• Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic
Kamis, September 11, 2025
No Result
View All Result
Donasi Sekarang
Adara Relief International
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
No Result
View All Result
Adara Relief International
No Result
View All Result
Home Artikel

Hari Pangan Sedunia 2024: Food Genocide Semakin Gencar Merenggut Nyawa Penduduk Gaza

by Adara Relief International
Oktober 17, 2024
in Artikel, Sorotan
Reading Time: 9 mins read
0 0
0
Hari Pangan Sedunia 2024: Food Genocide Semakin Gencar Merenggut Nyawa Penduduk Gaza

Penduduk Gaza mengantri untuk mendapatkan bantuan makanan (Anadolu Agency)

87
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsappShare on Telegram

Hari Pangan Sedunia jatuh pada 16 Oktober untuk memperingati berdirinya United Nations Food and Agricultural Organization (FAO) pada tahun 1945. Pertama kali dirayakan pada tahun 1979, Hari Pangan Sedunia kemudian diperingati setiap tahun pada 16 Oktober untuk mempromosikan kesadaran akan kelaparan dan tindakan untuk masa depan pangan, manusia, dan planet bumi. Tahun ini, tema Hari Pangan Sedunia adalah: “Hak atas pangan untuk kehidupan dan masa depan yang lebih baik.”

Baca Juga

Zionisme: Sistem Raksasa yang Mengelola Rangkaian Kehancuran dan Penderitaan di Tanah Palestina

Belajar Palestina Lewat Kuis Kemerdekaan 17 Agustus 2025

Pada Hari Pangan Sedunia tahun ini, kita diingatkan kembali bahwa pangan merupakan kebutuhan manusia paling dasar ketiga (setelah udara dan air), serta hak asasi manusia dasar berdasarkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB dan dua perjanjian internasional yang mengikat secara hukum. Namun, kenyataannya, di Gaza, genosida yang berlangsung selama lebih dari satu tahun telah membuat penduduknya tidak bisa
mengakses hak paling dasar tersebut. Di Gaza, genosida telah menyebabkan kelaparan yang sangat parah, dan hari ini adalah peringatan bagi seluruh dunia untuk membuka mata terhadap kasus kelaparan akut di Gaza.

Status Tingkat Kelaparan di Gaza: Bencana

Penduduk Gaza berdesakan untuk mendapatkan jatah bantuan makanan yang terbatas (Reuters)

Younis terbaring tak berdaya di atas kasur hijau di Rumah Sakit Nasser, di Gaza selatan. Bulu matanya yang cokelat panjang menempel lembut di wajahnya yang pucat dan cekung. Anak Palestina berusia 9 tahun itu terbaring di pelukan ibunya. Jelas terlihat tubuhnya yang kurus kering karena kekurangan gizi parah dan menderita dehidrasi. Celana birunya menjuntai di kakinya yang kurus kering, sementara tulang rusuknya yang kecil menonjol dari kaus oranye yang terlihat longgar.

“Saya meminta orang-orang yang memiliki hati nurani untuk membantu saya mengusahakan perawatan kesehatan bagi putra saya, sehingga ia dapat kembali normal,” kata ibunya, Ghanima Juma’a, kepada CNN di rumah sakit di Khan Younis. “Saya kehilangan putra saya di depan mata saya sendiri.”

Dua bulan lalu, keluarga itu terpaksa meninggalkan Kota Rafah di selatan saat Israel meningkatkan serangannya di sana. Saat ini, mereka berjuang untuk bertahan hidup, tinggal di sepanjang garis pantai Asda’a yang tercemar — dekat kamp tenda Al-Mawasi — meski mereka tidak dapat menemukan cukup makanan, air, atau bahkan tempat berteduh dari panas dan hujan. “Kami harus terus berpindah dari satu daerah ke daerah lain karena perang dan invasi… Hidup ini sulit,” kata ibunya. “Kami bahkan tidak memiliki tenda di atas
kepala kami.”

Di Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza utara, dokter tidak dapat menyelamatkan bayi bernama Amal yang berusia empat hari. Amal menarik napas berat di dalam inkubator, setelah ibunya, Samaher, melahirkannya prematur, lebih cepat dua bulan. “Bayi-bayi ini sekarat. Itu keputusan Tuhan, tetapi disebabkan oleh manusia,” kata ayahnya, Ahmed Maqat, kepada CNN, setelah anaknya meninggal.

