• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Kamis, September 11, 2025
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Artikel

Israa Jaabis, Kisah Pilu Seorang Ibu yang Ditawan Zionis

by Adara Relief International
Oktober 7, 2021
in Artikel, Biografi
Reading Time: 4 mins read
0 0
0
Israa Jaabis, Kisah Pilu Seorang Ibu yang Ditawan Zionis

Phptp by Wadi Hilweh Information Center

2.2k
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Perempuan bernama lengkap Israa Riyad Jamil Jaabis adalah seorang ibu berusia 31 tahun. Ia ditangkap tentara Zionis pada 10 Oktober 2015 dengan tuduhan meledakkan bom, ketika mobilnya mengalami kecelakaan di Al-Quds.

Baca Juga

56 Tahun Pembakaran Mimbar Masjid Al-Aqsa: Apinya Telah Padam, Namun Panasnya Masih Terasa Hingga Masa Kini

Hari Pemuda Sedunia dan Impian Mereka yang Terkubur di Reruntuhan Gaza

Hari itu, Jaabis dalam perjalanan kembali dari tempat keluarganya di Jericho menuju tempat tinggal barunya di Jabal Al-Mukabber, Al-Quds. Sehari-hari ia bekerja di Al-Quds dan baru menyewa apartemen di sana. Oleh sebab itu, dalam beberapa hari, ia harus bolak-balik untuk memindahkan perabotannya. Saat itu, ia sedang membawa tabung gas dan TV di dalam mobil. Ketika berkendara sekitar 500 meter menjelang pos penjagaan Al-Zayyim, mendadak airbag mobil terbuka dan mengakibatkan ledakan tabung gas.

“Mobil itu terbakar tanpa saya sadari,” kata Jaabis bercerita, “Jadi saya keluar dengan cepat, lalu seorang polisi datang kepada saya dengan senjata terangkat dan berteriak, ’Jatuhkan pisaunya!’, padahal saya tidak membawa apa-apa, tubuh saya terbakar! Perwira lain memerintahkan para prajurit untuk melepaskan tembakan. Saya tetap di tanah selama sekitar 15 menit sebelum ambulans datang.”

Baca artikel terkait: Kejamnya Perilaku Israel terhadap Israa Al Jabis

Jaabis kemudian dibawa ke Rumah Sakit Hadassah EnkKarem di al-Quds. Ia kelihangan kesadaran akibat luka bakar yang dideritanya. Begitu terbangun, ia melihat perawat dan tahu bahwa dirinya telah berada di rumah sakit.

Kecelakaan ini membuat Jaabis mengalami kondisi yang memprihatinkan. Ia menderita luka bakar stadium tiga. Sebanyak 50 persen tubuhnya terbakar. Ia mengalami cacat di wajah dan punggungnya, beberapa tulangnya patah, delapan jari tangannya diamputasi karena meleleh saat terpanggang api. Dokter tidak menginformasikan kondisinya, mereka hanya mengatakan ia baik-baik saja kemudian pergi. Selama di rumah sakit Jaabis hanya bertemu dengan pengacaranya, Tariq Barghouth, sambil lengan kiri dan kaki kanannya diborgol ke tempat tidur. Ketika borgol dilepas dari lengannya, kedua kakinya diikat ke tempat tidur. Mereka juga memborgolnya saat ia ke toilet.  Selain kondisi fisiknya, ia juga berada dalam kondisi trauma; setiap tengah malam seringkali terbangun sambil menangis dan berteriak, “kebakaran, kebakaran! Tolong saya!”

Jaabis menghabiskan waktu hampir tiga bulan di Rumah Sakit Hadassah Ein Kerem, kemudian dipindahkan ke RS Tahanan Al Ramlah. Ia hampir tidak dapat mengerjakan apa pun seorang diri sehingga seorang tahanan bernama Alyah Al-Abbasi ditugaskan untuk membantunya. Seorang dokter dan beberapa perawat akan datang untuk mengganti perban untuk luka bakarnya, sementara seorang petugas berjaga di pintu. Beberapa kali protes terjadi sebab mereka hanya memberinya satu botol salep yang tidak cukup untuk menutupi semua luka bakar di tubuhnya. Selain itu, kamera keamanan yang dipasang, membuat Israa dan Alyah merasa kehilangan privasi. Setelah sebulan, ia dipindahkan ke penjara wanita Hasharon.

