Siapapun yang mengenal Nabi Muhammad saw. dengan sebenar-benarnya akan tidak berdaya untuk tidak mencintainya. Allah Swt. menciptakan beliau sebagai sosok manusia Rabbani; ahli ibadah, tawadhu, wara’, mujahid, bermanfaat bagi orang lain, dan seimbang dalam segala aspek kehidupannya. Bukti yang paling jelas bahwa sosok Nabi Muhammad Saw. dicintai siapa pun yang mengenalnya adalah beliau mencapai tingkatan tertinggi dalam hubungan sosial dengan sesama manusia. Beliau memiliki akhlak yang mulia, sebagaimana Allah berfirman dalam Surat Al-Qalam ayat 4,
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Nabi Muhammad Saw. adalah sosok penyayang terhadap sesama, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Anbiya ayat 107,
وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Dalam Surat Ad-Dhuha, Allah Swt. menyampaikan informasi tentang Nabi Muhammad Saw. yang tumbuh sebagai anak yatim piatu. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal ketika beliau masih dalam kandungan, sementara ibundanya, Aminah binti Wahhab, meninggal ketika beliau berusia enam tahun. Kondisi tersebut menyebabkan Rasulullah saw. sangat memahami keadaan dan perasaan anak yatim.
اَلَمۡ يَجِدۡكَ يَتِيۡمًا فَاٰوٰى۞ وَوَجَدَكَ ضَآ لًّا فَهَدٰى۞ وَوَجَدَكَ عَآٮِٕلًا فَاَغۡنٰى۞
Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu), dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
(Ad-Dhuha: 6—8)
Seorang ulama berkata, “Perhatikanlah realita kehidupanmu dan masa lalu kehidupanmu. Apakah Tuhanmu meninggalkanmu dan membencimu—bahkan sebelum Dia memberi suatu perkara kepadamu? Tidakkah pemeliharaan-Nya telah mengawal masa-masa ketika kau yatim? Tidakkah petunjuk-Nya telah mengatasi kebingunganmu? Tidakkah pemberian-Nya telah membebaskan kefakiranmu?”
Nabi Muhammad Saw. dilahirkan dalam keadaan yatim, lalu Allah melindunginya dengan pemeliharaan dari Abdul Muthalib, kakeknya, dan Abu Thalib, pamannya. Perlindungan dari pamannya terus berlanjut hingga Rasulullah menerima amanah kenabian meskipun pamannya tidak menerima Islam.
Dahulu, Rasulullah Saw. adalah seorang fakir dan Allah memperkaya dengan rasa qana’ah, kemudian Allah memberi kekayaan melalui hasil usaha perdagangan Rasulullah dan juga harta Khadijah radhiyallahu ‘anha.
Rasulullah Saw. tumbuh dewasa dalam masyarakat jahiliyah dengan segala kekacauan persepsi dan keyakinannya, yang menyimpang perilaku dan kondisinya, sehingga Rasulullah merasa tidak tenang terhadapnya. Namun, Allah memberi hidayah kepada Rasulullah dengan wahyu dan dengan tuntunan ilahiyah. Dengan demikian, kita memahami bahwa Allah memberikan perlindungan dari keyatiman Nabi Muhammad Saw., memberi petunjuk serta mencukupi dari kefakirannya.
Allah memerintahkan kita untuk mengasihi anak yatim dan membantu orang yang membutuhkan. Salah satu akhlak mulia dan teladan dari Nabi Muhammad Saw. adalah menyayangi anak-anak yatim. Maka, tidak heran jika Allah menjanjikan surga bagi siapa pun yang menyantuninya. Dalam salah satu hadis, Rasulullah Saw. menjelaskan bahwa kedudukan orang yang memuliakan, mengasihi, dan menyantuni anak yatim akan mendapatkan surga yang jaraknya bagaikan jari telunjuk dan jari tengah.