“Kami tidak punya kehidupan.” Dr. Ahmed Kahlot, kepala departemen inkubator di Kamal Adwan, mengatakan kepada CNN bahwa kesehatan Samaher yang buruk membuat putrinya hanya “menunggu kematian.” Banyak dari para ibu yang selamat mengalami dehidrasi berat dan kekurangan gizi untuk menyusui anak-anak mereka, membuat mereka tidak memiliki banyak pilihan untuk mengusahakan kehidupan anak-anak mereka. Kisah Younis dan Amal merupakan realita yang dialami banyak keluarga di wilayah tersebut.

Di Gaza, otoritas kesehatan mengatakan sedikitnya 33 anak telah meninggal karena kekurangan gizi sejak genosida dimulai pada 7 Oktober hingga sekitar bulan Juli, dan banyak dari mereka tinggal di Gaza utara. Sebagai pengganti makanan yang tersedia, beberapa penduduk Gaza bahkan terpaksa minum air limbah dan makan pakan ternak, menurut Hanan Balkhy, direktur regional Mediterania Timur Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO).

Menurut badan pemantau yang didukung PBB, Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC), istilah “kelaparan” merujuk pada kelangkaan pangan yang meluas dan parah di seluruh populasi. Kawasan yang ditetapkan menderita kelaparan diberi skor “Fase IPC 5”, fase tertinggi dari skala Ketidakamanan Pangan Akut IPC. IPC mengategorikan tingkat keparahan serta skala kerawanan pangan dan malnutrisi melalui angka-angka yang mereka tetapkan. Angka 3, 4, atau 5 pada skala lima kategori merupakan angka yang menunjukkan perlunya tindakan segera.

Rumah tangga di Fase 3 berada dalam “Krisis”. Ini adalah kondisi malnutrisi akut yang cukup tinggi atau lebih dari biasanya, atau dapat memenuhi kebutuhan pangan minimum penduduk tetapi hanya dengan menjual aset atau melalui tindakan krisis. Fase 4 adalah “Darurat”, yang berarti rumah tangga menderita malnutrisi akut dan tingkat kematian yang “sangat tinggi” atau hanya mampu menebus kekurangan pangan dengan mengambil
tindakan darurat dan menjual aset. Fase 5 adalah “Bencana” atau “Kelaparan”, yakni rumah tangga mengalami kekurangan makanan dan/atau kebutuhan dasar lainnya yang ekstrem, sehingga kelaparan, kematian, kesengsaraan, dan tingkat malnutrisi akut yang sangat kritis dapat terlihat jelas. Seluruh wilayah hanya diklasifikasikan sebagai “kelaparan” jika kerawanan pangan yang tinggi disertai dengan tingkat malnutrisi akut dan mortalitas tertentu.

Di Gaza, laporan terbaru dari sumber-sumber media menunjukkan bahwa 36 anak Gaza telah meninggal karena kelaparan, dan nyawa 3.500 anak Gaza yang masih hidup terancam karena kekurangan gizi. Selain itu, Israel juga mematikan produksi pangan di Gaza karena genosida telah menghancurkan 45.000 dunam (setara 4.500 hektar) lahan pertanian di Gaza. Ini menunjukkan bahwa apa yang Israel lakukan di Gaza bukan sekadar membuat penduduknya kelaparan, melainkan juga menjadikan kelaparan tersebut sebagai ‘senjata’ untuk membersihkan etnis penduduk Palestina di Gaza. Ini merupakan Food Genocide, kejahatan kemanusiaan yang mengancam nyawa jutaan penduduk Palestina di Jalur Gaza.

Kelaparan Akut Ancam Nyawa Perempuan dan Anak-Anak Gaza

Seorang ibu Palestina dan anaknya yang kekurangan gizi di Gaza (Al Jazeera)

“Kampanye kelaparan yang disengaja dan ditargetkan Israel terhadap rakyat Palestina adalah bentuk kekerasan genosida dan telah mengakibatkan kelaparan di seluruh Gaza,”
– 10 pakar independen PBB, Juli 2024

Sejak Juli 2024 lalu, sekelompok pakar independen PBB memperingatkan bahwa bencana kelaparan telah menyebar ke seluruh Gaza setelah lebih dari sembilan bulan genosida. Dalam evaluasi terbarunya, yang dilakukan pada Juni, IPC mengatakan Gaza berada dalam “risiko tinggi” kelaparan karena genosida terus berlanjut dan akses bantuan dibatasi.