Dengan kondisi medis yang buruk, Jaabis tetap harus mengikuti persidangan berkali-kali sejak penangkapannya pada hari kecelakaan. Ia menyebutkan bahwa dia meninggalkan Hasharon untuk pergi ke Pengadilan Pusat di Al-Quds dengan mobil militer. Petugas di dalam mobil memperlakukannya dengan sangat buruk, menyita obat penghilang rasa sakitnya, dan terus-menerus memakinya. Perjalanannya akan dimulai pada pukul dua dini hari, dan akan tiba kembali di penjara pada pukul dua belas dini hari keesokan harinya.

Pengadilan Pusat Yerussalem menuntutnya dengan dakwaan terorisme dan upaya pembunuhan dengan meledakkan tabung gas. Jaksa penuntut militer menggunakan beberapa postingan Facebook-nya untuk memperkuat klaim mereka bahwa ia memiliki motif nasionalis untuk membunuh orang Zionis Israel.

Saudaranya, Mona Jaabis, mengatakan pembelaannya, “Jika ia mencoba meledakkan mobilnya di pos pemeriksaan, bagaimana mungkin jendela mobilnya utuh? Eksterior mobil bahkan tidak berubah warna. Dan jika memang ada ledakan, Israa akan ikut meledak dan tercabik menjadi beberapa bagian.”

Mona meyakini bahwa saudaranya tidak bersalah. Ia membawa tabung gas bukan sebagai upaya pembunuhan melainkan dalam rangka kepindahannya ke Al-Quds. Sementara itu, kebakaran terjadi akibat kesalahan teknis dalam mesin mobil yang mempengaruhi airbag di roda kemudi. Pendapat ini juga didukung oleh Kelompok hak-hak tahanan Palestina, Addameer, yang mengatakan bahwa tabung gas meledak akibat kesalahan teknis mesin. Pendapat ini diabaikan oleh Otoritas Israel yang diketahui tidak memeriksa mobil tersebut.

Setelah satu tahun bernegosiasi dengan pengadilan, tepatnya pada 7 Oktober 2016, Jaabis dijatuhi hukuman 11 tahun penjara dan denda 50.000 shekel. Dia bergabung dengan 41 perempuan Palestina lainnya yang mendekam di penjara Israel, bersama dengan 200 anak-anak. Bahkan, empat dari perempuan tawanan ini, menurut the Palestinian Prisoners Society (PPS), ditahan tanpa pengadilan.

Jaabis memiliki seorang putra, yaitu Mutasem Jaabis, yang saat ibunya dijatuhi hukuman penjara masih berusia 8 tahun. Ia sekarang tinggal bersama nenek dan bibinya di Al-Quds, setelah suami Israa mengalami kecelakaan mobil di Jericho yang mengakibatkannya harus menggunakan kursi roda.

Baca juga: Menteri Kesehatan: Kami Lakukan Segala Upaya untuk Bebaskan Israa Jaabis

“Saya akan bermain dengan ibu saya ketika ia kembali,” katanya kepada Kantor Berita Anadolu Agency. Muna Jaabis, yang merawat anak itu, mengatakan bahwa ia mencoba untuk tetap kuat meski terus menahan rindu kepada ibunya.

Mutasem tidak memiliki kartu identitas sebagai warga Al-Quds karena ayahnya berasal dari Tepi Barat, sehingga ia tidak dapat mengunjungi ibunya secara berkala di Penjara Hasharon utara Israel. Setelah berbagai upaya, pada 1,5 tahun setelah penahanan, Palang Merah berhasil mengatur pertemuan khusus antara Mutasem dan ibunya.

Israa Jaabi berkecamuk dalam emosi, sebab untuk pertama kali, putranya akan melihat wajahnya yang cacat, ”Apakah ia akan mengira aku terlihat seperti gorila?” tanyanya. Para perempuan tawanan pun membantunya menjahit kostum harimau untuk menyembunyikan bekas luka bakarnya, juga untuk membawa senyum di wajah putranya. Ini adalah kunjungan khusus sehingga para penjaga penjara mengizinkan ibu dan anak itu untuk berpelukan.

