yang terusir dari Eropa, Salim menyarankan agar mereka dilindungi di negara-negara seperti Australia, Kanada, atau Amerika Selatan.

“Sedunia orang mengatur-menyusun organisasi untuk menolong Yahudi, yang kena bencana dan aniaya,” tulisnya. Namun, ia juga mengimbau umat Islam untuk mendukung hak bangsa Arab dan umat Islam di Palestina, seraya membantu mereka yang menderita di negeri tersebut.

 

Soekarno: Kemenangan Bagi yang Berjuang 

Presiden Sukarno memberikan pidato pembukaan KAA pada 18 April 1955. (Sumber: Historia.id)

 

Dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi Negara-Negara Non-Blok ke-II di Kairo pada Oktober 1964, Soekarno mengajak dunia untuk tidak hanya memikirkan kepentingan masing-masing, tetapi juga memperhatikan bangsa-bangsa lain yang belum terbebas dari belenggu penjajahan, mengingat penderitaan serupa yang dahulu dirasakan rakyat Indonesia. Dalam hal ini, salah satu negara yang belum merdeka dari dahulu hingga sekarang ialah Palestina

“Kita tidak boleh lupa bahwa kita berjuang untuk seluruh umat manusia. Jangan sampai kita melupakan penderitaan yang telah dialami rakyat kita, sehingga kehilangan pandangan terhadap tujuan awal kita. Maka, perkokohlah kesetiakawanan negara-negara Non-Blok! Perkuat kesetiakawanan segenap ‘New Emerging Forces’ yang berusaha membangun dunia baru yang lebih baik!” seru Soekarno.

Menutup pidatonya, Soekarno mengutip Surah Al-Qashash tentang janji Allah yang memberikan kemenangan bagi orang-orang yang berjuang menjaga keadilan dan kebebasan di muka bumi. Karena merekalah yang akan dijadikan pemimpin sejati dan ahli waris yang bertugas membangun serta mengembangkan kesejahteraan umat manusia.

“Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberkahi kita dan menjadikan kita bijaksana dalam perjuangan untuk kesejahteraan umat manusia! Maju terus! Pantang mundur!” pekik Soekarno.

Buku yang hampir mencapai 400 halaman ini memuat berbagai pemikiran tokoh Indonesia terkait perjuangan bangsa Palestina untuk merdeka. Dari sini, kita dapat memahami bahwa perjuangan ini bukanlah hal yang baru. Sejarah mencatat bagaimana para pendiri bangsa Indonesia dengan tekun mendukung rakyat Palestina dalam meraih kemerdekaannya.

Buku ini memang sangat menggambarkan kejadian-kejadian asli seperti yang tercantum dalam teks atau sumber yang telah diperoleh oleh Hadi dan Pizaro. Oleh karena itu, beberapa sumber primer yang diperoleh, seperti yang terdapat dalam surat kabar, menggunakan padanan kata yang sangat berbeda dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku saat ini. Contohnya, dalam argumen Haji Agus Salim yang dimuat dalam artikel “Soal Yahudi di Palestina” yang diterbitkan dalam Majalah Pandji Islam pada tahun 1939.

Selain itu, dalam memberikan pengantar dan kesimpulan, serta dalam beberapa artikel di buku ini, Hadi dan Pizaro sangat mahir dalam merangkai kata, sehingga setiap kata pengantar yang disampaikan mampu menghidupkan dan mengajak pembaca untuk merasakan semangat juang yang dilakukan oleh para pendiri bangsa.

Buku ini sangat bagus dan relevan untuk dibaca hingga saat ini, terutama untuk memperkaya khazanah sumber primer terkait dengan sejarah hubungan Indonesia-Palestina. Selain itu, buku ini juga dapat memperkuat alasan mengapa sebagai bangsa Indonesia kita harus memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Jika kita benar-benar mencintai Indonesia dan menghargai jasa para pendahulu bangsa, buku ini seharusnya dapat memperkuat alasan tersebut.

Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan Palestina. Sebagai sahabat lama, Palestina turut berperan dalam upaya kemerdekaan Indonesia di tingkat internasional. Begitu pula sebaliknya, Soekarno memiliki kepedulian yang tinggi dalam pembelaannya terhadap kemerdekaan Palestina. Dalam pidato lainnya pada 1962, ia menegaskan bahwa selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada rakyat Palestina, maka sepanjang itulah bangsa Indonesia akan berdiri menentang penjajah Israel.