Dari Ummu Said binti Murrah Al-Fihri, dari ayahnya, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
أَنَا وَكاَفِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ، أَوْ كَهَذِهِ مِنْ هَذِهِ -شَكَّ سُفْيَانُ فِي الْوُسْطَى أَوِ الَّتِيْ يَلِيْ الإِبْهَامُ
“Kedudukanku dan orang yang mengasuh anak yatim di surga seperti kedua jari ini atau bagaikan ini dan ini.” [Salah seorang perawi Sufyan ragu apakah nabi merapatkan jari tengah dengan jari telunjuk atau jari telunjuk dengan ibu jari]. (HR. Bukhari)[1]
Sebagai Muslim, kita berkewajiban untuk membantu anak yatim dalam mencukupi kebutuhan mereka seperti memberi makanan, pakaian, dan tempat tinggal yang layak, serta pendidikan yang memadai hingga mereka dewasa. Bahkan ketika kita sering mengeluh tentang hati kita yang keras dan sulit untuk bersikap lemah lembut, maka Islam menganjurkan kita untuk mengusap kepala anak yatim untuk melembutkan hati. Rasulullah saw bersabda:
امسح رأس اليتيم، وأطعم المسكين
“Usaplah kepala anak yatim dan berilah makan orang miskin.”(HR. Ahmad)
Dalam riwayat lain, Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi Muhamad Saw. pernah didatangi oleh seseorang yang mengeluhkan kerasnya hatinya, maka beliau bersabda,
أَتُحِبُّ أَنْ يَلِيْنَ قَلْبُكَ وَتُدْرِكَ حَاجَتُكَ اِرْحَمِ اليَتِيْمَ وَامْسَحْ رَأْسَهُ وَأَطْعِمْهُ مِنْ طَعَامِكَ يَلِنُ قَلْبُكَ وَتُدْرِكُ حَاجَتُكَ
“Apakah engkau suka hatimu menjadi lembut dan kamu mendapatkan hajatmu (keperluanmu)? Rahmatilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makan kepadanya dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lembut dan niscaya kamu akan mendapatkan hajatmu.”[2]
Membantu kebutuhan janda dan orang miskin juga memiliki keutamaan seperti orang yang berjihad di jalan Allah.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
السَّاعِي عَلَى اْلأَرْمَلَةِ وَالْمَسَاكِيْنِ، كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ، وَكَالَّذِي يَصُوْمُ النَّهَارَ وَيَقُوْمُ اللَّيْلَ
“Orang yang berusaha menghidupi para janda dan orang-orang miskin laksana orang yang berjuang di jalan Allah. Dia juga laksana orang yang berpuasa di siang hari dan menegakkan shalat di malam hari.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain anjuran untuk menyantuni anak yatim, terdapat ancaman keras bagi yang memakan harta anak yatim. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّىٰ يَبْلُغَ أَشُدَّهُ
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa.” (Q.S. Al-An’am:152 dan Al-Isra’: 34)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata, “Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, dengan memakan, atau menukarnya dengan bentuk yang menguntungkan kamu, atau mengambilnya tanpa sebab, kecuali dengan cara yang menyebabkan harta mereka menjadi baik, dan mereka akan mendapatkan manfaatnya.
Ini menunjukkan terlarangnya mendekati dan mengurusi harta anak yatim dengan cara yang akan merugikan anak-anak yatim, atau bentuk yang tidak membahayakan tetapi juga tidak membawa kebaikan, hingga anak yatim itu dewasa, lurus, dan tahu mengatur harta. Jika dia telah dewasa, maka hartanya diserahkan kepadanya, dan dia mengatur hartanya dengan pengawasan Wali.”
Setiap balasan kebaikan dari Allah terdapat pula ancaman bagi yang berbuat kezaliman. Oleh karena itu, barangsiapa memakan harta anak yatim, ancamannya adalah neraka. Allah berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zhalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka).” (Surat An-Nisaa’ ayat 10)
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa memakan harta anak yatim termasuk salah satu dari tujuh dosa besar yang bisa membuat pelakunya binasa.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
Dari Abu Hurairah ra., Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alahi wa sallam menjawab, “Syirik kepada Allah; sihir; membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan hak; memakan riba; memakan harta anak yatim; berpaling dari perang yang berkecamuk; menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Yatim di Palestina
Di Palestina, banyak anak-anak yang menjadi yatim karena orang tua mereka meninggal akibat serangan Zionis Israel. Mereka bukan hanya yatim biasa melainkan juga pejuang yang berjihad menjaga Masjid al-Aqsa dan tanah airnya. Kehilangan orang tua, kehilangan tempat tinggal yang terus-menerus dihancurkan oleh Zionis, serta bertahan hidup dalam situasi terjajah bukanlah hal yang mudah untuk dihadapi anak-anak yatim di Palestina.
Di Kota Gaza yang diblokade oleh Israel, warga Palestina kesulitan memperoleh makanan dan kebutuhan sehari-hari hingga banyak kemiskinan di sana, yang menyebabkan mereka bergantung pada bantuan internasional. Anak-anak yatim di Palestina sangat membutuhkan uluran tangan dari kita. Dengan membantu mereka, kita tidak hanya meringankan kesulitan mereka, tetapi juga membantu mereka yang berjuang menjaga Al-Aqsa.
Situasi Kemanusiaan Palestina
Lebih dari 54 tahun berada di bawah penjajahan Zionis, wilayah Palestina yang diduduki (Occupied Palestinian Territory/OPT) memiliki situasi kemanusiaan yang kritis. Mayoritas penduduk Palestina yang diduduki saat ini setiap harinya berjuang keras untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka yang paling mendasar. Hampir 40% dari populasi memiliki situasi yang rentan, 45% di antaranya anak-anak.