Menjawab kekhawatiran Israa saat bertemu, anak lelaki itu mengatakan, ”Saya mencintai ibu saya apa adanya, dia akan selalu menjadi ibu saya, sebelum ataupun sesudah menderita luka bakar,”

Penulis :

Ihdal Husnayain, SE, MSi (Han).
Penulis merupakan anggota Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita anak dan perempuan Palestina. Ia merupakan lulusan Fakultas Ekonomi UI dan telah menempuh pendidikan masternya di Universitas Pertahanan Indonesia.

 

Sumber: Link 1 / Link 2 / Link 3 / Link 4

***

Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar  program bantuan untuk Palestina.

Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.

Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.

ShareTweetSendShare
Previous Post

Hijazi Qawasmeh Ucapkan Selamat Tinggal Pada Anaknya yang Menderita Kanker Sebelum Ditawan

Next Post

Tiga Puluh Sembilan Tahun Tragedi Berdarah Sabra Shatila

Adara Relief International

Related Posts

Zionisme: Sistem Raksasa yang Mengelola Rangkaian Kehancuran dan Penderitaan di Tanah Palestina
Artikel

Zionisme: Sistem Raksasa yang Mengelola Rangkaian Kehancuran dan Penderitaan di Tanah Palestina

by Adara Relief International
September 1, 2025
0
42

“Ada satu kata yang dapat menjelaskan pertumpahan darah, genosida, pembantaian, pengeboman rumah sakit dan sekolah di Gaza hari ini: ‘Zionisme’....

Read moreDetails
Belajar Palestina Lewat Kuis Kemerdekaan 17 Agustus 2025

Belajar Palestina Lewat Kuis Kemerdekaan 17 Agustus 2025

Agustus 28, 2025
73
56 Tahun Pembakaran Mimbar Masjid Al-Aqsa: Apinya Telah Padam, Namun Panasnya Masih Terasa Hingga Masa Kini

56 Tahun Pembakaran Mimbar Masjid Al-Aqsa: Apinya Telah Padam, Namun Panasnya Masih Terasa Hingga Masa Kini

Agustus 27, 2025
20
Petinju perempuan Palestina berlatih di pantai Gaza"

Hari Pemuda Sedunia dan Impian Mereka yang Terkubur di Reruntuhan Gaza

Agustus 14, 2025
48
Kasih Ibu di Gaza Sepanjang Masa, Meski Tanpa Air Susu untuk Buah Hati Mereka

Kasih Ibu di Gaza Sepanjang Masa, Meski Tanpa Air Susu untuk Buah Hati Mereka

Agustus 6, 2025
50
Edukasi Palestina untuk Anak

Hari Anak Nasional ke-41 Bersama Al-Aqsa, Anak Indonesia Tumbuh dalam Cinta dan Kepedulian

Juli 25, 2025
44
Next Post
Tiga Puluh Sembilan Tahun Tragedi Berdarah Sabra Shatila

Tiga Puluh Sembilan Tahun Tragedi Berdarah Sabra Shatila

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • Malahayati Siap Berlayar Menuju Gaza

    Malahayati Siap Berlayar Menuju Gaza

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasih Sayang Rasulullah Saw. kepada Anak Yatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meneladani Sikap Tolong Menolong Pada Masa Rasulullah Saw dan Para Sahabat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Barakah Circle Theory: Sebuah Pendekatan Geopolitik Islam terhadap Baitul Maqdis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kapal Utama Global Sumud Flotilla Diserang Kapal Nir Awak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

00:04:42

Sahabat Palestinaku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:02:11

Masjidku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:32

Palestinaku Sayang | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:59

Perjalanan Delegasi Indonesia—Global March to Gaza 2025

00:03:07

Company Profile Adara Relief International

00:03:31

Qurbanmu telah sampai di Pengungsian Palestina!

00:02:21

Bagi-Bagi Qurban Untuk Pedalaman Indonesia

00:04:17

Pasang Wallpaper untuk Tanamkan Semangat Kepedulian Al-Aqsa | Landing Page Satu Rumah Satu Aqsa

00:01:16

FROM THE SHADOW OF NAKBA: BREAKING THE SILENCE, END THE ONGOING GENOCIDE

00:02:18

Mari Hidupkan Semangat Perjuangan untuk Al-Aqsa di Rumah Kita | Satu Rumah Satu Aqsa

00:02:23

Palestine Festival

00:03:56

Adara Desak Pemerintah Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza

00:07:09

Gerai Adara Merchandise Palestina Cantik #lokalpride

00:01:06
  • Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
Donasi Sekarang

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630