Muharram merupakan bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Bulan ini juga termasuk dalam asyhurul haram atau salah satu dari empat bulan yang mulia. Disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa empat bulan yang mulia tersebut adalah Muharram, Rajab, Zulqa’dah, dan Zulhijjah. Pada bulan-bulan tersebut diharamkan menumpahkan darah dan melakukan kezaliman, dan dianjurkan untuk banyak melakukan kebaikan dan amal salih karena pahala akan dilipatgandakan sebagaimana dosa juga akan dilipat gandakan.
Terdapat satu kisah yang identik dengan bulan Muharram, yakni kisah tentang Nabi Musa as dan Bani Israil. Ketika itu, Allah Swt menyelamatkan mereka dari kejaran Firaun dan pasukannya. Al Quran mengabadikan kisah itu dalam surah Al-Baqarah ayat 50.
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ
“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya, sedang kamu sendiri menyaksikan.”
Imam Jalaluddin Rahimahullah dalam Kitab Tafsirnya, Al-Jalalain, mengatakan bahwa Bani Israil berlari memasuki jalan di tengah laut dari kejaran musuh mereka. Allah menyelamatkan mereka dan menenggelamkan Fir’aun berikut pasukannya. Mereka menyaksikan air laut menggulung Fir’aun dan pasukannya kemudian memuntahkan mereka ke bibir pantai.
Imam Al-Baghawi rahimahullah dalam Kitab Ma’alimut Tanzil fit Tafsir wat Ta’wil menuliskan bahwa pada awal malam pelarian, Nabi Musa meminta Bani Israil untuk menghidupkan penerang di rumah mereka hingga subuh. Menurut Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Bani Israil yang meninggalkan Mesir kala itu berjumlah 670.000 orang, sedangkan menurut Amr bin Maimun radhiyallahu ‘anhu ada 600.000 orang.
Fira’un mendengar berita pelarian itu pada malam hari, tetapi melakukan pengejaran pada pagi hari ketika matahari telah terbit. Dalam surah As-Syu’ara ayat: 60, disebutkan
فَأَتْبَعُوهُمْ مُشْرِقِين
“Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka pada waktu matahari terbit”
Ini terjadi karena ketika itu banyak orang Mesir yang wafat pada malam hari dan pasukan Firaun sibuk menguburkan orang-orang hingga waktu subuh. Mereka baru dapat melakukan pengejaran pada waktu matahari terbit. Semua sudah direncanakan Allah Swt sehingga Nabi Musa beserta kaumnya selamat dari kejaran Firaun dan pasukannya serta berhasil mencapai tepi pantai.
Dalam sebuah riwayat dari Abdullah bin Mas’ud disebutkan bahwa ketika Nabi Musa sudah sampai tepi laut, beliau berkata kepada laut, “Terbelahlah!” tetapi laut itu tidak mau terbelah. Menyaksikan hal itu, seorang muridnya, Yusya bin Nun, yang sedang menaiki kuda di sebelahnya bertanya kepada Nabi Musa, “Ke arah mana Tuhanmu memerintahkan kita untuk berjalan?” Nabi Musa menjawab, “Ke arah depan.” (maksudnya ke arah lautan). Maka Yusya bin Nun masuk ke dalam laut dengan menaiki kudanya, kemudian kembali lagi. Ia mengulangi hingga tiga kali. Allah pun menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as untuk memukul lautan dengan tongkatnya.
فَأَوۡحَيۡنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡبَحۡرَۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرۡقٖ كَٱلطَّوۡدِ ٱلۡعَظِيمِ
Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.
(QS As-Syu’ara: 60)
Laut tersebut pun terbelah menjadi 12 jalan untuk 12 keturunan Nabi Ya’kub. Ketika menyeberangi lautan, Bani Israil saling pandang dan berkata, “Hai Musa, kami khawatir sebagian kami tenggelam tanpa sepengetahuan kami.” Allah kemudian membuat lubang sejenis jendela sehingga mereka dapat saling melihat dan mendengar selama menyeberang.
Disebutkan dalam sebuah kisah bahwa Bani Israil sangat bersyukur atas keselamatan mereka. Sebagai wujud kesyukuran, mereka berpuasa pada hari itu, yakni hari Asyura, hari ke-10 bulan Muharram.