Selain penilaian IPC, kelompok pakar PBB yang independen juga menyatakan bahwa “kematian banyak anak-anak Palestina karena kelaparan dan kekurangan gizi tidak menyisakan keraguan bahwa bencana kelaparan telah menyebar ke seluruh Jalur Gaza”.

Kelompok tersebut mengatakan kematian anak-anak di seluruh wilayah Gaza akibat kekurangan gizi dan dehidrasi menunjukkan bahwa struktur kesehatan dan sosial telah diserang dan terus melemah. “Ketika anak pertama meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi, menjadi tidak terbantahkan bahwa bencana kelaparan telah terjadi,” kata para pakar.

Pada Juni 2024, Reuters juga melaporkan bahwa satu dari tiga anak di Gaza utara mengalami kekurangan gizi akut atau menderita kekurangan berat badan, menurut badan PBB untuk anak-anak UNICEF, mengutip data dari mitranya di lapangan. Ismail Al-Thawabta, direktur kantor media pemerintah yang dikelola Hamas, mengatakan catatan mereka menunjukkan 33 orang telah meninggal karena kekurangan gizi di Gaza, termasuk 29 anak-anak, tetapi menambahkan bahwa jumlah sebenarnya bisa jadi lebih tinggi.

Penyebab utama malnutrisi akut di Gaza Utara adalah kurangnya keragaman dalam pola makan anak-anak serta ibu hamil dan menyusui, menurut sebuah laporan pada Februari 2024 dari Global Nutrition Cluster, sebuah kelompok lembaga kemanusiaan yang dipimpin oleh UNICEF. Asupan yang kurang ini, baik sebelum atau selama kehamilan dan menyusui, sangat membahayakan bagi ibu dan bayi. Data skrining di seluruh Gaza sejak pertengahan Januari menunjukkan bahwa lebih dari 7.000 anak berusia 6 bulan hingga sekitar 5 tahun telah mengalami malnutrisi akut hingga laporan tersebut diterbitkan pada akhir Mei, kata badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa OCHA.

Bayi Gaza yang kekurangan gizi saat dilahirkan di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa (CNN)

Salah seorang ibu Palestina, Khateeb, mengatakan kepada Reuters bahwa makanan keluarga mereka sebelum agresi pada umumnya terdiri dari nasi dengan ayam atau daging, bersama dengan sayuran seperti okra, kembang kol, atau kacang polong. Selama agresi, kelangkaan tepung memaksa keluarga tersebut untuk membuat roti dari pakan ternak. Baru-baru ini, roti dan makanan kaleng seperti tuna dan kacang-kacangan mulai bermunculan kembali, tetapi makanan tersebut tidak tersedia secara luas.

Karena tidak dapat menemukan makanan untuk dirinya sendiri dan terpaksa melarikan diri dari pengeboman Israel, Khateeb mengatakan bahwa ia mengalami kesulitan besar dalam menyusui anaknya, Majd, yang beratnya hanya mencapai 3,8 kg pada usia 6 bulan. Ia mengatakan bahwa ia tidak dapat menemukan susu formula bayi berkualitas baik maupun air bersih untuk melarutkan susu, jadi ia hanya bisa memberi bayinya berbagai jenis bubuk makanan yang dicampur dengan air hujan atau air payau dari sumur-sumur Gaza yang tercemar, yang bisa menyebabkan diare. “Tidak ada kesempatan untuk mendapatkan makanan yang layak untuk menghasilkan ASI, tidak ada daging, tidak ada protein, tidak ada kalsium, tidak ada unsur-unsur yang menghasilkan susu yang baik untuk anak,” katanya. Garg, penasihat UNICEF, mengatakan bahwa gizi ibu-ibu yang menyusui di Gaza sangat terganggu, dan tentunya itu memengaruhi kemampuan mereka untuk menghasilkan ASI untuk bayi-bayi mereka. “Mereka tidak makan buah-buahan dan sayur-sayuran. Mereka tidak makan daging. Mereka tidak minum banyak susu,” katanya. Kekurangan nutrisi ini menyebabkan ASI berkualitas buruk. Susu formula yang diencerkan sifatnya tidak aman dan berisiko menyebabkan diare, yang dapat berakibat fatal.

