Tolong-menolong merupakan sikap saling bantu untuk meringankan kesulitan yang dirasakan orang lain. Maka, itu merupakan perbuatan baik atau disebut akhlak al-karimah. Manusia yang kodratnya dilahirkan sebagai makhluk sosial tidak akan mampu hidup sendiri. Hal itu berarti manusia saling membutuhkan dan secara tidak langsung juga mempunyai hubungan timbal balik antarsesamanya.
Tolong-menolong bukan hanya sebatas ucapan, melainkan perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan tolong-menolong, kondisi atau pekerjaan sesulit apa pun akan bisa teratasi. Umat Islam diwajibkan untuk saling menolong tanpa memandang siapa yang ditolong, sebab di antara sifat muslim yang baik adalah dengan memberikan manfaat untuk orang lain.
Namun demikian, ada sikap tolong-menolong yang tidak diperbolehkan oleh Allah, yaitu tolong-menolong dalam kemungkaran. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa. Dan janganlah kalian tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.“ (Surat Al-Maidah ayat 2)
Berikut ini adalah kisah pada masa Rasulullah dan sahabat tentang sikap tolong-menolong yang dapat dijadikan inspirasi dan teladan.
Ketika itu Madinah tengah dilanda kemarau panjang. Air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti minum, berwudu, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya menjadi sulit. Satu-satunya sumber air yang melimpah di Madinah adalah Sumur Roumah (بئر رومة) milik seorang Yahudi. Sayangnya, pemilik sumur ini memanfaatkan situasi tersebut dengan cara menjual airnya dengan harga yang sangat tinggi sehingga menyulitkan orang-orang yang membutuhkan.
Kabar ini terdengar oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau bersabda, “Wahai Sahabatku, siapa saja di antara kalian yang menyumbangkan hartanya untuk dapat membebaskan sumur itu, lalu menyumbangkannya untuk umat maka akan mendapat surga-Nya Allah Ta’ala.” (HR Muslim). Sabda Rasul tersebut lantas menggerakkan hati Utsman bin Affan radiyallahu ‘anhu untuk membeli sumur Roumah. Ia pun memberi tawaran menarik untuk membeli setengah dari sumur tersebut. Jika orang Yahudi itu setuju, maka Sumur Roumah akan dimiliki secara bergantian; satu hari dimiliki Utsman, satu hari dimiliki orang Yahudi tersebut, begitu seterusnya. Akhirnya, orang Yahudi itu pun menerima tawaran Utsman[1], ia berpikir akan mendapatkan uang banyak dari Utsman tanpa harus kehilangan sumurnya.
Utsman yang kaya dan dermawan itu tidak ingin sedikit pun mengambil keuntungan materi dari sumur tersebut. Baginya, menolong orang yang kesulitan merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur oleh materi. Ketika tiba giliran Utsman yang memiliki sumber air itu, ia meminta penduduk Madinah untuk mengambil air tersebut secara gratis. Ia juga meminta mereka agar memenuhi kebutuhan air untuk dua hari, karena pada hari selanjutnya, sumur itu bukan lagi milik Utsman.
Keesokan harinya, orang Yahudi tersebut mendapati sumur miliknya sepi. Tidak ada yang menunggu-nunggu untuk membeli air seperti biasanya. Hal ini sebab penduduk Madinah masih punya persedian air di rumah. Orang Yahudi itu segera mendatangi Utsman. Ia meminta Utsman untuk membeli setengah bagian lagi dari sumurnya dengan harga yang sama seperti saat Utsman membeli pertama kali. Tanpa berpikir panjang, Utsman menyetujui tawarannya, lalu dibelilah Sumur Roumah tersebut sehingga menjadi milik Utsman sepenuhnya. Sejak saat itu, Utsman mewakafkan sumur Roumah untuk dimanfaatkan oleh siapa saja, termasuk oleh orang Yahudi pemilik sumur sebelumnya.
Sumur Roumah kemudian dikenal juga dengan nama Sumur Utsman (بئر عثمان بن عفان). Sumur tersebut berjarak sekitar 6 km dari Masjid Nabawi, dan hingga kini wakaf Utsman tersebut masih dimanfaatkan sebagai wakaf Islam. Di kompleks wakaf sumur tersebut terdapat perkebunan kurma, sisa-sisa reservoir air era Ottoman, masjid, penampung air modern, waduk, dan menara air. Sementara itu, pendapatan dari wakaf digunakan untuk membantu orang miskin dan peziarah untuk dapat pergi ke Haramain.[2]
Kedermawanan Utsman bin Affan telah mengharumkan namanya dan melestarikan amal baiknya hingga hari ini. Walaupun Utsman telah wafat lebih dari 1.400 tahun silam, tetapi rekening bank atas namanya dibuka hingga kini karena Sumur Roumah masih terus memberikan manfaat untuk orang lain.