 

Referensi:

Ramadhan, Hadi Nur dan Pizaro Gozali Idrus. 2022. Degup Cinta para Pendiri Bangsa untuk Palestina. Depok: Pusdoktamadun

***

Kunjungi situs resmi Adara Relief International

Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.

Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini

Baca juga artikel terbaru, klik di sini

ShareTweetSendShare
Previous Post

Update Hari ke-410: 109 Truk Bantuan Pangan Dijarah di Gaza

Next Post

39.039 Kaleng Kornet Sahabat Adara Telah Mendarat di Gaza Utara

Adara Relief International

Related Posts

Sekolah Dar Al-Arqam di Gaza yang telah dihancurkan Israel pada April 2025 (Al Jazeera)
Sorotan

Educide: Perampasan Hak Anak-Anak Palestina untuk Menempuh Pendidikan Melalui Genosida dan Yahudisasi

by Adara Relief International
September 28, 2025
0
26

Pada awal bulan September, tahun ajaran baru dimulai di Palestina, namun dengan suasana yang berbeda dari biasanya. Tak seperti anak-anak...

Read moreDetails
Energi sebagai Instrumen Kolonialisme Israel dalam Penjarahan Gas Palestina dan Diplomasi Global

Energi sebagai Instrumen Kolonialisme Israel dalam Penjarahan Gas Palestina dan Diplomasi Global

September 22, 2025
48
Zionisme: Sistem Raksasa yang Mengelola Rangkaian Kehancuran dan Penderitaan di Tanah Palestina

Zionisme: Sistem Raksasa yang Mengelola Rangkaian Kehancuran dan Penderitaan di Tanah Palestina

September 1, 2025
83
Belajar Palestina Lewat Kuis Kemerdekaan 17 Agustus 2025

Belajar Palestina Lewat Kuis Kemerdekaan 17 Agustus 2025

Agustus 28, 2025
83
56 Tahun Pembakaran Mimbar Masjid Al-Aqsa: Apinya Telah Padam, Namun Panasnya Masih Terasa Hingga Masa Kini

56 Tahun Pembakaran Mimbar Masjid Al-Aqsa: Apinya Telah Padam, Namun Panasnya Masih Terasa Hingga Masa Kini

Agustus 27, 2025
30
Petinju perempuan Palestina berlatih di pantai Gaza"

Hari Pemuda Sedunia dan Impian Mereka yang Terkubur di Reruntuhan Gaza

Agustus 14, 2025
51
Next Post
39.000 Kaleng Kornet Sahabat Adara Sudah Mendarat di Gaza Utara

39.039 Kaleng Kornet Sahabat Adara Telah Mendarat di Gaza Utara

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • 78 Tahun Indonesia Merdeka: Mengingat Kembali Kiprah Founding Fathers Indonesia dalam Menyuarakan Solidaritas terhadap Palestina

    79 Tahun Kemerdekaan Indonesia: Peran Palestina dalam Kemerdekaan Indonesia dan Ikatan Persaudaraan yang Tak Lekang Oleh Masa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kapal Indonesia dalam Global Sumud Flotilla Telah Berlayar Menuju Gaza

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mimpi Kecil yang Sirna di Langit Gaza

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Adara Palestine Situation Report 59

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Adara Policy Brief No.05/Agustus/2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

00:04:42

Sahabat Palestinaku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:02:11

Masjidku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:32

Palestinaku Sayang | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:59

Perjalanan Delegasi Indonesia—Global March to Gaza 2025

00:03:07

Company Profile Adara Relief International

00:03:31

Qurbanmu telah sampai di Pengungsian Palestina!

00:02:21

Bagi-Bagi Qurban Untuk Pedalaman Indonesia

00:04:17

Pasang Wallpaper untuk Tanamkan Semangat Kepedulian Al-Aqsa | Landing Page Satu Rumah Satu Aqsa

00:01:16

FROM THE SHADOW OF NAKBA: BREAKING THE SILENCE, END THE ONGOING GENOCIDE

00:02:18

Mari Hidupkan Semangat Perjuangan untuk Al-Aqsa di Rumah Kita | Satu Rumah Satu Aqsa

00:02:23

Palestine Festival

00:03:56

Adara Desak Pemerintah Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza

00:07:09

Gerai Adara Merchandise Palestina Cantik #lokalpride

00:01:06
  • Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
Donasi Sekarang

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630