Bahkan ketika anak-anak bertahan hidup, para ahli gizi mengatakan bahwa kekurangan makanan pada tahun-tahun awal dapat mengakibatkan kerusakan yang bertahan lama. Otak anak berkembang paling cepat dalam dua tahun pertama kehidupannya. Jadi, meskipun mereka tidak meninggal karena kelaparan atau karena penyakit akibat sistem kekebalan tubuh mereka yang lemah, anak-anak mungkin mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan, kata Aashima Garg, penasihat gizi di UNICEF untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. “Meskipun mereka masih hidup, mereka mungkin tidak akan berkembang dengan baik pada masa kanak-kanak dan setelahnya,” katanya. “Hal ini dapat berdampak jangka panjang pada sistem kekebalan tubuh mereka, kemampuan mereka untuk menyerap nutrisi yang baik, dan pada perkembangan kognitif dan fisik mereka,” kata Hannah Stephenson, kepala nutrisi dan kesehatan global di Save The Children.

Kondisi Saat ini : Kelaparan Menyiksa Gaza dan Tepi Barat

Seorang anak perempuan memberikan kotak untuk diisi dengan makanan di lokasi pemberian bantuan (Al Jazeera)

Program Pangan Dunia PBB (WFP) pada pertengahan Oktober memperingatkan bahwa meningkatnya serangan di Gaza utara telah berdampak buruk terhadap ketahanan pangan bagi ribuan keluarga Palestina. Mereka mencatat bahwa penyeberangan utama ke utara telah ditutup dan tidak ada bantuan pangan yang masuk sejak 1 Oktober. Titik distribusi makanan, serta dapur dan toko roti di Gaza utara terpaksa ditutup karena serangan udara, operasi darat militer, dan perintah evakuasi. Satu-satunya toko roti yang berfungsi di Gaza utara, yang didukung oleh WFP, juga telah terbakar setelah terkena amunisi peledak.

Persediaan makanan terakhir WFP yang tersisa di wilayah utara – termasuk makanan kaleng, tepung terigu, biskuit berenergi tinggi, dan suplemen gizi – telah didistribusikan ke tempat penampungan, fasilitas kesehatan dan dapur di Kota Gaza, serta ke tiga tempat penampungan di Gaza Utara. Jika serangan terus meningkat pada skala saat ini, tidak jelas berapa lama persediaan makanan yang terbatas ini akan bisa bertahan dan konsekuensinya bagi keluarga yang mengungsi akan sangat mengerikan. Ada sekitar 100.000 ton makanan yang ditempatkan di berbagai koridor (Yordania, Ashdod, Mesir) – cukup untuk memberi makan lebih dari satu juta orang selama 5 bulan, tetapi penutupan titik penyeberangan,
masalah keamanan, dan gangguan rute di penyeberangan telah membatasi pengiriman bantuan.

Kemunduran yang cepat di wilayah utara terjadi karena bantuan yang masuk ke Gaza secara keseluruhan berada pada level terendah dalam beberapa bulan ini, dan barang-barang komersial hampir tidak dapat masuk. WFP hanya mampu mendatangkan empat persen dari makanan yang dibutuhkan untuk menopang satu juta orang di Gaza pada bulan ini. Akibatnya, tidak seorang pun di Gaza pada bulan ini yang menerima paket makanan WFP yang biasanya didistribusikan. Paket-paket tersebut – yang berisi pasta, beras, minyak, dan daging kaleng – merupakan sumber kehidupan bagi banyak keluarga.

Pusat pemberian bantuan hanya bisa memberikan satu jenis makanan kepada penduduk Gaza (The Guardian)

Pada pertengahan Oktober, Save The Children mengungkapkan bahwa Wilayah Palestina yang dijajah kini merupakan tempat paling mematikan di dunia bagi anak-anak. Setidaknya 3.100 anak di bawah lima tahun telah meninggal di Gaza dan anak-anak di bawah lima tahun yang masih hidup berisiko mengalami malnutrisi parah karena genosida yang menghancurkan awal kehidupan anak-anak Palestina. Sekitar 30% dari 11.300 anak yang
teridentifikasi meninggal di Gaza antara Oktober tahun lalu hingga 31 Agustus, berusia di bawah lima tahun, menurut rincian usia sekitar 34.000 orang yang kematiannya telah diverifikasi oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza yang baru diterbitkan. Dari jumlah tersebut, sekitar 710 adalah bayi berusia di bawah 12 bulan, sedangkan 2.800 anak lainnya yang meninggal belum teridentifikasi. Save the Children baru-baru ini melakukan pemeriksaan terhadap hampir 3.000 anak di bawah usia 5 tahun, dan menemukan bahwa hampir 20% dari mereka menderita malnutrisi akut sedang dan hampir 4% menderita malnutrisi akut berat. Staf lembaga tersebut bahkan melaporkan melihat anak-anak mengais-ngais sampah dan puing untuk mencari makanan.