Kisah Utsman mengingatkan kita bahwa tolong-menolong terhadap sesama adalah ibadah yang sangat dicintai Allah Swt. Dalam Islam, terdapat banyak hadis mengenai kewajiban umat manusia untuk saling menolong. Rasulullah Saw. bersabda,
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : أحب الناس إلي الله أنفعهم . وأحب الأعمال إلي الله سرور تدخله علي مسلم أو تكشف عنه كربة أو تقضي عنه دينا أوتطرد عنه جوعا ولأن أمشي مع أخي المسلم في حاجة أحب إلي من أن أعتكف في المسجد شهرا. ومن كف غضبه ستر الله عورته. ومن كظم غيظا ولو شاء أن يمضيه أمضاه. ملأ الله قلبه رضى يوم القيامة. ومن مشي مع أخيه المسلم في حاجته حتى يثبتها له. أثبت الله قدمه يوم تزل الأقدام. وإن سوء الخلق ليفسد العمل كما يفسد الخل العسل
(رواه الطبرني)
Dari Ibnu Umar ra. sesungguhnya Nabi Saw bersabda, “Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling banyak memberikan manfaat. Amal yang paling Allah sukai adalah menyampaikan kegembiraan pada orang lain atau meringakan kesulitan orang lain atau membantu melunasi hutangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Aku berjalan bersama saudaraku di dalam membantu menyelesaikan keperluannya, hal itu lebih aku sukai dibandingkan beri’tikaf di masjid selama satu bulan. Siapa yang mampu mengendalikan emosinya, maka Allah akan tutupi keburukannya. Siapa yang sanggup menahan amarahnya, padahal kalau dia mau, dia bisa melampiaskan amarahnya itu, maka Allah memenuhi hatinya dengan keridhoan pada Hari Kiamat nanti. Siapa yang berjalan bersama saudaranya memenuhi kebutuhannya sampai terpenuhi dengan baik. Maka Alah akan tetapkan (teguhkan) kakinya pada hari dimana kaki-kaki sulit untuk dapat teguh. Sesungguhnya akhlak yang buruk itu akan merusak amal perbuatan, sebagaimana cuka dapat merusak madu”.
(HR. Thabrani)
Dari hadis tersebut, dapat diketahui bahwasannya di antara amalan yang dicintai Allah adalah:
- menyampaikan kegembiraan atau meringankan kesulitan orang lain;
- membantu melunasi utang; dan
- menghilangkan rasa lapar
Tiga hal tersebut dapat melukiskan senyum dan mempererat persaudaraan umat manusia.[3] Perhatikanlah sedikit kisah dari salah satu sahabat Rasulullah Saw.
Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ketika mereka berada dalam perjalanan, tiba-tiba datang seorang pria yang sedang menunggang unta, seraya menoleh ke kanan dan ke kiri (mencari sesuatu yang dapat mengganjal perutnya). Atas peristiwa tersebut, kemudian Rasulullah Saw. bersabda,
مَنْ كَانَ مَعَهُ فَضْلُ ظَهْرٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ ظَهْرَ لَهُ وَمَنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ مِنْ زَادٍ فَلْيَعُدْ بِهِ عَلَى مَنْ لاَ زَادَ لَهُ
“Barangsiapa yang mempunyai kelebihan kendaraan maka hendaklah ia berikan kepada yang tidak mempunyai kendaraan. Dan barangsiapa yang mempunyai kelebihan bekal, maka hendaklah ia berikan kepada yang tidak mempunyai bekal.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan beberapa jenis harta yang lain sehingga kami mengira bahwa kami tidak berhak atas kelebihan harta yang kami miliki.
(HR. Muslim)
Bekerja sama dan berbuat baik kepada orang lain adalah hal naluriah yang Allah SWT ciptakan bagi semua makhluk-Nya. Allah juga mendorong dan memerintahkan manusia untuk berbuat kebaikan. Hal itu pula yang diajarkan dan dianjurkan oleh Rasulullah Saw dalam Hadis tersebut kepada para sahabat, yaitu:
- Ajakan untuk bersedekah, bersimpati dengan kesulitan orang lain, dan berusaha memenuhi kebutuhan orang-orang yang membutuhkan.
- Meski seseorang terlihat berkecukupan (mengendarai unta) dan tidak meminta tolong, bukan berarti ia tidak sedang membutuhkan pertolongan. Maka, di antara perbuatan baik adalah mencukupi kebutuhan orang yang membutuhkan dengan menawarkan pertolongan tanpa harus diminta terlebih dahulu, karena hal itu dapat menyebarkan persaudaraan dan cinta di antara manusia.[4]
Dalam kisah Perang Tabuk yang terjadi pada bulan Rajab tahun ke-9 Hijriah, Rasulullah Saw. dan para sahabat melakukan perjalan yang sangat sulit. Rasulullah membawa 30.000 pasukan, tetapi unta yang tersedia hanya sedikit, hingga satu unta harus dinaiki oleh 18 orang secara bergantian. Perjalanan yang ditempuh dari Madinah hingga Tabuk sangatlah jauh. Makanan pun habis dan unta satu demi satu disembelih.