عن عبدالله بن عباس -رضي الله عنهما- أنّه قال: (قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ ، فَقَالَ : مَا هَذَا ؟ ، قَالُوا : هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ ، فَصَامَهُ مُوسَى ، قَالَ : فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ ، فَصَامَهُ ، وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ) رواه البخاري
“Dari Abdullah bin Abbas ra, dia berkata: ketika Nabi saw datang ke Madinah dan melihat orang Yahudi sedang puasa Asyura, beliau bertanya: ‘Puasa apa ini?’ Mereka menjawab: ‘ini adalah hari baik hari ketika Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuhnya. Maka Nabi Musa berpuasa’. Lalu beliau (Rasulullah) berkata: ‘Aku lebih berhak untuk berpuasa daripada kalian’. Maka beliau pun berpuasa dan memerintahkan kaumnya untuk berpuasa.” (HR. Bukhari)
Ada beberapa hikmah yang dapat dipetik terkait dengan kisah tersebut, di antaranya:
- Allah pemilik alam semesta, Dia Maha Besar dan Maha Kuat, Dia dapat mengalahkan seorang raja yang terkenal kuat dan sulit dikalahkan sekalipun. Allah akan memberikan kemenangan kepada Hamba-Nya yang bertakwa dan beriman, hamba yang beribadah dengan keikhlasan, jauh dari perbuatan syirik, selalu taat, dan tunduk dalam menjalankan syariat-Nya.
قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
” Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS: Al A’raf:128)
- Pelaku dan pendukung kezaliman selamanya tidak akan mendapat kebahagiaan dan kemenangan di dunia, apalagi di akhirat. Pada zaman Nabi Musa as, Bani Israil meraih kemenangan dengan selamatnya mereka dari kejaran Firaun. Keselamatan itu diraih karena mereka beriman kepada Allah swt dengan menjadi pengikut Nabi Musa dan berpegang teguh dengan kitab Taurat.
Jika kita pikirkan kondisi Israel zaman sekarang, tentu berbeda jauh keadaannya dengan zaman Nabi Musa as. Israel zaman sekarang sama kedudukannya seperti Firaun. Mereka melakukan kejahatan dan kezaliman kepada rakyat Palestina, dengan melakukan pencurian tanah, penghancuran rumah, penyerangan kepada rakyat sipil dengan membabi buta dalam perang “Thufanulaqsha”. Mereka melakukan Genosida secara sengaja kepada berjuta rakyat palestina, melarang bantuan makanan dan obat obatan masuk ke Gaza, menutup semua perbatasan, mencemarkan air, meniadakan bahan bakar dan gas serta kezaliman-kezaliman lainnya.
Dalam keadaan seperti ini, kemenangan pasti akan menjadi milik Palestina bukan Israel. Walaupun negara mereka dihilangkan dari peta dunia, kenyataannya saat ini seluruh dunia mengakui eksistensi negara mereka. Bendera Palestina berkibar di seluruh negara di dunia, dari timur sampai ke barat. Free Palestine itulah slogan warga dunia saat ini.
إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berbuat zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.” (QS. Al An’am: 21)
- Berpuasa pada Muharram merupakan puasa yang paling utama setelah Ramadan.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw, dari Abu Hurairah ra
أَفْضَلُ الصِّيامِ، بَعْدَ رَمَضانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ، وأَفْضَلُ الصَّلاةِ، بَعْدَ الفَرِيضَةِ، صَلاةُ اللَّيْلِ
(رواه مسلم)
“Puasa paling utama setelah Ramadan adalah puasa pada bulan Allah, yakni Muharram, dan salat paling utama setelah salat wajib adalah salat qiyamullail” (HR. Muslim)
- Bulan Muharram disebut Syahrullah atau bulan Allah. Penyebutan yang disandarkan kepada nama Allah ini merupakan pertanda bahwa bulan Muharram adalah bulan mulia, karena Allah tidak akan menyandarkan namanya kecuali kepada sesuatu yang juga mulia, seperti Baitullah (Rumah Allah).
- Pada bulan Muharram terdapat hari Asyura (10 Muharram). Hamba Allah yang berpuasa pada hari tersebut akan mendapatkan ganjaran dengan dihapuskannya dosa-dosa setahun yang lalu. Dari Abu Qatadah ra, Rasulullah bersabda:
صومُ يومِ عرفَةَ يُكفِّرُ سنتيْنِ ، ماضِيةٍ ومُستقبَلةٍ ، وصومُ عاشوراءَ يُكفِّرُ سنةً ماضِيةً
(رواه الألباني)
“Puasa Arafah akan menghapus dosa dua tahun sebelum dan setelahnya, sedangkan puasa Asyura akan menghapus dosa 1 tahun sebelumnya” (HR. Albany)
Wallahu A’lam
Eva Muzlifah, Lc., M.A.
Ketua Koalisi Daiyah Indonesia
***
Kunjungi situs resmi Adara Relief International
Ikuti media sosial resmi Adara Relief di Facebook, Twitter, YouTube, dan Instagram untuk informasi terkini.
Baca berita harian kemanusiaan, klik di dini
Baca juga artikel terbaru, klik di sini