Di Gaza bagian selatan dan tengah, situasi juga berada pada titik kritis karena ketidakamanan di sekitar titik-titik penyeberangan. Tidak ada distribusi makanan, dan toko roti harus berjuang keras untuk bisa mendapatkan dan mengamankan tepung terigu, yang ketiadaannya membuat mereka berisiko tutup kapan saja. Beberapa dapur umum masih menyediakan satu jenis makanan untuk sekitar 350.000 porsi bagi mereka yang cukup beruntung untuk mengaksesnya di Gaza selatan. Ketika musim dingin mendekat seperti saat ini, warga Gaza mendapati diri mereka tanpa tempat berlindung yang memadai, tanpa bahan bakar, dan sangat sedikit bantuan yang mereka dapatkan . Lebih dari satu juta orang tinggal di tenda-tenda, menghadapi kerawanan pangan yang semakin parah karena kurangnya nutrisi dan tempat berlindung yang layak.

Pada Peringatan Hari Pangan Sedunia tahun ini, dunia harus menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk mengatasi kelaparan di Gaza bukanlah dengan membuka penyeberangan atau mengirim lebih banyak bantuan, melainkan dengan cara menghentikan genosida dan penjajahan saat ini juga di Gaza dan seluruh wilayah Palestina.

Food Genocide must end now!

Salsabila Safitri, S.Hum.

Penulis merupakan Relawan Departemen Penelitian dan Pengembangan Adara Relief International yang mengkaji tentang realita ekonomi, sosial, politik, dan hukum yang terjadi di Palestina, khususnya tentang anak dan perempuan. Ia merupakan lulusan sarjana jurusan Sastra Arab, FIB UI.

Sumber:

https://www.fao.org/world-food-day/en 

https://news.un.org/en/story/2024/09/1154001 

https://www.concern.net/news/world-food-day-explained

https://www.concern.net/news/world-hunger-facts-figures

https://www.wfp.org/emergencies/palestine-emergency

https://www.wfp.org/stories/gaza-updates-hunger-deepens-aid-plummets

https://reliefweb.int/report/occupied-palestinian-territory/critical-food-aid-lifelines-northern-gaza-severed

https://www.aljazeera.com/news/2024/7/10/is-there-famine-in-gaza-heres-everything-you-need-to-know

https://www.savethechildren.net/news/devastating-new-figures-reveal-gaza-s-child-hunger-catastrophe 

https://www.savethechildren.net/news/gaza-least-3100-children-aged-under-five-killed-others-risk-famine-looms 

https://www.reuters.com/graphics/ISRAEL-PALESTINIANS/GAZA-HUNGER/myvmakwxrvr/ 

https://www.reuters.com/world/middle-east/food-aid-gaza-falls-israel-sets-new-aid-rule-sources-2024-10-02/ 

https://english.palinfo.com/news/2024/09/19/325657/ 

https://www.aa.com.tr/en/middle-east/96-of-gazans-face-extreme-levels-of-hunger-report/3257673 

https://www.oxfam.org/en/press-releases/gaza-hunger-figures-worst-record-says-oxfam 

https://www.theguardian.com/world/article/2024/jun/24/gaza-households-hunger-draft-un-report 

https://edition.cnn.com/2024/06/25/middleeast/israel-gaza-children-starvation-malnutrition-intl/index.html 

https://grain.org/en/article/7161-genocide-and-food-weaponisation-in-palestine-global-resistance-as-hope 

https://www.refugeesinternational.org/reports-briefs/untangling-the-reality-of-famine-in-gaza/

***

Kunjungi situs resmi Adara Relief International

Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.

Baca berita harian kemanusiaan, klik di sini

Baca juga artikel terbaru, klik di sini

ShareTweetSendShare
Previous Post

Sebuah Rumah Sakit di Lebanon Berada di Garis Depan Perang Israel

Next Post

Adara Palestine Situation Report 11

Adara Relief International

Related Posts

Zionisme: Sistem Raksasa yang Mengelola Rangkaian Kehancuran dan Penderitaan di Tanah Palestina
Artikel

Zionisme: Sistem Raksasa yang Mengelola Rangkaian Kehancuran dan Penderitaan di Tanah Palestina

by Adara Relief International
September 1, 2025
0
42

“Ada satu kata yang dapat menjelaskan pertumpahan darah, genosida, pembantaian, pengeboman rumah sakit dan sekolah di Gaza hari ini: ‘Zionisme’....