Demikianlah Rasulullah Saw. senantiasa mencontohkan sikap tolong-menolong. Sebagai pemimpin, beliau adalah orang yang memperhatikan kebutuhan para sahabat, meski dalam keadaan sulit dan sempit.
Pada bulan Syawal tahun ke-5 Hijriah, Rasulullah mendapatkan informasi tentang pergerakan pasukan musuh ke Madinah. Beliau Saw. kemudian mengumpulkan kaum muhajirin dan anshar untuk bermusyawarah mengenai langkah-langkah pertahanan. Seorang sahabat yang berasal dari Persia, Salman Al Farisi, mengutarakan pendapatnya agar kaum muslimin membuat khandaq (parit) yang sangat besar untuk menghalau pasukan Ahzab (pasukan koalisi Yahudi-Quraisy). Rasulullah Saw. menerima saran tersebut.
Situasi ketika itu sangat sulit; udara sangat dingin, angin kencang membawa gigil, sementara pasukan Ahzab siap menyerang kapan saja. Namun, Rasulullah Saw. ikut serta bersama para sahabat dalam memikul beban pekerjaan yang sangat melelahkan, yaitu menggali parit. Diriwayatkan dari Ibnu Ishaq, ia berkata, “Aku mendengar Al Bara’ bin Azib bercerita, ‘Ketika pada hari terjadinya Perang Ahzab dan Rasulullah Saw. menggali parit, kulihat beliau mengangkuti tanah galian parit hingga banyak debu yang menempel di kulit perut beliau yang banyak bulunya.”[5] Bahkan Rasulullah Saw. bekerja bersama para sahabat dengan semangat yang tinggi sehingga memberikan teladan yang baik dalam hal tolong-menolong kepada para sahabat sekalipun beliau ada pemimpin pada saat itu. Para sahabat menyaksikan langsung bagaimana Rasulullah Saw. setia menyertai mereka dalam keadaan suka maupun duka sekalipun mengerjakan pekerjaan yang sulit sampai-sampai Rasulullah Saw. kelaparan sehingga mengikat sebuah batu pada perutnya yang mulia karena rasa lapar.[6]
Jabir radiyallahu’anhu sangat tidak tega melihat kondisi Rasulullah. Ia pun izin pulang ke rumahnya, lalu meminta istrinya untuk memasak dengan apa yang dimilikinya (gandum dan seekor anak kambing). Jabir lalu kembali menemui Rasulullah untuk mengajak beliau makan. Rupanya Rasulullah mengajak seluruh sahabat untuk makan di rumah Jabir. Hidangan yang sedikit itu, menjadi penuh berkah, seolah tersedia makanan yang berlimpah hingga ketika itu Rasulullah dan seluruh sahabat merasa kenyang.
Cerita di balik persiapan Perang Khandaq ini menunjukkan keteladanan Rasulullah Saw. sebagai pemimpin. Beliau yang mulia itu ikut serta berkotor-kotor, berlelah-lelah, dan berlapar-lapar bersama para sahabat. Sementara, ketika Rasulullah mendapat makanan, beliau tidak lupa bahwa semua sahabatnya juga merasakan lapar yang sama. Maka, Rasulullah pun mengajak mereka untuk makan bersama. Kisah ini menunjukkan bahwa hubungan baik antarmanusia, atau حَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ dapat mengeratkan persaudaraan, membawa kebaikan, dan melimpahkan keberkahan hidup.
Kisah tentang kedermawanan, sikap tolong-menolong, dan hidup berdampingan sekaligus saling memberikan manfaat, merupakan kisah yang selalu memberikan inspirasi dan pola pikir positif. Hal ini sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain bahkan sejak kelahirannya. Ada banyak tangan yang membantu seorang bayi ketika lahir di dunia. Ketika meninggal pun, manusia membutuhkan orang lain untuk mengurusi jenazahnya. Tentu saja kebaikan yang ditinggalkan oleh seseorang akan menjadi doa dan ingatan bagi orang-orang yang pernah saling berhubungan dalam kebaikan.
(FAA)
[1] Diperkirakan sejumlah uang yang setara dengan 100 ekor unta atau sapi.
[2] Well of Rumah – Madain Project (en)
[3] أحب الناس إِلى الله أنفعهم للناس (midad.com)
[5] Al-Bukhari, Kitab Al-Maghazi bab ‘Ghazwatul Ahzab’, no. 4106.
[6] Ghazwatul Ahzab, Dr. Muhammad Abdul Qadir Abu Faris (hal. 116, 117).
***
Tetaplah bersama Adara Relief International untuk anak dan perempuan Palestina.
Kunjungi situs resmi Adara Relief International untuk berita terbaru Palestina, artikel terkini, berita penyaluran, kegiatan Adara, dan pilihan program donasi.
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.
Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.