Menurut data OCHA, sebanyak 2,1 juta jiwa dari total populasi sebanyak 5,3 juta memiliki situasi kemanusiaan yang rentan; 45% di antaranya adalah anak-anak. Dilihat dari sektornya, yang paling mereka butuhkan adalah perlindungan, diikuti oleh ketahanan pangan dan kesehatan.
Sebanyak 1,8 juta anak Palestina membutuhkan layanan perlindungan. Kebutuhan kemanusiaan di Palestina meliputi lintas sektor sehingga meningkatkan kerentanan rumah tangga yang pada akhirnya meningkatkan risiko perlindungan terhadap anak-anak. Selain sektor perlindungan, kesehatan dan sanitasi, tercatat bahwa 96% dari populasi anak di Palestina juga sangat membutuhkan layanan pendidikan.
Program Orang Tua Asuh
Krisis kemanusiaan di Palestina menyebabkan banyaknya korban fatalitas akibat agresi militer maupun berbagai pelanggaran dan kekerasan yang terjadi sehari-hari akibat kesewenang-wenangan otoritas pendudukan Israel. Banyak di antara anak-anak yang harus kehilangan orang tuanya akibat agresi dan penjajahan Israel. Tercatat bahwa saat ini, jumlah anak yatim di gaza menyentuh 26.000 jiwa. Berdasarkan konvensi tentang hak-hak anak, setiap anak di dunia mempunyai hak untuk menjalani kehidupan yang layak yang menjamin hak fisik, moral, dan psikologisnya. Demikian pula seorang anak yatim piatu yang kehilangan salah satu orang tuanya memiliki hak untuk hidup di lingkungan yang memberinya stabilitas finansial dan perawatan psikologis.
Program Orang Tua Asuh Adara merupakan program pemberian uang santunan sebesar Rp 700,000 per bulan bagi anak yatim yang menjadi korban agresi Gaza. Pada periode terakhir program ini, yaitu Februari 2021—Februari 2022, terdapat 763 anak yatim yang disantuni. Adapun sektor penyaluran meliputi program Kesehatan, pembinaan/pendidikan, asah Bakat, dan program dasar (bantuan pangan, dsb).
Urgensi Program OTA
Surat dari seorang anak Palestina untuk orang tua asuhnya
Adara menyampaikan terima kasih, penghargaan, dan pernghormataan yang setinggi-tingginya kepada para donatur, serta terus membuka kesempatan bagi donatur lain untuk bergabung dengan program OTA, sebab:
- terdapat 26.000 anak yatim piatu di Jalur Gaza yang terancam akan kondisi kemanusiaan yang kritis akibat blokade Israel dan pendudukannya atas Palestina;
- meningkatnya tingkat pengangguran, keadaan inflasi ekonomi yang meningkat, dan kurangnya pertumbuhan;
- kurangnya perlindungan atas anak Palestina terutama di Jalur Gaza, minimnya fasilitas kesehatan, pendidikan, dan budaya; dan
- mengurangi konsekuensi panti asuhan pada anak dan mengintegrasikan mereka dalam masyarakat.
Seluruh anak yatim Palestina masih sangat menantikan dukungan, bantuan dan kasih sayang masyarakat Indonesia. Semoga kita bisa memberikan yang terbaik bagi anak-anak Yatim di Palestina.
Terdapat sebuah hadis tentang keutamaan seseorang yang membantu meringankan beban saudaranya;
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : « مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ »
(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah dia berkata, Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membantu seorang muslim (dalam) suatu kesusahan di dunia maka Allah akan menolongnya dalam kesusahan pada hari kiamat, dan barangsiapa yang meringankan (beban) seorang muslim yang sedang kesulitan maka Allah akan meringankan (bebannya) di dunia dan akhirat”. (HR. Muslim)
Fatmah Ayudhia Amani, S.Ag.
Penulis merupakan lulusan dari Diploma in Islamic Early Childhood Education (International Islamic University Malaysia) dan sarjana Tafsir dan Ulumul Qur’an (STIU Dirosat Islamiyah Al Hikmah Jakarta).
[1] Dalam Al-Adab Al-Mufrad no. 133, hadits ini sahih sebagaimana kata Syaikh Al-Albani dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 800.
[2] HR. ‘Abdurrazaq dalam mushannafnya, 11:97. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, 2544)
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International untuk berita terbaru Palestina.
Tetaplah bersama Adara Relief International untuk anak dan perempuan Palestina.
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini seputar program bantuan untuk Palestina.
Donasi dengan mudah dan aman menggunakan QRIS. Scan QR Code di bawah ini dengan menggunakan aplikasi Gojek, OVO, Dana, Shopee, LinkAja atau QRIS.
Klik disini untuk cari tahu lebih lanjut tentang program donasi untuk anak-anak dan perempuan Palestina.