Read moreDetails
Belajar Palestina Lewat Kuis Kemerdekaan 17 Agustus 2025

Belajar Palestina Lewat Kuis Kemerdekaan 17 Agustus 2025

Agustus 28, 2025
73
56 Tahun Pembakaran Mimbar Masjid Al-Aqsa: Apinya Telah Padam, Namun Panasnya Masih Terasa Hingga Masa Kini

56 Tahun Pembakaran Mimbar Masjid Al-Aqsa: Apinya Telah Padam, Namun Panasnya Masih Terasa Hingga Masa Kini

Agustus 27, 2025
20
Petinju perempuan Palestina berlatih di pantai Gaza"

Hari Pemuda Sedunia dan Impian Mereka yang Terkubur di Reruntuhan Gaza

Agustus 14, 2025
48
Kasih Ibu di Gaza Sepanjang Masa, Meski Tanpa Air Susu untuk Buah Hati Mereka

Kasih Ibu di Gaza Sepanjang Masa, Meski Tanpa Air Susu untuk Buah Hati Mereka

Agustus 6, 2025
50
Edukasi Palestina untuk Anak

Hari Anak Nasional ke-41 Bersama Al-Aqsa, Anak Indonesia Tumbuh dalam Cinta dan Kepedulian

Juli 25, 2025
44
Next Post
Adara Palestine Situation Report 11

Adara Palestine Situation Report 11

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

TRENDING PEKAN INI

  • Malahayati Siap Berlayar Menuju Gaza

    Malahayati Siap Berlayar Menuju Gaza

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasih Sayang Rasulullah Saw. kepada Anak Yatim

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Meneladani Sikap Tolong Menolong Pada Masa Rasulullah Saw dan Para Sahabat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • The Barakah Circle Theory: Sebuah Pendekatan Geopolitik Islam terhadap Baitul Maqdis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kapal Utama Global Sumud Flotilla Diserang Kapal Nir Awak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
Currently Playing

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

Edcoustic - Mengetuk Cinta Ilahi

00:04:42

Sahabat Palestinaku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:02:11

Masjidku | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:32

Palestinaku Sayang | Lagu Palestina Anak-Anak

00:03:59

Perjalanan Delegasi Indonesia—Global March to Gaza 2025

00:03:07

Company Profile Adara Relief International

00:03:31

Qurbanmu telah sampai di Pengungsian Palestina!

00:02:21

Bagi-Bagi Qurban Untuk Pedalaman Indonesia

00:04:17

Pasang Wallpaper untuk Tanamkan Semangat Kepedulian Al-Aqsa | Landing Page Satu Rumah Satu Aqsa

00:01:16

FROM THE SHADOW OF NAKBA: BREAKING THE SILENCE, END THE ONGOING GENOCIDE

00:02:18

Mari Hidupkan Semangat Perjuangan untuk Al-Aqsa di Rumah Kita | Satu Rumah Satu Aqsa

00:02:23

Palestine Festival

00:03:56

Adara Desak Pemerintah Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Gaza

00:07:09

Gerai Adara Merchandise Palestina Cantik #lokalpride

00:01:06
  • Profil Adara
  • Komunitas Adara
  • FAQ
  • Indonesian
  • English
  • Arabic

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
    • Profil Adara
    • Komunitas Adara
  • Program
    • Penyaluran
      • Adara for Palestine
      • Adara for Indonesia
    • Satu Rumah Satu Aqsa
  • Aktivitas
    • Event
    • Kegiatan
    • Siaran Pers
  • Berita Kemanusiaan
    • Anak
    • Perempuan
    • Al-Aqsa
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Hukum dan HAM
    • Seni Budaya
    • Sosial EKonomi
    • Hubungan Internasional dan Politik
  • Artikel
    • Sorotan
    • Syariah
    • Biografi
    • Jelajah
    • Tema Populer
  • Publikasi
    • Adara Palestine Situation Report
    • Adara Policy Brief
    • Adara Humanitarian Report
    • AdaStory
    • Adara for Kids
    • Distribution Report
    • Palestina dalam Gambar
Donasi Sekarang

© 2024 Yayasan Adara Relief Internasional Alamat: Jl. Moh. Kahfi 1, RT.6/RW.1, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Jakarta 12630