Serangan udara Israel di lingkungan Tuffah di sebelah timur Kota Gaza, tempat keluarga Abu Saif mengungsi, merenggut nyawa anak kembarnya yang berusia 4 tahun.
Dengan ciuman di dahi, sentuhan lembut di pipi, dan air mata yang mengalir tak hentinya, keluarga Abu Saif mengucapkan selamat tinggal kepada putri kembar mereka, Saba dan Sana. Nyawa mereka direnggut secara brutal dalam penembakan Israel yang menargetkan rumah mereka di lingkungan Tuffah, sebelah timur Kota Gaza, sebagai bagian dari agresi berdarah yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza.
Pada salah satu malam genosida terhadap rakyat Gaza, jet tempur Israel terus melancarkan serangan udara intensif di berbagai wilayah di Jalur Gaza, menargetkan lebih banyak warga Palestina, kebanyakan anak-anak dan perempuan, dengan hampir ratusan orang dilaporkan terluka.
Pada Rabu malam, Saba dan Sana bersiap tidur. Mereka tidak menyadari bahwa malam itu adalah malam terakhir mereka. Pengeboman berdarah itu tidak memberi mereka waktu untuk melarikan diri atau bahkan berteriak, karena pesawat tempur Israel langsung menargetkan rumah mereka, menimpa keluarga itu.
Segera setelah pengeboman, ambulans dan kru pertahanan sipil bergegas ke rumah yang menjadi sasaran. Semua yang terluka dilarikan ke Rumah Sakit Al-Shifa, sebelah barat Kota Gaza, di mana keheningan melanda, mengubah tempat itu menjadi pemakaman yang sunyi sebelum kedua gadis itu dinyatakan meninggal dan orang tua mereka terluka.
Selama agresi Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 18.000 anak telah meninggal, dengan hampir 117.248 dilaporkan terluka. Layanan darurat masih belum dapat menjangkau banyak korban dan jenazah yang terjebak di bawah reruntuhan atau yang berserakan di jalan, karena pasukan Israel terus menargetkan ambulans dan kru pertahanan sipil, menurut otoritas kesehatan.